bagian empat

4.3K 463 58
                                    

"loh, dek mading?"

win berjengit di tempatnya, bola matanya membesar seiring dengan melebarnya senyuman bright.

"beneran dek mading, toh?" ledek bright, mengambil langkah untuk mendekat ke arah win, melupakan off yang berdiri bengong sambil menatap win. sementara win sendiri malah bergerak rusuh karena gugup.

begitu bright sudah berdiri di hadapannya, win hanya mampu tersenyum canggung yang kemudian di balas dengan kekehan bright.

off akhirnya ikut berjalan mendekat, berdiri di samping bright. "ini yang waktu itu dilabrak bocil, bri?" tanyanya, menyenggol perut bright, bright mengangguk mengiyakan.

"lah, gedean dia padahal. ngapain lu takut sama modelan bocil songong kaya si onoh, sih? heran banget gue." ujar off sambil menggelengkan kepalanya, matanya masih memicing heran pada win yang menunduk malu.

"si gun mulutnya pedes, kak. takut saya nya." balas win, tak juga menengadahkan kepalanya.

suara decitan kursi yang di dorong itu menarik perhatian win, kepalanya menoleh sedikit. ternyata off yang mengambil langkah untuk duduk di depannya.

"ya iya sih. pedes banget mulutnya. wajar lo takut. tapi kan lo lebih gede! kenapa nggak lo pukul aja kepalanya sih?!" seloroh off masih tak terima dengan kejadian di mading.

"mana bisa modelan begini mukul orang sih, nyet." gumam bright. tangannya mendorong bahu win untuk menyuruh lelaki itu geser dari tempatnya.

win bergerak menurut, menggeserkan pantatnya untuk duduk di pojok, sementara bright mengambil alih tenpatnya yang ia pakai sebelumnya.

"weh, anget. lo udah berapa lama njir, duduk disini?!" seru bright, menolehkan kepalanya pada win. "dari jam pelajaran pertama."

"hah? gila, bokong lo nggak tepos apa duduk terus?!"

"haha, enggak kok. kayaknya."

"mana coba lihat."

off melempar bungkus kuaci yang ada di dekatnya begitu bright melongokkan kepalanya ke belakang punggung win. "heh ndasmu!"

bright berdecak. "apasih babi. iri bilang bossht."

win tertawa melihat bright menyumpalkan bungkus kuaci tadi ke mulut off yang ada di depannya, yang tak urung langsung di ludahkan oleh off.

"heh jangan ketawa." kata bright, menatap wajah win dari samping, tempatnya ia duduk. buru-buru win membungkam mulutnya.

"anak orang ngapain lo suruh-suruh, anying. serah dia lah mau ketawa apa enggak!" off mewakili win berbicara setelah melihat adik kelasnya itu kembali menunduk, takut dikira kurang ajar sama kakak kelasnya.

"lo kalo ketawa manis banget soalnya. tar gue jatuh cinta gimana?" ucap bright, tak juga mengalihkan pandangannya dari win.

win menoleh, matanya bersitatap dengan manik kecoklatan milik bright. mereka terus saling tatap selama beberapa detik. kemudian lambat laun, senyum win merekah. win tidak dapat menahannya lagi.

bright yang menyadari senyum itu buru-buru memalingkan mukanya ke arah lain, mencoba untuk menetralkan detak jantungnya yang udah kaya pasar malem yang jedag jedug.

"g-gue berasa lagi di film india anjir, woy ini begimane? gue pergi aja kali ya?" bisik off pada dirinya sendiri, menggaruk kulit kepalanya sambil melihat-lihat seisi kantin yang sepi, meminta pertolongan siapapun yang setidaknya ada di sekitar pa...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"g-gue berasa lagi di film india anjir, woy ini begimane? gue pergi aja kali ya?" bisik off pada dirinya sendiri, menggaruk kulit kepalanya sambil melihat-lihat seisi kantin yang sepi, meminta pertolongan siapapun yang setidaknya ada di sekitar pandangan mata.

sementara win yang mengira bright tak nyaman dengan dirinya itu meringis bersalah.

duh, ngapa gue pake senyum-senyum segala sih. pasti muka gue kaya nahan boker deh.

win baru saja hendak berdiri ketika sebuah suara cempreng memanggilnya dari arah lapangan. leher win memanjang, mendapati gun tengah berlari ke arahnya.

"WIN! MASA NGGAK ADA ABSEN, SIH! PADAHAL GUE UDAH PANAS-PANASAN DI LAPANGAN!!" teriak gun, belum menotis bahwa ada dua orang tambahan yang bergabung di meja win.

ketiga orang itu menaruh pandangnya pada gun yang semakin mendekat. off mendecih, win tersenyum lega, sementara bright masih sibuk bermonolog dengan dirinya.

"kok?" gun yang sudah berdiri di samping meja, menunjuk off dengan tatapan geli. "kok lo di sini, sih?"

off hendak membuka mulutnya, sebelum win buru-buru menyahut, takut ada perdebatan lainnya di kantin siang ini.

"kebetulan doang, kok. duduk gih." kata win, menggerakan dagunya menunjuk bangku di sebelah off.

gun mengernyitkan hidungnya tidak suka. ia kemudian mendorong bahu bright yang masih bengong, memepetkan lelaki itu dengan win yang mematung di tempatnya. lalu gun mengambil alih tempat itu. duduk bertiga bersama bright dan win yang semakin memepetkan dirinya ke tembok.

"heh jangan gitu, napa! sebelahan gue gak bikin penyakit kali!" seru off memelototkan matanya pada gun.

"dih, sebelahan sama lo bisa ketularan penyakit tau?! penyakit starsyndrom!"

win mengacuhkan perdebatan itu. bahu bright yang menempel dengan bahunya itu, membuatnya seperti tersengat aliran listrik.

telinganya mulai memerah, senyumnya tak mampu ditahan lagi.

untungnya tidak ada yang menyadari wajah win saat itu, karena off dan gun masih sibuk menyumpah serapahi satu sama lain. sementara bright malah menatap ujung kakinya yang ada di bawah meja.

"kak, lo kenapa?" tanya win lirih, berbisik di telinga bright. tubuh bright sontak menegak, matanya memandang lurus ke depan, bulu kuduknya merinding. udah kaya lihat setan aja.

astaga, suara win yang ada di telinganya tadi itu membuat tubuh bright bereaksi dengan aneh.

apa sih, bright juga tidak pernah merasa se kikuk ini di depan orang lain. bahkan ia yang lebih sering melihat orang merasa kikuk karena digoda olehnya.

"eh, sori kak. kalo lo nggak nyaman, gue ke sebelah kak off aja." ucap win lagi, memutuskan untuk pindah karena bright tidak menjawab pertanyaannya tadi.

ketika hendak berdiri, tangannya terasa ditarik ke bawah, membuatnya kembali duduk ke tempatnya, malah semakin menempel pada bright.

"udah, deh. jangan kemana-mana."

adore you • brightwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang