XXV

437 93 12
                                    

Note: Setengah dari chapter ini berisikan masa lalu Jaebum. 

.

.

Happy reading...

.

.

.

[Tiga tahun yang lalu – Pasca kematian Raymond Tuan dan istrinya]

Setelah berhasil meluapkan seluruh amarahnya pada seseorang yang pernah ia anggap sebagai keluarganya, Jaebum pun kini terduduk lemas diatas termpat tidurnya. Pria itu hanya menatap kosong sekitar tanpa ada hasrat untuk melakukan sesuatu.

Potongan-potongan memorinya akan setiap hal baik dan juga buruk akan pria tua itu saling bertubrukan didalam benaknya, yang kemudian memunculkan pergolakan emosi yang begitu hebat untuk seorang Im Jaebum. Bagaimana tidak, kenangan baik yang ditinggalkan oleh pria tua bernama Raymond Tuan itu membuat hati kecilnya dipenuhi dengan rasa sesal yang teramat dalam, sedangkan kenangan akan sebuah perbuatan buruk pria itu justru membuat ulu hatinya berdenyut sakit.

Rasanya ia begitu ingin menangis dikarenakan rasa sesak yang tak henti memenuhi dadanya, akan tetapi, air mata itu tak kunjung berkumpul dan jatuh membasahi lukanya.

.

.

.

TOK TOK TOK

Suara ketukan pada pintunya membuat pria ini tersentak dari dasar pikirannya. Dengan setengah dari kesadarannya yang terkumpul, ia pun berjalan menuju pintu dan membukanya.

.

CEKLEK

Ketika pintu terbuka, Jaebum terlihat mengerutkan keningnya dalam saatnya netranya mendapati seorang pria paruh baya yang berpenampilan rapi dengan setelan jasnya tengah berdiri dihadapannya, tidak lupa pria itu juga tersenyum padanya.

"Selamat pagi—Apakah benar ini kediaman tuan Jaebum?" suara pria itu ramah.

Jaebum yang clueless pun balas mengangguk cepat.

"Jika begitu, bolehkah saya masuk?" tanya pria tua itu setelah tak mendapatkan respon apapun dari Jaebum.

"Ah, silahkan—" suara Jaebum yang kemudian menggeser posisinya, memberikan ruang bagi tamu asingnya itu.

.

Usai mendudukan dirinya nyaman pada salah satu sofa yang ada diruangan itu, pria tua itupun segera membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa lembar amlop cokelat darisana yang kemudian ia letakkan diatas meja.

"Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri pada anda—Nama saya Clive Raddings, dan saya adalah pengacara yang telah ditunjuk oleh tuan Raymond untuk mengurusi hak warisnya—" terang pria tua itu. "Ini semua adalah titipan dari tuan Raymond untuk anda—" lanjutnya.

Jaebum masih diam. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Terlebih lagi, mendengar kembali nama 'Raymond Tuan' membuat luka dan rasa sakitnya menyeruak ke permukaan.

Mendapati Jaebum yang tidak memberi komentar apapun, pria tua bernama Clive Raddings itupun menyodorkan amplop cokelat itu pada Jaebum. "Salah satu dari amplop itu menyatakan jika anda memiliki hak penuh atas empat puluh persen dari seluruh asset milik tuan Raymond—Lalu, yang satunya lagi merupakan sebuah surat kuasa yang mengatakan jika anda akan menjadi penanggung jawab untuk sisa harta yang ada hingga putra tunggal tuan Raymond dan istri genap berusia dua puluh lima tahun—Hm, sementara amplop yang paling bawah adalah surat yang ditulis sendiri oleh tuan Raymond untuk anda—Saya tidak tahu apa isinya karena itu ditujukan untuk anda—" jelas pria tua itu panjang lebar.

Never Ever (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang