🌟 3. [Beginning]

975 79 10
                                    

Nara menghempaskan tubuhnya di kasur kamar Mi Ran yang tak lain adalah teman semasa kuliahnya, bersamaan dengan hembusan nafas kepasrahan yang keluar dari bibirnya begitu saja.

Ketika dihubungi oleh Seokjin soal tawaran pekerjaan sementara menjadi manager, Nara langsung mencari nomor kontak temannya yang tinggal di Seoul untuk meminta bantuan, karena dia tidak terlalu paham daerah-daerah di Seoul, hingga akhirnya rumah kost Mi Ran yang menjadi tempat tinggalnya sementara ketika di Seoul.

"Ya! Wajahmu tidak terlihat seperti baru saja bertemu dengan artis. Ada apa? Apa mereka genit?" Tanya Mi Ran, yang merasa heran dengan tingkah dan ekspresi temannya yang satu ini.

"Huh. Entahlah. Mereka tampak menyenangkan, tapi seseorang terlihat sedikit lebih menyeramkan diantara mereka." Jawab Nara.

"Apa maksudmu?" Mi Ran masih tak mengerti dengan jawaban Nara yang memang terdengar ambigu dengan kata 'menyeramkan' yang diucapkannya.

Nara membalik badannya yang semula terlentang menjadi terlungkup menatap wajah Mi Ran yang juga sedang merebah di atas kasur yang sama dengan masih memakai masker wajah.

"Umm...aku tidak tahu. Sulit untuk dijelaskan."

"Kau ini bicara apa? Aku tidak mengerti. Siapa yang mengerikan dari ketujuh lelaki yang dipuja-puja di seluruh negeri itu Nara~ya?" Tanya Mi Ran, masih tak mengerti dengan kelakuan temannya yang satu ini.

Meskipun Mi Ran bukan penggemar idol, termasuk Bangtan, namun ia cukup tahu tentang seberapa terkenal dan mempesonanya para idol itu.

"Saat aku melihatnya di televisi, mereka terlihat benar-benar mempesona, apalagi sang maknae grup. Kau tahu? Adikku sangat memuja seorang lelaki bernama Jeon Jungkook. Namun, kenyataannya, dia punya tatapan sombong. Ku rasa dia membenciku."

"Ya! Bagaimana bisa kau berkata begitu saat kau hanya bertemu mereka sekali? Nara~ya, kau akan lebih sering bertemu mereka mulai sekarang. Kau akan bekerja dengan mereka. Sadarlah!"

Nara terdiam beberapa saat mencerna ucapan Mi Ran.

"Mi Ran~ah,"

"Wae?"

"Apa menurutmu aku bisa melakukannya?"

"Tentu saja. Memangnya kenapa kemarin kau mau menerima tawaran pekerjaan ini?"

Seketika, ingatan Nara terputar kembali pada kejadian beberapa hari yang lalu.

🌟🌟🌟

Suara dering telepon di malam hari mengagetkan Nara yang tengah bersantai di depan televisi sambil memakan camilan bersama ibu, ayah, dan adik perempuannya.

"Angakatlah Nara~ya! Suara ponselmu sangat mengganggu!" Ibunya kesal karena suara televisi yang semakin terdengar lirih karena suara ponsel Nara yang cukup keras.

Nara meletakkan bungkus camilan yang dia pegang, mengelap tangannya yang terdapat sisa-sisa bumbu makanan ringan, dan menatap layar ponselnya yang menampakkan nama seseorang.

"OMAYA!" Tubuh Nara terjingkat seketika dari sofa tempatnya duduk, membuat kedua orang tua dan juga adiknya memandangnya dengan mata melotot dan rasa penasaran.

"Ada apa denganmu?" Tanya sang ayah.

"Eonni seperti baru mendapat telepon dari member Bangtan saja." Hani ikut merasa kesal karena perhatiannya dari acara di televisi teralihkan karena ulah kakaknya itu.

"Hani~ya! Aku memang mendapat telepon dari member Bangtan!" Nara masih berdiri menegang sambil menatap layar ponsel di tangannya dengan tombol hijau yang masih melompat-lompat memintanya untuk segera menggeser dan mengangkat panggilan itu, namun Nara masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.

Can I Touch Your Heart?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang