XVII

443 103 2
                                    

Happy reading...

.

.

.

[Sungai Han]

Setelah berputar-putar tanpa tujuan selama dua jam dengan mobilnya, akhirnya Yien pun meminta V untuk membawanya menuju Sungai Han. Tanpa banyak bertanya, V pun segera menyanggupi permintaan tuannya itu. Dalam benak pemuda ini, ia mencoba untuk berpikir positif mengingat jika salah satu tempat terindah di Seoul itu memiliki sisi kelam sebagai salah satu destinasi untuk bunuh diri.

.

Akhirnya merekapun sampai ditujuan.

"Kita sudah sampai—" ucap V yang terus memperhatikan Yien dari balik kemudi melalui kaca spion mobil yang ia kendarai.

Tanpa membalas perkataan V, Yien sudah lebih dulu keluar dari mobil. Pemuda itu berjalan lurus kedepan tanpa memikirkan kemana ia akan pergi. Ia membiarkan kakinya melangkah sesukanya. Sementara itu, V yang tertinggal jauh dibelakang terpaksa bergegas menyusul Yien. Pria itu takut jika tuannya itu akan melakukan hal yang tidak-tidak.

.

.

Ada sekitar empat puluh lima menit Yien berjalan tanpa arah tujuan. Tanpa lelah pemuda itu terus melangkah hingga tanpa ia sadari, langkahnya membawanya menuju jembatan Mapo. Pada suatu titik, iapun berhenti sejenak dan menatap dalam pemandangan dihadapannya yang jelas menampilkan betapa tenang dan nyamannya air dibawahnya.

V yang sedikit khawatir, akhirnya memutuskan untuk mendekat. "Kau baik-baik saja?" tanyanya.

Yien hanya balas mengangguk lemah.

[HENING]

Disaat V hampir ikut tenggelam dalam pikirannya sendiri, suara Yien dengan pertanyaan mengerikannya berhasil menarik pemuda itu dari dasarnya.

"Apa jika aku melompat dari jembatan ini, aku akan mati?" tanya Yien tiba-tiba. Pertanyaan ini jelas membuat V yang sedaritadi setia berdiri disebelahnya terkejut dan menatap horor tuannya itu.

"Ke—Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya V yang sudah mengambil sikap siaga jikalau tuannya itu bertindak nekat.

Yien diam. Pemuda itu menundukkan kepalanya dalam.

"Suga hyung pernah mengatakan padaku jika mati bukanlah jalan yang tepat untuk menyelesaikan suatu permasalahan—Ia bilang, mungkin keputusan sesaat itu hanya akan menambah permasalahan yang sudah ada—" ujar V, berusaha untuk melenyapkan aura negative yang sedaritadi mengitari tuannya.

Yien menolehkan kepalanya, menatap lekat pemuda disampingnya itu. "Tapi disini—sakit sekali—" suara Yien yang bergetar seraya menyentuh dadanya.

Kini V menatap iba sosok tuannya itu. Pemuda yang selalu mengomelinya itu saat ini terlihat begitu rapuh.

"Aku tidak kuat lagi—Aku lelah—" keluh Yien kemudian. Sekarang, pemuda malang itu kembali terisak pelan.

V yang tidak tahu harus berbuat apa, mendekati tuannya itu dan memeluknya. "Su—Suga hyung mengatakan padaku, jika merasa lelah, maka beristirahatlah sejenak karena jalan keluar itu akan sulit terlihat disaat kau sendiri tak dapat berpijak pada kedua kakimu—" V pun semakin pelukannya pada Yien, berusaha menyalurkan rasa nyaman pada tuannya itu.

.

.

.

[Kediaman Keluarga Im]

Tepat pukul dua belas tengah malam, mobil yang ditumpangi Yien tiba dikediaman keluarga Im. Dengan perasaan yang masih kacau, Yien memasuki rumahnya. Sepi, itulah susana yang ia dapati. Tidak ada Jaebum pada tiap ruangan yang ia lalui. Yah, biasanya Jaebum akan terlihat duduk diruang tamu atau diruang makan menunggui dirinya jika terlambat pulang. Meski merasakan ada sesutau yang mengganjal dihatinya, Yien tetaplah melanjutkan langkahnya menuju kamar dirinya dan juga Jaebum.

CEKLEK

Diluar dugaan, ia justru mendapati sosok Jaebum yang sudah terlelap ditempat tidur mereka. Yien menghela nafasnya dalam. Kemudian pemuda itupun berjalan menuju sisi Jaebum. Setelahnya, ia pun mengambil duduk disebelah sang suami seraya merapatkan dirinya pada tepian tempat tidur.

Never Ever (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang