Selamat membaca!!
.
.
.Ditengah guyuran hujan deras, Andrea terduduk di kursinya sambil menatap ke luar jendela. Tangannya mengetuk-ngetuk pulpennya di atas meja.
Saat ini posisinya berada di kursi paling pojok. Roker antar kursi sedang terjadi pada les ini akibat diadakannya ulangan harian Bahasa Inggris. Posisi duduknya saat ini jelas sangat berjauhan dengan teman-temannya, terkecuali Aliyah yang duduk di seberangnya.
Andrea terus menatap ke luar dengan pikiran yang melayang. Ia terus memikirkan Aliyah yang masih marah, ralat, kecewa dengannya. Belum lagi kabar dari sang Ayah yang mengabarkan bahwa mereka akan pindah. Lumayan kalau ke luar kota, masih bisa bebas berjumpa dengan teman-temannya di hari weekend atau liburan. Tapi sayangnya malah ke luar negeri.
"Andrea, are you finish?" Guru Bahasa Inggrisnya berhasil membuyarkan lamunan Andrea.
Sejenak Andrea terhenyak, tetapi tak lama. Ia berdiri dari kursinya. "Yes, Ma'am." Lalu berjalan mengumpulkan kertasnya ke meja guru. Dan ia menjadi yang pertama mengumpulkan.
"Good job, girl." Guru Bahasa Inggris itu memuji hasil kerja Andrea selepas ia selesai membaca LJK siswinya yang berkompeten dalam bidang yang ia bawakan.
Andrea mengulum senyumnya. "Thank you, Ma'am."
"Okay, you can sit. But, don't give the answer of this exam to your friend."
"Of course." jawabnya kemudian kembali duduk di kursinya. Sekilas ia melirik Aliyah yang tampak berpikir keras. Gadis itu sangat lemah di bidang ini, tetapi dalam bidang seperti Fisika, ia ahlinya. Biasanya dalam kondisi seperti ini, Aliyah akan meminta tolong pada Andrea dan dengan kerelaan hati ia memberinya. Namun tampaknya, tidak untuk sekarang.
Tak lama bel berbunyi nyaring, menandakan istirahat. Spontan semuanya menjerit heboh terkecuali Andrea yang tampak tenang dan santai. Karena memang miliknya sudah terkumpul.
"Re, bantu gue dong."
Andrea mendongak mendapati Rafli yang menghampirinya dengan diam-diam. Wajah pria itu sangat memelas. "Bantuin apa?"
"Ini." Rafli menunjuk kertas jawabannya yang masih kosong. Memang di kelas ini, yang paling lemah soal Bahasa Inggris adalah Rafli. Tapi, ia pakarnya dalam jurusannya sendiri; seperti biologi, fisika, kimia ,dan matematika.
Sekilas Andrea melirik ke arah depan, dimana guru bahasa Inggrisnya tengah sibuk memeriksa kertas jawaban siswa lain.
"Nanti gue traktir deh, apa aja yang lo mau." tawarnya.
"Janji? Apa aja yah?"
"Iya iya. Cepetan, sebelum dia nyadar."
Andrea pun mengambil alih kertas Rafli kemudian dengan cekatan mengerjakan kembali ujian itu untuk Rafli.
"Time is over." seru Guru Bahasa Inggris mereka. "Sekarang kumpulkan, dalam hitungan ketiga."
"Re, Re! Cepetan."
"Iya, sabar." Andrea mempercepat kecepatan menulisnya. Hingga tepat pada hitungan ketiga, Andrea langsung menyerahkan kertas milik Rafli kepada pemiliknya. Spontan Rafli menariknya, kemudian berlari ke meja guru dan kertas jawabannya pun berhasil terkumpul.
"Thank you." ucap Rafli mengangkat tangannya, pertanda ia ingin high five sebagai pertanda 'partner in crime'. Andrea terkekeh, kemudian ia menyambutnya. "Ingat janji lo, yah."
"Sip. Lo mau apa?"
"Nanti aja deh, gue pikirin dulu. Ingat, apa aja!"
"Iya, gue tunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You,
Roman pour Adolescents*** Ini kisah tentang, Andrea Mevida. Seorang siswi biasa yang menyukai seorang pemuda yang notabenenya merupakan seorang famous di sekokahnya. Bukan tentang bagaimana ia mendapatkan hati sang pujaan hati, tapi tentang bagaimana ia berusaha merelaka...