02. Meeting

25.2K 3.7K 604
                                    

"Kau tak ingin sarapan dulu?"

Taeyong yang baru saja menapakkan kaki di lantai dasar rumahnyaㅡtepatnya di restoran ayam milik sang Ibu mengulas senyum tipis. Wanita paruh baya itu masih sibuk dengan kegiatannya di dapur namun tanpa menoleh sedikitpun ia telah tahu jika sang anak akan berangkat ke tempat kerja. Menghampiri Ibunya, Taeyong memeluk wanita itu dari belakang.

"Hm, aku ingin sarapan bersamamu juga Haechan, Eomma."

Samar-samar Taeyong bisa mendengar isakan pelan Ibunya, bahkan ia bisa merasakan bahu wanita itu bergetar hebat. Melepas pelukannya, lelaki berparas tampan itu mengusap punggung Nyonya Lee, "Jangan menangis, Eomma. Aku akan sering berkunjung ke restoran tiap jam makan siang dan akhir pekan. Lagipula anakmu yang tampan ini hanya pindah ke apartemenㅡ"

"Yak! Tidak bisakah kau berbicara dengan pelan?!"

Nyonya Lee berbalik, hendak memeluk sang anak yang sebentar lagi akan pindah ke apartement tak jauh dari kantornya. Setahun lalu Taeyong berhasil naik jabatan, hal itu membuat jadwal si anak sulung amat padat hingga pulang larut malam. Bos Taeyong pun menyarankan agar ia membeli apartement di daerah Cheongsam, sebab jarak rumah dan tempat kerja cukup jauh.

Setelah memikirkan hal itu matang-matang, Taeyong pun menyetujui usulan si botak Kim. Mau tak mau Nyonya Lee juga adiknya Lee Haechan hanya bisa menerima dan memberinya dukungan meski ada sedikit rasa tak rela. Meksi Taeyong terlihat bar-bar dan banyak titah, tapi anak sulung keluarga Lee itu mampu menjadi mengganti peran Ayahnya sebagai kepala keluarga.

Duality seorang Lee Taeyong dalam kehidupan sehari-hari bersama rekan kerja juga keluarga terkadang jauh bertolak belakang...

Ketika sosok itu sedang dalam mode serius.

"HAHAHAHAㅡ" Baru saja Taeyong tergelak namun ia harus memekik kencang, "Aaakk! Eomma, kenapa kau menarik telingaku?!"

"Lagipula kenapa kau malah tertawa?"

Nyonya Lee menatap anaknya kesal. Pasalnya baru saja ia ingin memeluk Taeyong sebelum anaknya itu jarang membuat kekacauan lagi di rumah. Tapi sang anak sulung justru tertawa terpingkal-pingkal.

"Eomma, lihatlah wajahmu," Taeyong berucap disela-sela tawanya, "Kau seperti panglima perang."

"HAHAHAH!"

Haechan yang baru saja turun dari tangga ikut tergelak melihat pipi ibunya dipenuhi dengan saus berwarna merah.

"Eomma, apa pipimu tidak perih?" Tanya Haechan lalu menghampiri kakak juga Ibunya, "Lain kali baluri Ayamnya, jangan pipimu, Eomma."

Nyonya Lee menghembuskan nafas kasar sembari mengusap dada. Mungkin memang sudah takdirnya memiliki dua putra kurang ajar namun sangat menyayanginya.

"Hyung, kapan kau akan pindah?"

Tak!

"Ah, kenapa Hyung memukul kepalaku?!" Protes Haechan karena aksi tangan sang kakak.

"Karena kau bertanya seolah aku ini diusir dari rumah," jawab Taeyong sebelum berjalan ke salah satu meja restoran.

"Lalu aku harus bagaimana?"

Haechan merasa serba salah. Padahal niatnya hanya ingin tahu agar ia bisa mengunjungi kakaknya itu ketika pulang sekolah.

"Hyung akan pindah sore nanti," jawab Taeyong sembari melahap sarapan yang baru saja diletakkan oleh Nyonya Lee dihadapannya, "Bantu Hyung berbenah di apartemen, oke?"

Mengangguk paham, Haechan kemudian berucap, "Tidak mau," sebelum tertawa kesetanan.

Bugh!

Secret Romance | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang