bagian empatempat

1.7K 167 50
                                    

"yakin nggak mau balik bareng gue?"

kepala win menggeleng lemas, menolak tawaran luke yang sedari tadi ikut duduk menunggu bright menjemputnya di halte.

ini sudah hampir dua jam sejak bel pulang sekolah berbunyi, tapi bright sama sekali belum memunculkan batang hidungnya.

pikiran buruk sudah menghantuinya lagi.

bright berhasil membuatnya gila.

luke yang ditolak itu menghembuskan napasnya berat, menatap langit sore yang mulai ditelan gelapnya malam.

"gue nggak bakal aneh-aneh. gue cuma mau nganterin lo pulang, win. ini udah hampir malem. emang lo nggak dicari orang tua lo?" ujar luke lembut, sebisa mungkin tidak menyakiti perasaan orang di sampingnya ini.

"nggak, kak. kalo lo mau pulang duluan nggak papa. gue nunggu bright di sini dulu. gue takut kalo guenya udah pulang, eh dia malah baru sampe sini."

bertepatan dengan ucapannya yang berhasil ia selesaikan, dering ponselnya berbunyi, menandakan ada seseorang yang menelponnya.

win langsung merogoh saku celananya, mengambil ponselnya mendapati nama off sebagai si penelepon, lalu segera mengangkatnya, mendekatkannya ke daun telinganya.

gerakan win sama sekali tak luput dari pemandangan luke.

bright tidak di sini, ia bisa puas memandangi win sampai dia merasa mual.

"gimana, bang?" tanya win langsung pada si penelpon.

"em, win. gue nggak tahu harus ngomong gimana. ini gue udah berhasil sampe depan rumahnya bright setelah setengah jam gelut sama polisi yang jaga di depan."

win masih mendengarkan dengan serius, tak ingin memutus cerita off sama sekali.

tapi off tak kunjung melanjutkannya, ia malah berulang kali menarik napasnya dalam-dalam, seolah sedang menyiapkan sesuatu yang sulit untuk dikatakan.

"soal kasus pembunuhan itu. ternyata bude yang jadi korbannya, win."

napas pemuda itu tercekat, pikirannya kalut pada sang bude yang jauh hari ia temui dengan goresan luka di leher, bude yang bergerak gelisah di tempatnya, dan juga bude yang terus melarangnya masuk ke dalam rumah.

off nggak bercanda kan? maksud dia, bude yang itu yang meninggal?

"bunda bright yang jadi pelaku pembunuhannya."

"anjing." suara win bergetar, ia meremat keras jari-jarinya, membuat luke yang ada di sebelahnya refleks mengelus pelan tangan putih tersebut, menenangkannya.

tak urung, luke yang samar-samar mendengar isi dari pembicaraan mereka ditelpon itu ikut kalut. membayangkan bright yang dulu sendirian menyiksa dirinya tanpa ada orang di sekitarnya mengetahui hal itu. bahkan dirinya sekalipun.

"tetangganya udah disuruh sama bright buat nggak bocor ke kita. tapi gue coba rayu-rayu, sampe akhirnya mereka berani buka kartu dan cerita semuanya ke gue."

"bright mau nutupin semua ini dari kita, win. bright nggak mau bikin kita khawatir."

untuk kesekian kalinya, win menangis. meratapi brightnya yang tertawa bersamannya kemarin, seolah hal seperti ini tak pernah ada dalam kamusnya.

adore you • brightwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang