bagian empatpuluh

1.4K 192 28
                                    

"biarin gue egois sebentar aja, win. gue juga mau lo dengerin cerita dari sisi gue, bukan dari sisi bright doang."

win menelan ludahnya susah payah begitu mendengar nada suara luke yang terdengar putus asa di telinganya.

lelaki itu menatap kedua manik mata luke secara bergantian. manik mata yang menyedihkan.

kepalanya kemudian dianggukan dengan pelan, menyuruh luke untuk melanjutkan kalimatnya, membiarkan lelaki itu menceritakan apa yang seharusnya dia dengar.

luke mengulas senyumnya tipis, jantungnya terus berdegup kencang ketika win menatapnya lamat.

seberpengaruh itu win pada kesehatan jantungnya, dan itu berhasil membuatnya menyadari bahwa win berhasil membuatnya jatuh cinta.

tapi, bagaimanapun juga, ini adalah win. dan win itu punya bright. luke tidak akan sehina itu untuk merebut apa yang bukan menjadi haknya. dia sadar diri.

win menaikkan kedua alisnya heran ketika luke belum juga memulai ceritanya. ia kemudian memanggil nama luke, menyadarkan lelaki itu dari alam bawah sadarnya.

luke bergumam minta maaf, dan win cuma menganggukan kepalanya memaklumi.

dia tahu kok, dia ganteng. tapi jangan gini dong. kan win jadi dugun-dugun.

lelaki di hadapannya itu terlihat sedang menarik napasnya dalam-dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan dengan mata yang tak mau berhenti menatap win.

"gue kenal bright sejak kelas dua sd. rumah kita deketan, jadi sering main bareng. ya pokoknya gitu, sesuai apa yang mungkin bright ceritain ke lo."

win mengerut aneh.

"maksudnya? emangnya lo tau apa yang bang bri ceritain ke gue?" luke langsung menggeleng kecil.

"nggak. tapi gue yakin bright nggak bakal bohong soal ini, apalagi dia ceritanya ke lo."

bibir win sedikit maju ketika ia mencerna perkataan luke barusan. cowok ini terlalu naif? atau memang mudah mempercayai orang sih?

luke melanjutkan kalimatnya lagi ketika melihat win menganggukan kepala, menyuruhnya untuk melanjutkan ceritanya.

"dan kita ngejauh waktu gue kelas delapan semester akhir. berarti udah sekitar tujuh tahun kita bareng-bareng. gue cerita semuanya ke dia, dan dia juga cerita semuanya ke gue. gue percaya banget sama dia, dan gue yakin bright juga sepercaya itu sama gue."

"win, gue cuma mau bilang, kalau semua yang gue omongin ini, gue sama sekali nggak bohong. dan gue harap lo percaya sama gue."

win dapat melihat itu. win dapat melihat tatapan sedih juga tegar di mata luke. cowok itu sebisa mungkin membuatnya percaya bahwa apa yang dia katakan adalah benar, maka win mengangguk, mengiyakan apa yang dikatakan luke.

"gue sayang bright. gue anggep dia udah kayak adik kandung gue. gue pengen banget bisa bareng-bareng sama dia sampe tua. gue sesayang itu."

"emang apa yang lo harepin dari persahabatan yang umurnya udah hampir 7 tahun? dia bener-bener keluarga bagi gue. gue sayang bright."

win sebenernya panas waktu luke ngomong sayang bright diulang-ulang terus, tapi ya udah, mau gimana lagi, emang bright sayangable. jadi dia nggak bisa nyalahin luke dan marah-marah ke cowok itu sekarang.

"dan sumpah demi apapun, gue nggak pernah bocorin semua rahasia yang siapapun ceritain ke gue. apa lagi rahasia punya bright."

"but you did it." potong win dengan nada yang datar.

luke menggeram, ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "no, i didn't, win."

win memutar kedua bola matanya, kemudian menaikkan bahunya dengan tampang bodo amat.

adore you • brightwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang