diumur yang baru menginjak 18 tahun ini, off sudah belajar mandiri. meskipun masih kadang-kadang minta uang sangu pada orang tuanya, tapi off sudah mampu untuk hidup sendiri.
iya, off sudah tinggal sendirian. pisah rumah sama orang tuanya.
off bukan anak broken home, kok. dia cuma pengen bebas aja dari orang tuanya. padahal orang tua off termasuk orang tua yang tidak strict. buktinya mereka mengizinkan off untuk tinggal sendiri.
off juga masih boleh pulang ke rumah kalau-kalau dia bosan tinggal sendirian.
dan, hari ini, tepatnya sepulang sekolah, bright memutuskan untuk menginap di kondo off.
cowo itu melemparkan tasnya sembarangan begitu kakinya sudah berhasil menapaki kamar off. sementara si pemilik kamar cuma mengabaikan kelakuan temannya itu seolah itu sudah menjadi kebiasaan.
ya, memang sudah bukan sekali dua kali bright memutuskan untuk menginap di kondo milik off. malah sebenarnya hampir tiap hari. tapi, herannya off nggak merasa terganggu. dia malah seneng karena dia jadi ada orang yang bisa diajak ngobrol, karena berhubung off itu anaknya aktif banget.
kalo bright sih, seneng-seneng aja ada yang mau nampung dia kalo lagi males di rumah.
iya sih, malesnya bright di rumah hampir tiap hari.
tapi, jangan salahin bright, ah. salahin aja ibunya bright yang suka mabuk dan mukul-mukul bright nggak jelas.
"gue mandi dulu ya, bret. ikut, nggak?" off bertanya, tentunya dengan nada jahil sambil menaik-turunkan alisnya menggoda. bright yang melihat itu cuma mendesis jijik sambil melempar bantal yang ada di dekatnya.
off kemudian tertawa, mengambil handuknya dan masuk ke kamar mandi meninggalkan bright yang sudah menjatuhkan diri di atas kasur empuk milik off.
tatapan bright jatuh pada langit-langit kamar. melamun dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dada.
ini sudah tiga hari sejak dia mengantarkan win pulang ke rumah siang itu, dan sudah tiga hari pula ia tidak pulang ke rumahnya setelah mendapat telepon yang tidak diinginkan.
suara helaan napas yang berat begitu mendominasi kamar off. sampai-sampai off yang sedang membilas tubuhnya berhenti sejenak dan bertanya keadaan bright. yang tentu saja dijawab 'nggak pa-pa' oleh bright.
tiba-tiba bright merasakan getaran di pantatnya. dahinya mengernyit, kemudian merogoh saku celananya untuk mencari telepon genggamnya yang ia taruh di sana.
begitu ia berhasil melihat id call si penelepon, lagi-lagi bright mendesah kasar. kali ini ia sampai mengacak rambutnya frustasi.
id call itu lagi. id call yang terus menghantuinya selama tiga hari ini.
dengan ogah-ogahan ia mengangkat telepon itu, kemudian mensejajarkannya dengan telinganya.
"hm, halo."
"kamu ini kurang ajar! pulang kamu! sudah nggak sayang bunda lagi apa gimana, hah?! kamu mau ninggalin–"
tutt‐
bright mematikan panggilan itu secara sepihak. ia memijat keningnya yang tiba-tiba terasa pening seiringan dengan teriakan wanita yang baru saja memenuhi telinganya itu.
iya, si penelepon itu adalah ibunya.
ya, ibunya. sebelum wanita itu berubah jadi monster setelah ayahnya pergi selingkuh dengan wanita lain.
bright menggigit pipi dalamnya, menimang-nimang apa yang harus ia lakukan. lalu dengan tangan dingin, ia menyambar tas nya dan berjalan keluar dari kamar off.

KAMU SEDANG MEMBACA
adore you • brightwin
أدب الهواةbook 1 coba aja kalau waktu itu bright nggak ketemu sama win, mungkin bright udah meninggal dari tahun lalu. !bxb area