"Siena mama harus ke New York besok selama seminggu, habis itu ke Paris 3 hari, dan Milan 2 hari. Kamu gak apa-apa disini sama bibi berdua?"
Ditinggal lagi. Tapi gue udah biasa ditinggal mama dan papa pergi-pergi karena urusan pekerjaan. Karena ya memang profesi mereka yang mengharuskan mereka untuk pergi kesana-kesini– dengan menjadikan gue sebagai korban yang selalu ditinggal.
Tapi gak apa-apa deh. Mama kerja juga buat gue.
"Papa juga Sie, harus ke LA seminggu. Terus lanjut New York beberapa hari, tapi habis itu langsung pulang."
"Yaudah." Kata gue dengan singkat.
"Jangan marah dong, nanti cantiknya ilang." Kata mama sambil mengelus pipi gue.
Gue, Doyoung, Jeno, dan Akane udah selesai melihat-lihat isi rumah gue. Ruangan-ruangan yang bikin mereka takjub antara lain home theatre, indoor swimming pool, ruang bawah tanah, kamar gue dengan atap yang bisa dibuka seperti jendela.
"Gak marah kooook." Gue berusaha untuk terlihat senormal mungkin. Tapi gue gak marah, hanya aja– hanya aja gue masih ingin menghabiskan waktu dengan mama dan papa. Karena baru aja minggu lalu mereka pulang dari perjalanan bisnisnya, tapi besok mereka akan pergi lagi untuk selama kurang lebih 10 hari? Ya yaudah, derita anak tunggal yang punya teman sedikit kayak gini.
Selalu merasa kesepian.
"Nanti kita jalan-jalan aja Sie, biar lo gak kesepian." Padahal Jeno lagi nonton TV, tapi perhatiannya kayaknya gak sepenuhnya ke TV, justru Jeno kayak tau isi pikiran gue kayak gimana. Dia tau kalau gue kesepian.
"Kemana?"
"Kebun binatang?"
"Ngapain ke kebun binatang?"
"Gue mau numpang tidur." Jeno malah nyengir sambil menatap gue. Ngelucu dia.
"Oh rumah lo udah pindah kesana ya? Lupa gue. Yaudah nanti kita main ke rumah lo ya." Gerakan gue selanjutnya sangat refleks, tangan gue refleks meraih atas kepalanya dan gue elus-elus selayaknya gue mengelus kepala anak kecil.
Tapi Jeno gak memperlihatkan kalau dia gak nyaman dengan sentuhan tangan gue di kepalanya, dia justru ketawa dan lanjut menonton TV yang sekarang sedang menayangkan film Spy Kids di hadapannya.
———————
"Udah ya Sie, mama sama papa pergi dulu. Kamu baik-baik dirumah. Kalau ada apa-apa ke bibi, kalau bibi gak ada– ke Doyoung atau Jeno. Semalem mereka udah ngasih nomor hp mereka ke kamu kan?"
Gue mengangguk. Semalam sebelum mereka pulang, mama meminta izin kalau mereka boleh gak memberikan nomor hp milik mereka, biar kalau ada apa-apa mudah untuk dihubungi.
Kenapa mama kayak percaya banget sama mereka ya? Padahal baru dua kali ketemu loh. Tapi Doyoung dan Jeno gak menolak untuk memberikan nomor hpnya mereka– justru mereka juga minta nomor hpnya mama dan papa untuk mereka simpan di daftar kontak mereka.
Sedangkan nomor gue? Mereka gak minta. Haha gak deng bercanda.
"Mau mama bawain apa dari New York? Atau nanti kamu What's App mama aja ya mau apa, nanti mama beliin."
"Iya Sie, nanti kalau kamu mau apa-apa dari LA, bilang papa aja ya. Nanti papa cariin barang yang kamu mau."
"Iya oke~"
"Yaudah mama papa pergi ya! Daaah!" Kemudian mama dan papa menuju mobil yang udah terparkir depan rumah menunggu mereka untuk masuk. Begitu mereka masuk, Pak Danu langsung melajukan mobilnya dengen kecepatan sedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adoring Doyoung | Kim Doyoung
Fanfiction[COMPLETED] "What if we give meaning to the things that don't have meaning? We are so desperate looking for an answer until we decided to give meaning to this thing by ourselves." Start 14/04/2019 Finish 19/06/2019 #260 in ff 17/12/19 #269 in kimdoy...