Happy Reading...
.
.
.
[Kediaman Im Jaebum]
Saat akan memutar kenop pintu, Yien kembali menarik tangannya. Pria itu tampak berpikir sejenak. Tak lama, ia pun terlihat mengamit pergelangan tangannya erat. "Ah, apa yang kulakukan? Kenapa aku malah mengiyakan perkataan Youngjae hyung?" sesal Yien saat menemukan dirinya yang ternyata tidaklah memiliki keberanian untuk memasuki kamarnya sendiri.
"Ah, bukankah aku tidak melihat lukanya? Itu artinya, aku tak perlu repot-repot ke dalam dan menawarinya bantuan—" gumamnya yang berusaha meyakinkan dirinya untuk segera berbalik, menjauhi kamarnya sendiri.
TAP TAP TAP
Belum juga lima langkah ia menjauhi pintu kamarnya, perasaan bersalah mulai merasuki nuraninya. Yien mengerang frustasi. "Bagaimana jika ia memang terluka? Istri macam apa yang meninggalkan suaminya disaat terluka?" ia mulai berdebat dengan dirinya sendiri.
Yien terdiam sebentar ketika ia merasa ada yang aneh dengan perkataannya sendiri. "Istri?"
Kemudian, pikirannya jauh melayang, membuka pintu-pintu memorinya akan perjalanan pernikahannya selama tiga tahun ini. Tak lama pria itupun menghela nafasnya dalam. "Aku bahkan tidak mengerti posisiku sekarang—Istri? Apa kata seperti itu cocok untuk menggambarkan kehidupanku saat ini?"
Kini Yien memijat pelipisnya, "Aku—"
CEKLEK
Disaat Yien masih sibuk mendebat nuraninya sendiri, Jaebum malah sudah membuka pintu kamar mereka. Pria itu bahkan sudah mengenakan pakaian santainya. Yien yang masih belum bisa mengendalikan keterkejutannya, hanya berdiri mematung didepan tangga. Sementara itu, Jaebum yang memang tidak memiliki minat apapun pada Yien hanya melewati pria yang berstatus sebagai istrinya itu.
Merasa diabaikan, Yien pun segera menyusul langkah Jaebum, menuruni anak tangga. Entah kenapa, kali ini ia merasa sangat kesal. Seharusnya ia sudah biasa diabaikan oleh Jaebum. "Kau terluka? Youngjae hyung bilang kau terluka—" suara Yien.
"Tidak—" balas Jaebum singkat. Pria itu bahkan tak menghentikan langkahnya.
Tanpa sadar, kapalan tangan Yien menguat. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang meletup-letup didadanya. Akan tetapi, pria itu masih berusaha untuk mengendalikan dirinya. "Jaebum-ah—" dengan gesit Yien menuruni anak tangga dan melewati Jaebum.
"Jae—" akhirnya indera penglihatannya berhasil menangkap luka yang dimaksud Youngjae. Pelipis kanan dan juga sudut bibir Jaebum terluka cukup dalam, lalu ada memar disekitaran rahangnya. "Kau terluka—" ucap Yien.
"Bukan apa-apa—" Jaebum yang enggan beradu tatap lama dengan Yien segera melewati istrinya itu.
"Kemarin dia membentakku dan mengatakan jika telah memperlakukanku dengan layak—" Pandangan Yien masih tertuju pada sosok Jaebum yang kini telah memasuki ruang kerjanya. "Coba lihat sekarang—dia bahkan mengabaikanku—" satu helaan nafas panjang kembali ia hembuskan.
.
.
TOK TOK TOK
Masih belum menyerah, dengan kotak P3K ditangannya, Yien menyusul Jaebum keruangannya. Ia berniat mengobati luka pada suaminya itu. Terserah jika nanti Jaebum menolak ataupun mengusirnya.
.
"Ada apa?" seolah megetahui siapa yang mengetuk pintu ruangannya, Jaebum, dengan langkah gontainya, membuka pintu tersebut. Dan benar saja, sesuai dugaannya, Yienlah si pelaku pengetukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Ever (COMPLETED)
FanfictionBagi HOMOPHOBIC harap segera meninggalkan lapak ini!