bagian delapanbelas

1.9K 246 33
                                    

"tumben kamu sarapan?" suara mama win langsung menyambut keduanya begitu mereka turun dari anak tangga. win mendengus, menunjuk bright yang terkekeh dengan dagunya.

mulut mama win membentuk huruf o, mengambil dua piring dan meletakannya di depan bright dan win yang sudah saling duduk bersebelahan di meja makan.

di seberang win, ada papa yang sedang menyesap kopinya sambil melirik bright diam-diam. bright sendiri malah bertepuk tangan tanpa suara begitu ia melihat ada nasi goreng di tengah meja makan.

win melongo di tempat duduknya, "sarapan kok nasi goreng sih mah? kok nggak roti atau susu kayak yang biasanya bule-bule film lakuin?" protes win, melihat ibunya yang sudah kembali mendudukan dirinya di samping suaminya.

padahal emang tiap sarapan, sebenernya makannya kaya gitu, win aja yang nggak pernah sarapan di rumah. kampungan emang.

bright menoleh pada win, "lah kenapa emang? gue tiap sarapan malah makan nasi rames tambah gorengan depan rumah."

"serius lo bang?"

"mulut lo nggak berminyak apa?"

"oh ya pantes sih ya mulut lo licin banget. banyak mengandung minyak soalnya." lanjut win dengan congkak, memotong bright yang baru mau menjawab pertanyaan win.

bright mendengus, berpikir bahwa win mungkin masih saja ngambek tentang masalah kemarin, makannya dia membiarkan lelaki itu untuk menghujatnya berhubung ia merasa pantas mendapatkannya.

bright lalu menyuap nasi gorengnya dalam diam, begitu juga dengan keluarga win. membuat suasana di ruang makan pagi itu menjadi sangat sunyi.

tapi memang keluarga win membiasakan diri untuk makan tanpa bicara, dan bright juga enggan untuk membuka topik karena takut dengan wajah papa win.

selesai makan, mama win langsung berberes membersihkan meja. bright sudah memaksa membantu, tapi mama win terus menolak karena merasa ia masih bisa sendiri. namun akhirnya tetap membiarkan bright mencuci piringnya sendiri karena bright terus merengek takut merepotkan.

"mah, pah, win ke atas dulu ya. mau mandi." pamit win, yang hendak disusul bright sebelum suara papa win terdengar memanggilnya.

"sini dulu." suruh papa win, menggerakan telapak tangannya menyuruh bright untuk kembali duduk di meja makan. bright bergerak gelisah, menoleh ke arah win yang sudah hilang di balik tangga.

tak ayal bright tetap melangkah pelan untuk duduk di seberang papa win.

"kamu takut sama om?" tanya papa win, memakai kacamata minus nya sambil menyipit menatap bright.

bright meringis, bingung harus menjawab apa.

papa win lalu tersenyum kecil, mengambil tangan bright yang ada di meja, lalu menggenggamnya hangat. membuat si pemilik tangan hampir terjengat dari kursinya.

mama win yang masih sibuk mencuci itu, mengintip sambil mengangkat bahunya acuh. tahu apa yang suaminya akan lakukan pada tamu anaknya itu.

"mau ikut senam sama om nggak, bright? zumba gitu? atau kalau kamu nggak suka banyak gerak, yoga juga boleh."

bright tercengang di tempatnya, hampir menjatuhkan rahangnya ke tanah begitu melihat wajah papa win yang begitu berseri sambil menatapnya penuh harap.

bright tersenyum canggung, menggaruk tengkuknya dengan salah satu tangannya yang tidak di pegang papa win, "sa-saya lebih suka zumba sih, om."

"OH! ya udah ayok! ke halaman depan! kita zumba bareng, ya?! sebentar saya siap-siap dulu." papa win berseru senang, sudah beranjak dari duduknya dan bergoyang-goyang.

adore you • brightwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang