XVIII

444 109 13
                                    

Happy Reading...

.

.

.

[Los Angeles]

Dari ujung koridor, tampaklah pemandangan dimana seorang pria paruh baya tengah menikmati teh paginya dengan khidmat. Dengan tenang, pria itu mengangkat cangkir tehnya, menghirup sebentar aroma teh yang menguar, baru setelahnya iapun menyeruput tehnya—sungguh menenangkan.

Akan tetapi, ketenangannya ini sedikit terusik kala suara seorang pelayan memasuki indera pendengarannya. "Maafkan saya tuan jika menganggu waktu anda—" ucap seorang pria muda seraya meletakkan koran hari ini diatas meja tuannya.

Pria paruh baya itupun segera mengambil koran tersebut dan mulai menscanning tiap lembarnya, sebelum pria itu memutuskan akan membaca dari topic yang mana terlebih dahulu.

"Maaf—" suara pelayan muda itu lagi yang kembali menarik atensi tuannya.

"Ada apa?" tanya pria tua itu dengan mata yang masih berfokus pada koran paginya.

"Saya hanya ingin menyerahkan ini pada anda—" ujarnya seraya meletakkan sebuah smartphone, milik tuannya, diatas meja. "Ponsel anda berdering beberapa kali—Mungkin itu dari orang yang penting—" lanjutnya.

Penuturan sang pelayan rupanya membuat pria paruh baya itupun menghentikan kegiatan membacanya. Beberapa saat kemudian, pria tua itupun segera menggapai ponselnya dan mulai mengusap layarnya.

Tak lama, keningnya pun terlihat mengkerut dalam ketika mendapati sebuah nomor tak dikenal bertengger pada layar ponselnya. Selain itu, ia juga menemukan sebuah pesan disana, masih dengan nomor yang sama. Lantas, ia pun membuka pesan tersebut.

.

Usai membaca pesan tersebut, pria itupun terlihat menyunggingkan senyumannya. Lalu, "Segera siapkan penerbanganku menuju Seoul—" serunya pada pelayan muda dihadapannya itu.

"Baik tuan—" pemuda itupun segera beranjak dari hadapan tuannya.

"Mark—Mark Tuan—Akhirnya aku mendapatkanmu—" ucapnya dengan senyum sumringahnya.

.

.

.

[Kediaman Keluarga Im]

Sudah dua hari ini Jaebum tidak berangkat ke kantor dan meminta Youngjae untuk mengurusi segalanya disana, sementara dirinya mengurusi sedikit diantara pekerjaan Youngjae. Hal ini dikarenakan kondisi Yien yang sedang tidak baik. Awalnya pemuda yang berstatus sebagai istrinya itu jatuh sakit, dan kini, ia juga harus menghadapi Yien yang mungkin bisa dikatakan 'kacau' karena dirinya. Ia sangat tahu pastilah perasaan sang istri benar-benar tak karuan saat ini. Pemuda itu pastilah sangat terpukul. Tapi, kebenaran tetaplah harus ia sampaikan.

Disisi lain, dirinya juga tengah disibukkan akan pertanyaan darimana sang istri memperoleh kebenaran ini, mengingat ia sendiri tidak pernah membagikannya kepada siapapun. Dengan kepala yang bersandar nyaman pada sandaran kursinya, Jaebum menatap langit-langit ruang kerjanya. Pria itu sedang berusaha keras mencari dan menyusun kembali potongan memori yang mungkin ia lewatkan.

.

Tak beberapa lama kemudian, pria itu mengerang kesal. "Ah, sial—" umpatnya ketika kepingan memorinya beberapa hari yang lalu muncul kepermukaan. Yah, ia ingat sekarang, ia pernah menceritakan hal ini pada Jinyoung.

Jaebum pun berdecak keras, kemudian pria itu terlihat mengusap wajahnya kasar. Meski belum bisa memastikan kebenaran akan dugaannya ini, tak dapat pria itu pungkiri jika kekecewaanpun kini jelas terselip dihatinya. Baginya, jika benar Jinyounglah yang melakukannya, maka itu artinya pria yang begitu ia cintai itu sama sekali tak memahami situasinya atau bahkan tak ingin mengerti sama sekali.

.

.

.

[Apartement RM09]

Never Ever (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang