XXI

385 105 7
                                    

Note: Selamat memasuki babak - babak terakhir dari cerita ini...

.

.

.

Happy reading...

.

.

.

[Kediaman Keluarga Im]

Sudah tiga hari ini baik Yien maupun Jaebum sama sekali tak terlibat percakapan apapun, keduanya sudah seperti orang asing. Jika sebelumnya hanya Yien lah yang terus menghindari Jaebum, maka sekarang Jaebum juga ikut-ikutan menghindari istrinya itu. Disaat Yien menjadikan perpustakaan dirumah itu sebagai tempat bagi dirinya untuk menyendiri, maka Jaebum menjadikan ruang kerjanya sebagai tempat untuk merenung. Selain itu, untuk urusan ke kampus, Yien memilih untuk selalu berangkat lebih awal, sehingga pemuda ini akan selalu melewatkan jam sarapannya. Dilain sisi, Jaebum yang memang selalu berangkat setelah Yien, kini juga ikut-ikutan mangkir dari kegiatan sarapannya. Oleh karena kebiasaan baru masing-masing, maka sangat sedikit peluang bagi keduanya untuk bertemu apalagi hanya untuk bertegursapa.

.

.

"Ini untukmu—" suara V seraya mengulurkan sebuah kotak makan yang berisikan sandwich didalamnya pada Yien.

Yien menggeleng pelan, menolak pemberian V.

Mendapati hal itu, V pun terlihat bersidekap, setelahnya pemuda itupun terlihat menghela nafasnya pendek. "Hm, Suga hyung selalu mengatakan padaku untuk tidak pernah melewatkan sarapan pagi—Itu tidak baik—" ucap pemuda itu yang kemudian meraih tangan Yien dan membuat tuannya itu memegang kotak makan tersebut. Baru setelahnya V memasuki mobilnya, meninggalkan Yien yang masih terdiam ditempat.

"Jika kita tidak segera berangkat, maka kau akan terlambat—" ucap V setengah berteriak.

Dengan perasaan campur aduknya, Yien pun kemudian memasuki mobilnya.

.

.

.

[JYP University]

Akhirnya setelah sekian lama berpikir panjang, Yienpun telah mengambil keputusan terkait dirinya, Jaebum dan juga hubungan yang mengikat keduanya. Saat ini, bagi seorang Tuan Yien, tak ada jalan keluar yang lebih baik selain berpisah. Oleh karena itu, Yienpun memutuskan untuk menghubungi sang paman yang sedari awal memang sudah menawarinya bantuan.

To: Paman Joey

Paman, aku sudah memutuskannya.

Aku akan ikut denganmu.

.

.

Usai ia memastikan pesannya terkirim, Yien pun terdiam cukup lama, menatap sendu layar ponselnya.

.

"Apa yang kau lakukan disini?" suara Jackson penasaran. Awalnya, pria itu baru saja hendak berbelok menuju perpustakaan Universitas, namun matanya tak sengaja menangkap sosok Yien yang tengah berdiri didepan gedung fakultas mereka.

"Ah—" Yien yang tengah sibuk dengan pikirannyapun terkesiap.

"Kenapa kau ada disini?" tanya Jackson lagi.

Yien menggeleng. "Aku hanya lewat—sama denganmu—" bohongnya.

"Ah, sebaiknya kita segera ke perpustakaan, Yugyeom dan Bambam menunggu disana—" suara Jackson lagi.

Never Ever (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang