"Iya, iya... Aku akan pulang setelah jam kantor selesai, Eomma."
Lelaki mungil yang tengah berjalan menuju restoran terdekat dari kantornya menghela nafas pelan sebelum memutus sambungan telepon. Sang Ibu tak henti-henti memghubunginya agar pulang ke rumah, sekedar makana atau memberi makan Ddangkoma kura-kura kesayangan Nyonya Lee.
Padahal baru sehari Taeyong pindah ke apartemen, tapi Ibunya sudah seperti kehilangan anak selama bertahun-tahun.
Sebenarnya Taeyong bisa saja kembali ke restoran ayam sang Ibu saat jam makan siang seperti sekarang. Sayangnya, banyak pekerjaan yang bahkan harus ia bawa ke tempat makan agar selesai sebelum deadline dari tuan Kim berakhir. Akan sangat sayang jika ia mengunjungi Nyonya Lee namun tak menghabiskan quality time hanya karena banyak tugas yang mengganggu.
"Bukankah sudah Ayah katakan agar kau berhenti dari pekerjaanmu yang sekarang?!"
Baru saja kedua kaki Taeyong memasuki restoran Maendorong bernuansa tradisional itu, namun langkahnya harus terhenti ketika mendengar teriakan dari arah dapur. Keadaan tempatnya berpijak sekarang memang cukup sepi, tapi bukan berarti hal ini terjadi setiap hari.
Taeyong sudah cukup sering makan di restoran Maendorong bersama rekan kerjanya, namun baru kali pertama ia melihat tempat ini kosong di jam istirahat seperti sekarang.
"Kenapa Ayah selalu saja mengatur hidupku?!" Teriakan lain menggema dari sumber suara yang sama, "Aku bukan anak kecil lagi yang harus menuruti semua keinginanmu tanpa mempertimbangkan kemampuan dan minatku!"
Plak!
Taeyong semakin mematung ditempatnya ketika mendengar suara kulit bersentuhan cukup keras. Ia tahu jika ada aksi tampar menampar didalam sana. Meneguk ludah kasar, lelaki mungil itu lebih memilih berdiri didepan meja kasir sembari terus mendengarkan perseteruan yang terjadi. Seketika rasa laparnya hilang dan tergantikan dengan rasa penasaran.
"Jangan pernah datang ke tempat ini lagi jika kau tak ingin menuruti perkataan Ayah!"
"Baik! Jika itu maumu, aku akan pergi Ayah!"
Mendesis pelan, Taeyong menyipitkan mata, "Apa dia benar-benar seorang anak?" Gumamnya, "Meskipun Ayahku tega meninggalkan keluarga kecilnya, tapi aku tak akan melawannya seperti itu jika kami kembali bertemu." Ia berkomentar seperti seorang analis.
Mata Taeyong melebar ketika mendengar deru langkah dari arah dapur. Kedua kakinya tiba-tiba menjadi kaku. Satu-satunya cara yang muncul dalam otaknya adalah berpose seperti Mannequin di toko baju. Rekan kerja juga teman-temannya sering berkata bahwa Taeyong sangat mirip dengan boneka bahkan tokoh anime, sebuah langkah tepat untuknya berpura-pura menjadi ukiran patung yang indah, pikirnya.
Satu tangan Taeyong bertengger pada kepalanya, sedangkan yang lain ia letakkan pada salah satu pinggangnya. Tak lupa pula salah satu kaki jenjang si pria mungil ia tekuk hingga membentuk posisi kuda-kuda.
Aku sudah seperti model, batinnya sembari memasang tampang bak orang yang tengah melakukan pemotretan...
Di depan meja kasir restoran.
Lelaki yang berjalan menuju pintu keluar tempat milik sang Ayah menyipitkan mata. Memandang aneh Taeyong yang tengah berpose sembari memandang keluar restoran.
"Apa yang dilakukan orang bodoh itu?" Gumamnya sebelum melewati Taeyong dan menutup pintu restoran dengan keras.
Melirik ke arah lelaki itu sejenak, mata Taeyong melebar ketika sadar jika anak durhaka tadi adalah Jung Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Romance | Jaeyong ✓
Fanfiction❝There is no secret left in the fact that I am madly in love with you❞ M/M | GENFIC | ENEMYHET | MATURE | BOOK 1 Taeyong hanya terkejut saat ia bangun dari tidurnya dan mendapati sosok lelaki yang seingatnya adalah vokalis band kesukaan sahabatnya T...