Suara desis api dari kompor terdengar jelas menguasai ruangan, bersamaan suara sendok kayu bergesekan dengan panci berisi bubur. Sudah sejak satu jam yang lalu Nara mengaduk-aduk bubur yang sengaja ia buat di dapur apartemen Jungkook.
Raganya memang sedang berdiri mengaduk bubur di dapur, namun pikirannya mengelana pada kejadian beberapa waktu yang lalu antara dirinya dan Jungkook.
Ia masih sulit mengartikan kejadian tadi. Nara bingung mengapa jantungnya berdebar begitu cepat saat Jungkook menyentuh tangannya.
Ah, mungkin saja itu karena gerakan refleks yang tak terduga, sehingga mungkin saja dirinya hanya terkejut.
Namun, saat ia mengingat tatapan mata Jungkook yang menelisik tepat ke arah manik matanya, Nara sungguh tak lagi bisa menemukan jawaban atas debaran yang terjadi pada dirinya.
"Ah! Panas!"
Nara memekik hingga sedikit meloncat selangkah ke belakang, saat bubur yang sedang ia aduk menciprat ke tangannya.
Nara tidak pernah seteledor ini sebelumnya, apalagi di dapur. Mengingat dirinya begitu cekatan dalam urusan dapur apapun, apalagi memasak. Rasanya sungguh aneh jika sekarang dia bahkan melamun sampai-sampai makanan yang sedang ia masak, menciprat ke tangannya.
Nara meniup tangannya yang masih terasa panas. Satu tangannya segera mematikan kompor. Ia baru menyadari bahwa buburnya sudah mendidih, sehingga ia terkena cipratan dari didihan bubur itu.
Nara terdiam, menyandarkan punggungnya ke meja dapur selama beberapa saat. Pekerjaannya menjadi berantakan karena tak henti memikirkan kejadian tadi. Sekeras apapun ia berusaha mengalihkan, pikirannya tetap mengarah ke sana.
Nara memejamkan matanya sembari menghembuskan nafas. Ia merasa sudah tidak waras. Ia bahkan bingung harus bersikap bagaimana pada Jungkook setelah ini.
Nara berusaha menepis kecamuk pikirannya dan melangkah ke arah rak untuk mengambil sebuah mangkuk putih berukuran sedang untuk diisi bubur buatannya. Ia harus berusaha bersikap biasa. Ia hanya berusaha berbuat baik dengan memasakkan bubur, karena ia yakin pria itu belum makan apapun sejak pagi.
Nara mengambil satu sendok, kemudian berjalan ke arah kamar Jungkook. Ia menghentikan langkahnya saat tubuhnya sudah berdiri tepat di depan pintu kamar. Ia berusaha mengatur nafasnya untuk bisa lebih tenang. Dia tidak boleh membuat keadaan menjadi canggung.
Setelah merasa yakin, Nara menekan knop pintu dan membukanya. Ia mendapati Jungkook terduduk di atas tempat tidurnya, dengan selimut yang masih membalut hingga sebatas perut.
Nara tersenyum, sedang berusaha untuk bersikap biasa.
"Aku...membuat bubur. Kupikir kau belum makan apapun sejak pagi karena demam."
Jungkook diam, hanya matanya yang menatap ke arah Nara yang kini melangkah ke arahnya sambil membawa mengkuk berisi bubur.
Nara duduk di sisi ranjang, kemudian mengulurkan mangkuk ke arah Jungkook.
Jungkook hanya menatapnya sekilas, kemudian mengalihkan pandangan.
"Aku tidak mau makan." Ucapnya.
Nara menarik uluran mangkuk itu. Nara pun sudah menduga kalimat itu akan keluar dari bibir Jungkook.
"Kau harus makan untuk minum obat." Bujuk Nara.
"Aku tidak mau minum obat. Aku tidak sakit."
Nara terdiam sebentar. Ia tahu Jungkook lapar dan ia tahu Jungkook belum sepenuhnya pulih dari demamnya. Entah apa yang membuatnya tidak mau memakan bubur ini dan menolak meminum obat, yang jelas apa yang sudah terjadi di antara mereka, tidak bisa dijadikan alasan untuk beesikap seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Touch Your Heart?
FanfictionJungkook adalah orang yang paling kehilangan saat manager Han memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai manager Bangtan. Ketika Seokjin berhasil menemukan manager baru yang tak lain adalah temannya di desa bernama Jung Nara, semua...