IX

588 104 10
                                    

Happy reading...

.

.

.


[Kediaman Keluarga Im]


Mulai merasa tidak nyaman dengan tidurnya, Yienpun membuka matanya paksa. Pria itu mengerjap beberapa kali hingga mendapatkan penglihatan sekaligus kesadarannya sempurna.

Selang beberapa detik setelahnya, pria manis itu pun terkesiap ketika mendapati tidak ada jarak diantara dirinya dan Jaebum. Ia tidur dalam dekapan pria itu. Wajah Yien terasa panas seketika disaat dirinya juga menyadari jika baik ia maupun Jaebum sepertinya tidak menggunakan sehelai pakaian pun. Ia bisa merasakan permukaan kulitnya yang beradu dengan milik Jaebum.

Ya tuhan, bagaimana ini?, jerit Yien dalam hatinya.


Dalam keterkejutannya, perlahan, Yien berusaha melepaskan diri dari Jaebum. Akan tetapi, baru saja ia hendak bergeser, tiba-tiba, pria itu meringis pelan. Ia bisa merasakan betapa nyerinya tubuh bagian bawahnya. Sontak, pria itupun menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia merasa sangat sangat malu sekarang usai memorinya membuka kembali ingatannya semalam.

Yien menghela nafasnya pelan, dan mulai beringsut kembali, menghiraukan rasa nyeri yang masih menggerayangi tubuhnya. Namun, sayangnya lengan Jaebum dengan kokoh melingkar di pinggangnya menahan pergerakannya, belum lagi lengan yang satunya juga mengapit erat leher Yien. Pasrah, akhirnya, Yien menyerah. Walau begitu, pria berwajah androgini itu, sukses menggeser posisi kepalanya, menyamakannya dengan Jaebum. Kini ia bisa menatap wajah tidur sang suami dari dekat. Tanpa sadar, ada sebuah tarikan kecil pada sudut bibirnya. Bagaimana tidak, setalah menjalani kehidupan pernikahan selama tiga tahun, inilah kali pertama bagi dirinya berada begitu dekat dan juga begitu intens bersama Jaebum.

"Dia—tampan..." gumam Yien pelan. Cukup lama Yien, menatap wajah suaminya itu hingga pada akhirnya pria itu tersenyum saat mengingat bagaimana pertama kali mereka bertemu dan bagaimana pria bernama Jaebum itu menikahinya.

.

.

.

[Pernikahan Jaebum dan Yien - Tiga tahun yang lalu]

[Los Angeles]

Bertepatan dengan malam pergantian tahun, dimana semua orang akan menghabiskan waktunya untuk berkumpul dan bersenang-senang dengan teman-teman mereka, keluarga mereka ataupun kekasih mereka sembari menikmati pesta kembang api maupun pesta barbeque, seorang pemuda tanggung bernama Mark Tuan justru tengah termenung diruang tengah rumahnya, menatap kosong sekitar. Sunyi, itulah yang pemuda itu dapati. Netranya terus menatap pigura besar yang tergantung tepat dihadapannya – potret kedua orang tuanya yang tengah tersenyum lebar. "Mom—" panggil Mark pelan, berharap sang ibu akan menyahut panggilannya. "Dad—" suara Mark lagi. "Kalian tidak mendengarku? Aku kesepian disini... Kalian tidak ingin memelukku?" ujar Mark tak mempedulikan keheningan yang menyelimuti sekitarnya.

"Aku ingin sekali memeluk kalian—" tangisnya pun pecah. Air mata kembali membanjiri wajahnya, membuat aliran baru. Tadinya, ia berharap jika apa yang baru saja dialaminya pagi tadi hanyalah lelucon belaka. Akan tetapi, sepertinya pemakaman yang ia hadiri hari ini, benar, adalah pemakaman kedua orang tuanya.
"Mommy... Daddy... " lirih pemuda itu sendu.

.

.

Lelah menangis, akhirnya Mark pun jatuh tertidur dengan kepala yang menyandar pada meja dalam posisi duduknya. Sesekali, dalam tidurnya, Mark masih memanggil sosok ibu dan ayahnya.

.

.

TETTT TEEETTT TEEETTT

Never Ever (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang