9. House Tour

5.8K 757 44
                                    

Pertanyaan papa tadi membuat seluruh orang yang ada di meja mendadak awkward semua. Tapi untungnya, Doyoung berhasil mencairkan suasana dengan bertanya ke gue.

"Siena kuliahnya jurusan apa?" Tanya Doyoung sambil meletakan tangannya di atas meja, matanya menatap gue dengan lembut.

Kita semua termasuk saudara-saudaranya Doyoung dan orangtua gue udah selesai makan makanan utama dan makanan penutup. Sekarang lagi minum jus dan soda aja.

"Gue ambil jurusan hubungan internasional–" belum selesai ngomong, papa udah memotong ucapan gue.

"Sie, kok pake 'gue' sih? Doyoung kan lebih tua dari kamu? Pake 'kak' dong?"

Doyoung ketawa mendengar ucapannya papa barusan, "hahaha, saya yang nyuruh Siena manggil pake sebutan itu om. Kemarin saya ketemu Siena di restoran waktu makan malem. Kita ngobrol sedikit dan ya mulai dari situ kita pake sebutan gue-lo, biar lebih santai."

"Wah gak apa-apa nih dipanggilnya cuma Doyoung?" Papa masih kaget dengan ucapnnya Doyoung barusan. Karena disini gak semua orang manggil ke yang lebih tua hanya dengan sebutan nama.

"Iya om." Doyoung ngangguk, tatapannya yang tadinya ke papa langsung kembali menatap gue. Sumpah deh, tatapannya Doyoung tuh gimana ya? Tajem tapi lembut disaat yang sama. Doyoung kembali menatap gue dan menunggu jawaban yang keluar dari mulut gue.

"Iya jadi hmm, saya? Aku? Gue? Ambil jurusan hubungan internasional di Seoul University." Kata gue menyebut kata saya, aku, dan gue. Karena gue gak tau harus menggunakan yang mana.

"Wah, lo pinter berarti ya? Bisa masuk Seoul National University." Pujinya sambil menggelengkan kepalanya.

"Tuh kan Sie! Apa gue bilang, lo tuh pinter." Jeno yang tadinya hanya memerhatikan percakapan yang ada didepannya, sekarang ikut bergabung.

"Hmm, nggak juga sih." Kata gue sambil memainkan gelas berisi jus apel yang sedang gue pegang sekarang.

"Kok bisa masuk Seoul National University tapi?" Tanya Kak Gongmyung kali ini.

"Pake dukun kak." Gue bercanda sedikit biar gak tegang banget gitu kan.

Disitu semuanya langsung ketawa mendengar bodohnya kalimat yang keluar dari mulut gue tadi.

"Serius, Sie. Emang pake dukun tan? Om?" Tanya Doyoung ke mama dan papa.

"Iya pake." Suka nih gue kalau papa udah play along sama gue, kita berdua orangnya sama-sama jahil. Mama suka jadi korban kejahilan gue dan papa.

Keempat saudara ini langsung membulatkan matanya karena nggak percaya dengan apa yang barusan papa bilang. Tapi dengan cepat, mama menyudahi kejahilan gue dan papa.

"Duh jangan di denger, emang suka rada-rada anak tante sama suami tante." Mama sambil melakukan gerakan tangan seperti melambai, tapi bukan melambai. Gerakan tangannya menunjukan untuk gak percaya dengan apa yang gue dan papa ucapkan.

"Hahahaha, terus jadi gimana tuh bisa masuk ke Seoul National University?" Tanya Doyoung kembali dengan pertanyaan yang sama beberapa saat lalu.

"Intinya gue belajar sih. Sama berdoa– oh sama minta doa restu orangtua. Hehehe."

Sial, gue salah ngomong. Sial, sial, sial. Bodoh banget.

"Yaaah, aku gimana ya nanti? Gak bisa masuk Seoul National University dong? Kan mama sama papa udah nggak ada." Kata Akane dengan polosnya sambil menatap gue.

Adoring Doyoung | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang