DEAR YOU,
Selamat Membaca:)
.
.
.👑
Malam ini dibawah rembulan, tepatnya di kursi balkon sebuah rumah terduduk seorang pemuda yang sedang berkutat di depan laptop. Sesekali pemuda itu menulis sesuatu di buku yang ia letakkan berdekatan dengan laptopnya. Wajah pria itu tampak serius.
Entah sudah berapa jam, yang pasti setelah pulang sekolah tepatnya selesai makan siang dan berganti pakaian ia langsung masuk kamar dan mulai mengerjakan hal yang sudah menjadi rutinitasnya. Pasalnya, pria ini ingin melanjut kuliah di salah satu universitas terbaik dunia. Ia harap diterimanya ia nantinya di universitas tersebut akan menjadi pembuktian kepada kedua orangtuanya bahwa ia bisa lebih dari kakaknya, Yohan Altara.
"Bang Dave.." Dave menoleh malas. "Temanin Vio dong ke supermarket, Vio mau beli--"
"Ajak bang Yohan aja. Abang banyak tugas, nih." potongnya dan menatap kembali laptopnya.
"Vio malas kalau pergi sama Bang Yohan terla--"
"Gak peduli." Lagi-lagi Dave memotong ucapan adik bungsunya itu.
Vio memanyunkan bibirnya kesal karena kebiasaan Dave yang sering memotong ucapannya. "Yaudah, Vio pergi sendiri aja!"
Lantas, Dave menoleh dan menatap tajam Vio. "Gak boleh!" tegasnya.
"Kan bang Dave yang gak mau nemenin." dalihnya membalas tatapan sang kakak.
"Kan bang Yohan ada."
"Vio maunya sama bang Dave."
"Abang lagi banyak tugas, Vio."
"Kan bisa nanti, Vio minta temenin cuma sebentar kok." balasnya keras kepala.
Dave berdecak kesal, pasalnya tak ingin berdebat lebih panjang lagi yang tau-taunya hanya mengbuang-buang waktunya. "Yaudah, kamu tunggu aja di teras. Abang mau ngesave work dulu."
"Yeah!!" senang Vio. "Love you Bang Dave." Lalu, Vio pun keluar dari kamar Dave menuju teras sesuai perintah Dave tadi. Sementara Dave menyimpan work yang sudah ia kerjakan sejak tadi siang.
Ketika urusan dengan laptopnya selesai, ia mengambil jaket, dompet, dan kunci motor kemudian mulai menata langkah keluar kamar.
"Mau kemana?" Belum lagi beberapa langkah berada di luar kamar, suara seseorang tersebut menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan mendapati Yohan yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya yang berada tepat di samping kamar Dave. "Gue tanya mau kemana?"
"Nganterin Vio ke supermarket." jawabnya kemudian berlalu pergi menuju bagasi tempat dimana ia meletakkan sepeda motornya.
"Udah siap?"
Dave terlonjak kaget. Pemuda itu refleks memegang dadanya.
"Eh, bang Dave kenapa?" Panik Vio. "Bang Dave ada penyakit jantung yah?"
"Penyakit jantung dengkulmu!" kesal Dave. "Tadi abang suruh nunggu dimana?"
"Teras."
"Terus kenapa malah nunggu dibagasi?"
"Habisnya kak Dave lama. Yah, Vio langsung ke baga--"
"Banyak alasan. Udah nongolnya kayak dedemit, bikin orang jantungan. Yaudah, ayo naik!" ajak Dave ketika ia sudah menyalakan mesin motornya.
"Yah, maaf." Vio tertawa kecil kemudian mulai naik ke jok belakang motor.
"Gak lucu!" sinis Dave.
👓
"
Udah gak sih? Abang rasa cemilannya udah lebih dari cukup, deh." ucap Dave sabar.
Vio menggeleng. "Belum, bang. Ini untuk stok seminggu ke depan. Vio malas bolak-balik ke supermarket."
Entah sudah keberapa kali, Dave menghembuskan nafas berat dalam waktu dekat ini melihat rolling yang ia dorong telah penuh dengan cemilan. Belum lagi keranjang di tangan Vio yang berisi peralatan harian seperti parfum, deodoran, dan segala tetek bengek keperluan para perempuan. "Gendutan baru tau rasa." cibirnya.
Vio memutar badannya, "Tadi Bang Dave bilang apa?" tanyanya dengan nada tak suka. "Abang nyumpahin Vio gendutan?"
"Tau deh."
"Awas yah kalau Vio gendutan, Vio bakalan nyalahin bang Dave."
"Kok Abang yang disalahin?"
"Memang Abang yang salah." Vio berbalik lalu mulai berjalan lagi. Dalam hati, Dave mencoba sabar menghadapi kelakuan adiknya yang ia sendiri sudah tidak tahan lagi.
Keduanya pun berjalan ke kasir dengan barang bawaan. Selagi mbak kasir supermarket tengah menghitung barang belanjaan, Dave mengambil ponselnya untuk mengecek notifikasi masuk. Dan, ternyata nihil. Kembali pemuda itu memasukkan ponselnya ke saku jaketnya.
"Bang Dave, uang!" minta Vio menjulurkan tangan.
Alis Dave terangkat satu, "Apa?"
"Uang Bang Dave.." jelas Vio.
"Pake uang sendiri."
"Bang Dave..." rengek Vio membuat pengunjung serta mbak kasir yang berada disitu menatap aneh keduanya. Tapi, Vio tampak tidak peduli. Gadis itu mengerucutkan bibirnya. "Vio gak bawa uang, emang Bang Dave mau Vio ditahan disini?"
Kesal dengan si adik, Dave langsung menoyor kepala Vio. Lalu mengeluarkan dompetnya. "Totalnya berapa mbak?"
"Delapan ratus tujuh puluh enam ribu rupiah kak."
Dave menatap Vio sekilas, gadis itu terus menatapnya dengan tampang wajah polos tak berdosa. Ingin sekali Dave menjitak kepala adiknya itu kalau saja ia tak mengingat ini tempat umum. Lantas, ia mengambil beberapa lembar uang seratus dan ia berikan kepada kasir.
"Makasih Bang Dave ganteng.." senang Vio kala mereka sudah keluar dari supermarket membawa 3 plastik penuh berukuran besar.
"Sekali lagi, Abang gak mau nemenin Vio lagi. Bikin bangkrut aja." gerutu Dave. Pemuda itu melangkah lebih cepat dari Vio dengan menenteng 2 plastik besar milik Vio. Namun, mendadak mata Dave menengok ke arah gerbang masuk supermarket. Langkah kaki pria itu terhenti.
"Bang, kok berhenti?" tanya Vio heran yang sama sekali tak direspon oleh Dave. Penasaran, Vio mengikuti arah mata Dave dan mendapati seorang gadis yang menurut Vio... hm, biasa saja. Vio mendengus, "Woy, Bang! Biasa aja dong ngeliatin tuh cewek."
Mendengar suara Vio yang membuyarkan lamunan Dave, pemuda itu langsung menoyor kepala Vio. "Diem lu anak kecil!"
"KAK! KAKAK YANG PAKE HOODIE PUTIH!" teriak Vio tiba-tiba. Beberapa orang menoleh termasuk orang yang dimaksud. Vio melambaikan tangannya, "ABANG GUE KIRIM SALAM."
"Anj.." umpat Dave.
Sedangkan gadis yang Vio lambaikan tangan hanya tersenyum mengangguk kemudian berlalu pergi memasuki supermarket.
"Apes gue punya adek kayak elu." Kesal Dave. Ia langsung memberikan kantongan plastik yang ia tenteng ke Vio, "Bawa sendiri!"
👓
Gotcha!!!
Wellcome back sama aku yang udah sekian lama hiatus😉
Duh, seneng banget bisa nulis lagi di dunia orange ini😆
Kali ini aku janji gak unpublish cerita lagi, jadi stay tune yahhh😉
Kayak biasa, hargai penulis. Kasih vote juga saran &kritik.Lovee❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You,
Teen Fiction*** Ini kisah tentang, Andrea Mevida. Seorang siswi biasa yang menyukai seorang pemuda yang notabenenya merupakan seorang famous di sekokahnya. Bukan tentang bagaimana ia mendapatkan hati sang pujaan hati, tapi tentang bagaimana ia berusaha merelaka...