26. Facts

3.6K 535 30
                                    

— Doyoung Point of View —

"Mau gak?" Tanya Siena ke gue yang lagi fokus nonton.

"Mau." Tanpa lama gue langsung mengambil keripik yang ada dalam bungkusan cikinya. Gue makan perlahan biar gak cepet habis.

Siena nawarin lagi gue mau cikinya lagi apa nggak, tapi gue bilang nggak. Soalnya nanti yang ada gue malah asik makan, bukannya nonton. Fokus gue bisa-bisa nanti ke makanan yang gue makan, bukannya ke layar yang lagi memainkan film How to Train Your Dragon.

Ini kayaknya filmnya udah mau selesai, soalnya udah mencapai konflik puncaknya. Gue gak mau spoiler apa konflik puncaknya, tapi pokoknya konflik puncaknya udah lewat dan sekarang dari proses menuju akhir dari film– seenggaknya itu yang gue pikirkan.

Sampai akhirnya gue bisa merasakan pundak sebelah kanan gue sedikit berat. Waktu gue noleh, ternyata Siena tidur.

Dia kayaknya makan kebanyakan lagi deh. Soalnya dia kan pernah bilang kalau dia makan kebanyakan, yang ada jadi lemes sama ngantuk.

Ekspresi mukanya lagi tidur gini lucu banget. Nggak lagi tidur juga lucu kok mukanya. Matanya Siena itu bulat, pipinya chubby, hidungnya mungil, dan bibirnya tipis.

Sebenernya semenjak pertama kali gue ngeliat Siena di MBC, gue memerhatikan dia. Karena sosok dia mengingatkan gue ke mama. Fiturnya mirip banget sama mama, cara berbicaranya juga mirip.

Pertemuan kedua kalinya dengan Siena itu waktu di restoran malem-malem. Jatuh pada hari yang sama setelah kunjungan dia ke MBC. Gue inget banget sama Siena karena dia masih memakai jas almamaternya dan terlebih, gue gak bisa ngelupain sosok dia yang mirip banget sama mama.

Akhirnya gue basa-basi ngajak ngobrol Siena sama temennya yang bernama Dahyun. Saat itu gue gak tau nama dia siapa, makanya gue memperkenalkan diri gue ke dia biar dia juga memperkenalkan dirinya. Seenggaknya kalau kita gak akan ketemu lagi, gue tau namanya. Gue bisa nyari di Instagram dan nge-follow dia, terus dia follow back gue. Kalau gak di follow back... gue minta di follow back. Siapa tau kita bisa deket kan?

Tapi yang namanya takdir, mereka udah punya jalannya masing-masing. Gue pindah ke perumahan baru yang ada di kota Seoul, karena adik-adik gue juga mau pindah ke Seoul. Sebenarnya ada alasan kenapa mereka pindah ke Seoul. Mereka gak mau tinggal di Busan lagi.

Karena alasannya sangat menyakitkan jika diingat-ingat kembali.

Begitu gue pindah ke rumah baru gue yang gue beli menggunakan uang sendiri. Turns out, Siena adalah tetangga gue. Gue gak berharap banyak sebenernya kalau gue akan ketemu dengan Siena lagi apalagi bisa sampai dekat kayak sekarang. Gue sama sekali gak mengharapkan hal-hal itu.

Rumah yang gue beli itu hasil dari keuntungan investasi gue di beberapa perusahaan terkemuka di Seoul dan Jepang.

Dulu gue gak punya uang sebanyak ini. Jujur aja, gue bukan berasal dari keluarga berada. Apalagi semenjak mama dan papa yang udah duluan dipanggil sama yang mahakuasa. Kecelakan mobilnya terjadi 7 tahun lalu. Waktu gue masih kuliah, Jeno masih sekolah, dan Kane yang juga baru duduk di sekolah dasar kelas 1 dan Kak Gongmyung udah kerja tapi masih kerja sebagai dosen bukan tetap di kampus.

Semuanya terjadi secara tiba-tiba. Kita semua bingung, sedih, marah. Perasaan kita bercampur menjadi satu. Tapi gue, Kak Gongmyung, dan Jeno yang saat itu udah besar, ingat dengan adik perempuan kita satu-satunya yang masih sangat kecil. Dia udah ditinggal mama dan papa terlebih dahulu di usianya yang masih muda.

Sejak saat itu Kak Gongmyung kerja banting tulang. Gue juga begitu, setelah kuliah selesai, gue mencari pekerjaan paruh waktu untuk membantu membiayai hidup keluarga gue. Jadi gue kuliah sambil kerja.

Adoring Doyoung | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang