suara sambungan terputus, bergantian dengan suara serak basah yang langsung menyerangnya dengan banyak pertanyaan, terus memanggil nama off dengan marah-marah.
layar ponselnya hanya menampilkan langit-langit kamar yang berwarna cerah itu, membiarkan bright terus menatap atap kamar lelaki itu tanpa berkutik sedikitpun.
"gimana, bang? udah ada kabar dari bang bri belum?"
suara itu masih terdengar khawatir. malah semakin terdengar jengkel karena tidak mendapati jawaban dari si penelepon. mungkin belum menyadari bahwa wajah bright lah yang sedang berada di layarnya saat ini.
win mendecak kesal, menghentikan dirinya yang sibuk mengetik sesuatu di komputernya, lalu beralih menatap ponselnya yang tergeletak sembarang di meja belajarnya.
dahi win mengerut. tadi ia memang hanya langsung mengangkat video call itu begitu tahu bahwa off yang sedang menelponnya. mengira bahwa off mungkin sudah mendapat kabar sesuatu, karena off sudah berjanji akan segers menelponya jika mendapatkan informasi sesedikit apapun.
matanya langsung membola begitu mendapati wajah bright yang terlihat begitu dekat di depan kamera hapenya, menatap serius panggilan video tersebut seolah sedang mencari sesuatu.
win mengambil hapenya dengan cepat, mengarahkan kamera depannya itu ke wajahnya, kemudian bersitatap dengan bright yang langsung menyugingkan senyum leganya ketika mendapati wajah win berada di layar ponselnya.
keadaan win sangat berantakan saat ini. bibirnya luka karena terlalu sering digigit, rambutnya berantakan, matanya sembab dan hidungnya memerah.
win sudah capek menangisi bright seharian ini, tapi begitu ia melihat wajah lelaki itu kembali, air matanya luruh begitu saja.
"kamu di mana?" tanyanya sesenggukan, tangannya bergetar hebat, tidak bisa membawa ponselnya dengan benar, akhirnya dia menyenderkan ponselnya itu di komputernya yang masih menyala. menampilkan profil fesbuk bright yang dari tadi dia stalk, berharap menemukan sesuatu di sana.
di seberang, bright menarik napasnya berat, lalu menarik seulas senyum lebar di wajahnya. tangannya bergerak mengarahkam ponselnya ke seluruh penjuru arah, menunjukam bahwa dirinya sedang berada di kamar off.
"aku ke sana ya?" ujar win, sebenarnya tidak ingin dibantah karena dia buru-buru bergegas bangkit untuk mencari kunci mobilnya.
"hei. nggak usah, jangan." suara bright kemudian mendominasi dari seberang, raut wajahnya begitu khawatir ketika melihat win sedang berdiri sambil mengacak rambutnya gemas karena lupa letak ia menaruh kunci mobilnya.
win menoleh pada panggilan video itu. masih menampilkan wajah yang sama. kali ini terlihat gusar karena dirinya terus bergerak.
"aku aja yang ke rumah kamu." lanjut bright. berdiri dari kasur, lalu membawa panggilan video tersebut sambil melangkah ke luar.
win hanya dapat melihat sisi wajah bright dari bawah, mendengar lelakinya itu memanggil-manggil nama off berulang kali. mungkin sedang membangunkan temannya karena off ketiduran.
"ya udah, aku otw sekarang." gumam bright, melirik panggilan videonya yang masih tersambung.
win menganggukan kepalanya, "langsung ke sini, ya? aku kangen." kata win sebelum bright mematikan sambungan teleponnya dengan senyum yang menenangkan.
🔆
"oh, nur? mampir?" sapaan seorang wanita berkepala tiga itu menyapanya ketika bright sedang kesusahan membuka gerbang rumah win.
bright mendongak, mendapati mama dan juga papa win yang keluar dari pintu rumah dengan pakaian rapi, buru-buru si wanita berjalan mendekat dan membantu bright membuka gerbang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
adore you • brightwin
Fanfictiebook 1 coba aja kalau waktu itu bright nggak ketemu sama win, mungkin bright udah meninggal dari tahun lalu. !bxb area