BAB 17

21 2 1
                                    

Selamat Membaca!!!
.
.
.

"Re, keluar kuy."

Andrea yang sedari tadi uring-uringan diatas kasur kamarnya lantas menatap Raylin dengan alis yang bertaut. "Kemana?" tanyanya.

"Cari cogan, pengen cuci mata." terang Raylin.

Tawa Andrea meledak. "Si anying."

"Ayolah." melas Raylin. Gadis itu meraih lengan Andrea lantas mengayun-ayunkannya layaknya anak kecil.

"Ih." Andrea menepis tangan Raylin dari lengannya. Gadis itu melirik jam tangannya, masih jam 10 pagi. "Yaudah, gue ganti baju dulu."

Raylin mengangguk semangat, kemudian dia kembali terduduk di meja belajar sementara Andrea berganti baju.

"Libur, libur, libur mantap jiwa, gak usah bimbang sama pelajaran."

Raylin baru saja menyenandungkan lagu yang ia dengar dari youtube. Mendengar itu, Andrea yang berdiri di depan lemari hendak mengambil baju tertawa. Namun, Raylin tidak peduli. Ia tetap melanjutkan nyanyiannya yang ia rasa cocok untuk suasana hari ini.

Libur.

"Emang kita mau nyari cogan kemana?" tanya Andrea yang sudah selesai berganti pakaian. Gadis itu tetap berpenampilan seperti biasa, apa adanya. Dengan kaos oblong berwarna putih dipadukan celana berwarna biru tua. Rambut pendek gadis itu ia biarkan tergerai.

Raylin menghentikan nyanyiannya. "Tadi pas kesini, gue nengok cowok pada ngumpul di taman komplek rumah lo. Ganteng-ganteng semua." ceritanya antusias.

"Taman? Ngapain?" Andrea bertanya lagi. Tangan gadis itu bergerak mengambil jaket berwarna pastel kemudian ia pakaikan pada tubuhnya. "Tumbenan anak komplek sini main di taman."

"Mana gue tau." jawab Raylin. "Tapi kita kesana pokoknya. Pura-pura modus naik sepeda." Raylin tertawa.

"Giliran cogan aja, encer amat tuh otak." Andrea terkekeh. "Tapi giliran disuruh macarin, malah gak mau."

Diantara persahabatan mereka antara Andrea, Raylin, Aliyah, dan Bella, yang sangat heboh kalau liat cogan alias cowok ganteng itu Raylin. Tapi walaupun begitu, Raylin sama sekali tidak berminat memacari diantara mereka. Karena kalau kata Bella,

'Biasanya yang ganteng yang sering mainin cewek.'

Dan Raylin percaya. Ia tidak ingin makan hati hanya karena cowok ganteng tak berperasaan. Iya sih, gak semua cowok 'ganteng' memiliki sifat seperti itu, tapi kan harus jaga-jaga juga.

Setelah memakaikan flatshoes nya serta memoles wajahnya yang pucat dengan bedak baby dan lipbam, Andrea pun melangkah keluar kamar diikuti Raylin.

"Eh Re, lo tau gak?"

"Gak."

"Ih, gue belum cerita, lo malah main nyosor aja." kesal Raylin mencebikkan bibirnya.

"Ngambekan, deh. Iya, apaan?" putus Andrea terkekeh melihat ekspresi Raylin.

Keduanya saat ini tengah melangkah menuruni undakan tangga.

"Lo masih ingat abang karyawan toko kue yang kemaren?" Ekspresi Raylin berubah antusias mengingat topik pembicaraannya saat ini, tanpa menghiraukan wajah kesalnya sepersekian menit lalu.

"Masih. Abang yang bikin lo melting hanya karna dengar suara dia, kan." Terdengar kekehan kecil pada akhir kalimat Andrea.

"Iya-iya." Raylin melompat-lompat senang karena Andrea yang ternyata masih ingat. Ia menghiraukan kalimat akhir Andrea tadi yang mengejeknya. "Gue dapet fbnya."

Dear You,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang