Selamat membaca!!!
.
.
.Tiba hari H. Hari yang ditunggu oleh semua keluarga besar SMA Nusa Bangsa; ulang tahun sekolah. Acara kali ini diadakan begitu meriahnya dibandingkan dengan tahun lalu. Terpancar wajah bahagia dati setiap insan yang berada di tempat itu.
Segala hal mengenai acara ini telah dipersiapkan sedemikian rupa, sehingga tak sia-sia bagi siswa siswi yang merelakan jam pelajarannya selama 1 minggu terakhir ini hanya demi mempersiapkan acara ini.
Namun, pekerjaan mereka belum selesai sampai hari ini. Karena mereka harus menghandle acara untuk menghindari kesalahan teknis yang tak diharapkan. Seperti Andrea, gadis itu berdiri di samping panggung bersama para panitia acara lainnya sembari memegang papan alas.
"Lo haus?"
Suara seseorang yang berasal dari sampingnya membuat Andrea kaget. Gadis itu menoleh berniat untuk mengomel. Tetapi saat ketika ia tau siapa, ia mengurungkan niatnya. Gadis itu meneguk saliva ludahnya kasar.
"Lo haus?" tanya orang itu sekali lagi.
"Eng-enggak kok, kak. Makasih." gugupnya.
Dave memiringkan kepalanya. "Gue gak percaya." ujarnya. Pemuda itu membukakan tutup botol minuman yang sedari tadi berada di genggamannya, kemudian menyerahkannya kepada Andrea. "Minum dulu."
"Enggak usah, kak. Makasih." tolak Andrea. Gadis itu memalingkan kepalanya sembari menggigit bibir bagian bawahnya.
Atas tingkah Andrea, Dave berdecak. Ia sendiri tak mengerti kenapa gadis yang satu ini selalu tampak kalut jika ia tatap atau ajak berbicara. Dave mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan baru sadar jika keduanya telah menjadi perhatian para murid yang kebetulan berada di sekitar area itu. Dave memilih acuh, dan kembali menatap Andrea yang masih saja menunduk.
Tangan Dave terangkat untuk menarik dagu Andrea. Namun, Andrea menepisnya. "Maaf, kak. Kakak sebaiknya di ruang latihan aja." ujar Andrea takut-takut.
"Enggak. Sebelum lo nerima minum dari gue dan lo mau natap mata gue, gue baru pergi dari sini."
Andrea mengepal tangannya. Bukan karena marah, namun ia mencoba menepis kegugupannya dengan melampiaskannya pada jemarinya. Perlahan Andrea mendongakkan kepalanya dan menatap Dave.
Nafas Andrea tercekat ketika mata mereka beradu. Untuk kedua kalinya, Andrea meneguk saliva ludahnya kasar. Jantungnya kini rasanya hampir ingin meloncat dari tempatnya.
Sedangkan Dave, pemuda itu sempat tertegun ketika untuk pertama kali Andrea menatapnya walau masih tersirat tatapan takut. Namun, sepersekian detik kemudian ia tersenyum kemudian menyerahkan botol air mineralnya kepada Andrea. "Ini untuk kedua kalinya gue ngasih lo minuman. Harap diterima."
Andrea pun menyambut pemberian Dave. "Makasih, kak." ucapnya kemudian meneguk minuman pemberian Dave berharap pemuda itu segera pergi agar ia bisa menetralkan dirinya yang hampir saja menggila.
Namun ternyata, Dave masih belum saja pergi. Pemuda itu terus menatap Andrea yang sedang meneguk minuman.
"Udah kak. Sekarang kakak udah boleh pergi. Lagipula kakak lama lagi perform, jadi istirahat aja dulu."
Dave mengangkat satu alisnya. "Istirahat? Seharusnya gue yang bilang itu ke lo. Dasar." cibirnya.
Andrea tak mengerti dengan ucapan Dave, tapi ia mengurungkan niatnya untuk bertanya dan memilih mengabaikan pemuda itu.
"Lo udah makan?" tanya Dave. Namun Andrea bungkam.
Dave mendengus pelan. Ia menolehkan kepalanya kearah Andrea yang sama sekali tak ingin menoleh kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You,
Teen Fiction*** Ini kisah tentang, Andrea Mevida. Seorang siswi biasa yang menyukai seorang pemuda yang notabenenya merupakan seorang famous di sekokahnya. Bukan tentang bagaimana ia mendapatkan hati sang pujaan hati, tapi tentang bagaimana ia berusaha merelaka...