XVI

459 107 6
                                    

Happy reading...

.

.

.

[Kediaman Keluarga Im]

Setelah cukup lama menimbang-nimbang hati dan juga pikirannya, akhirnya Yien berhasil mengukuhkan hatinya untuk bertemu dengan JY22 atau yang ia kenal dengan nama Park Jinyoung.

Tepat pada pukul sepuluh malam waktu setempat, Yienpun membalas pesan dari JY22. Terang saja, tawaran dari JY22 itu membuat rasa ingin tahu pemuda ini bergejolak. Terlebih setelah insiden penculikan tempo hari, Yien semakin menyadari ada begitu banyak hal yang ia tak ketahui, baik itu mengenai dirinya sendiri ataupun suaminya bahkan orang-orang disekitar Jaebum sekalipun. Ia menyimpulkan jika dirinya sama sekali tak mengenal baik semuanya.

"Bagaimanapun caranya aku akan pergi besok-" gumam Yien pelan dengan tekad penuh.

.

.

[Paginya-]

Dengan perasaan gusarnya, tak terhitung sudah berapa kali Yien mondar-mandir di depan ruang kerja sang suami. Sesungguhnya ia ingin sekali masuk dan meminta izin dari Jaebum, namun bayangan akan penolakan Jaebum sudah tergambar jelas dalam benaknya. Selain itu, berhadap-hadapan dengan pria itu juga membuat Yien enggan.

Kembali, Yien menghembuskan nafasnya panjang.

TOK TOK TOK

Akhirnya pemuda ini mengetuk ruang kerja Jaebum.

Tak lama, terdengarlah balasan dari sang suami. "Masuklah-"

Yien pun segera memasuki ruangan tersebut.

Jaebum yang bisa membaca raut gelisah dari sang istri, berusaha untuk sedikit lebih ramah padanya. "Ada apa?"

Sementara itu, Yien yang sedang tak fokus, sedikit tersentak. Pria yang lebih muda itupun menegup ludahnya kasar. "Hm-aku-aku ingin keluar-Bolehkah aku pergi sebentar?-Ada yang harus aku beli—" ucap Yien terbata-bata.

Ini adalah bagian tersulit dalam kehidupan pernikahan mereka - meminta izin. Jaebum bukanlah orang yang mudah, dan Yien sangat mengetahui hal itu. Ditambah lagi dengan insiden tempo hari, pasti izin kali ini akan jadi lebih tidak mudah.

"Kau bisa meminta V membelikannya-" sesuai tebakan Yien, Jaebum pastilah tidak akan memberikan izin itu langsung. Terbukti, ia malah meminta Yien agar meminta bantuan V.

"Tapi-"

"Jika kau tidak mempercayai orangku, kau bisa memesannya langsung dilaman websitenya, bukan? Tidak perlu keluar rumah-" sela Jaebum dengan sebelah alis terangkat.

"Bukan begitu-Aku juga ingin berjalan keluar rumah-Sudah dua hari ini aku hanya menghabiskan waktu dikamar—" keluh pemuda itu, berusaha bernegosiasi dengan sang suami.

Mendengar alasan sang istri, cukup lama Jaebum menatap sosok Yien yang berdiri dihadapannya itu. Pria itupun menghela nafasnya pendek. "Baiklah-" Jaebumpun bangkit dari duduknya. Kini pria itu berjalan mendekat ke arah Yien. Memandang sang istri sebentar sebelum akhirnya ia menempelkan keningnya pada kening Yien.

Sedikit kaget, Yien memundurkan langkahnya. Namun tertahan oleh lengan Jaebum yang lebih dahulu menahan kepala bagian belakangnya.

"Baiklah-suhu tubuhmu normal-" ungkap Jaebum seraya menarik kembali kepalanya. "Kau boleh pergi-Tapi, aku ingin V menemanimu-Jangan memintanya menjauh darimu-" ujar sang suami masih dengan menatap lekat sang istri.

Seolah terkena sihir, Yien dengan mudahnya menganggukkan kepalanya sebagai pertanda ia menyetujui gagasan sang suami.

"Jika begitu, pergilah-" seru Jaebum kemudian.

Yien pun segera melangkahkan kakinya keluar ruangan, meninggalkan sosok Jaebum yang masih menatapnya lamat-lamat.

.

.

.

[Toko Buku—]

Setelah mendapatkan izin dari sang suami, kini Yien tengah berada disebuah toko buku bersama dengan V. Meski begitu, pria itu tak terlihat menaruh minat pada deretan buku-buku yang terpajang rapi disana. Sebaliknya, V, yang jadi partnernya hari ini, justru terlihat begitu antusias.

"Tuan-Ah-Yien-" panggil V ragu. Pemuda yang ditugaskan sebagai supir dan juga pengawal Yien ini terlihat salah tingkah ketika hendak memanggil sosok Yien yang berjalan didepannya. Dengan kepribadiannya yang 'bebas', agak sedikit sulit baginya untuk berlaku begitu formal kepada Yien.

Yien yang mendengar suara V, segera berbalik dan menatap lekat pemuda itu. "Panggil Yien saja-" pintanya.

V pun tersenyum lebar. "Baiklah-"

"Ada apa?" tanya Yien yang penasaran kenapa V memanggilnya.

Ditanyai oleh tuannya, membuat V tersenyum malu. Ini terlihat menggelikan bagi Yien. "Sebenarnya, aku ingin kesana-" suara V seraya mengarahkan telunjuknya pada sebuah plang nama yang bertuliskan 'Fiction'. "Sepertinya buku-buku disana menarik-" lanjutnya.

Tanpa diduga, Yien mengiyakan permintaan V. "Baiklah-" ucapnya yang kemudian melewati V, menuju rak yang dimaksud pemuda itu.

Mendapat lampu hijau dari Yien, dengan riang, V bersegera menyusul langkah tuannya.

Never Ever (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang