BAB 9

25 5 1
                                    

Selamat membaca!!!
.
.
.

Malam telah larut, namun Andrea masih saja belum memejamkan mata untuk mengistirahatkan diri. Gadis itu menatap gitar yang sedari tadi berada di pangkuannya. Ia tersenyum tipis ketika kenangan itu kembali memenuhi pikirannya.

Awalnya tadi Andrea ingin mengambil cemilan dari kulkas. Tapi ketika melewati gudang, gadis itu mengubah haluan kakinya mengikuti pikiran yang mengajaknya ke sana. Dan tau-tau, matanya langsung mengarah ke arah sebuah gitar berdebu yang terletak di sudut ruangan.

Andrea menghela nafasnya.

Gitar ini masih bagus, masih seperti ketika pertama kali dibeli. Andrea membasahkan bibir bawahnya, kemudian mulai memposisikan jarinya pada kunci E minor. Ia menghela nafas sebentar, kemudian mulai memetik gitar itu.

Saat Ku Sendiri, kulihat photo dan video
Bersamamu yang tlah lama kusimpan
Hancur hati ini melihat semua gambar diri
Yang tak bisa, ku ulang kembali

Kini, hanya lagu itu yang melintas di kepalanya. Dan mungkin lagu itu sesuai dengan perasaannya kini. Sekelabat kenangan manis itu hadir.

Suara gadis itu terdengar begitu lembut, tak seperti kala sebagaimana biasanya ketika ia bernyanyi di depan orang lain; termasuk Mama. Gadis itu terlalu menghayati setiap deret kalimat pada lagu itu sehingga siapapun yang mendengarnya dipastikan akan hanyut dan turut merasakan yang ia rasa.

Kuingin saat ini, engkau ada di disini
Tertawa bersamaku, seperti dulu lagi
Walau hanya sebentar, Tuhan tolong kabulkanlah
Bukannya diri ini tak terima kenyataan
Hati Ini Hanya Rindu

Andrea menutup matanya. Kali ini hatinya sesak, setetes air mata mengalir dari pelupuk matanya.

Segala cara telah kucoba
Agar aku bisa tanpa dirimu
Namun semua, berbeda
Sulitku menghapus kenangan bersamamu

Kuingin saat ini, engkau ada di disini
Tertawa bersamaku, seperti dulu lagi
Walau hanya sebentar, Tuhan tolong kabulkanlah
Bukannya diri ini tak terima kenyataan
Hati Ini Hanya Rindu
Hanya Rindu

Kini kenangan manis yang tadi memenuni kepalanya terganti dengan kenangan pahit. Kenangan ketika dimana ia rasa dunianya hancur. Setetes air matanya menetes lagi.

Kuingin saat ini, engkau ada di disini
Tertawa bersamaku, seperti dulu lagi
Walau hanya sebentar, Tuhan tolong kabulkanlah
Bukannya diri ini tak terima kenyataan
Bukannya diri ini tak terima kenyataan
Hati Ini Hanya Rindu
Hati Ini Hanya Rindu
Kurindu senyummu Ibu...

Baiklah, ganti kata ibu itu menjadi nama'nya'. Ibunya baik-baik saja bukan?

Ketika ia sudah selesai bermain gitar, tangannya mencengkram kuat gitar dengan air mata yang sudah tak terbendung lagi. Isakan tangisannya ia tahan untuk menghindari kalau-kalau Mamanya lewat dan mendengarnya. Ia tidak ingin wanita itu cemas.

Sudah 3 tahun lamanya, dan sungguh ia merindukan 'orang' itu. Ia tersenyum getir, menghapus air matanya. Ditariknya nafasnya panjang, kemudian membuangnya secara perlahan.

Ia beralih menatap gitar, kemudian meletakkannya asal di lantai beralih menuju kamar untuk tidur. Tak lupa mengunci pintu, sebentar ia melirik ke arah frame photo yang terletak di dinding kamarnya.

Dear You,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang