🌟 5. [Dinner]

835 66 3
                                    

Nara masih berada di dorm milik Bangtan ketika para member sudah pergi. Sebenarnya Seokjin dan Namjoon sudah menyuruhnya untuk pulang, namun hal itu tidak jadi dilakukan karena ucapan yang terlontar dari bibir Jungkook tiba-tiba,

"Kau bisa menyiapkan makan malam untuk kami kalau kau tidak keberatan."

Kata-kata itu terasa bagaikan perintah yang benar-benar tidak bisa Nara tolak bahkan dengan cara paling halus sekali pun karena Jungkook mengatakannya dengan nada tegas memerintah sambil menatap ke arahnya.

Untuk itu, saat ini Nara sedang bersiap pergi ke super market untuk membeli bahan makanan karena di kulkas dan lemari dapur dorm Bangtan tidak ada bahan makanan, yang ada hanya makanan-makanan instan seperti ramen bahkan nasi instan.

Nara memang bukan gadis yang memiliki sifat keibuan atau gadis lemah lembut seperti seorang putri, tapi dia mendapat pendidikan yang cukup tentang berbagai pekerjaan rumah tangga dari ibunya, salah satunya adalah pelajaran memasak. Karena katanya, gadis di desa tidak boleh keluar dari desa sebelum dia bisa memasak, itu yang dikatakan ibunya sejak dulu. Namun, seiring berjalannya waktu, Nara tahu, ungkapan itu hanya dibuat oleh orang-orang tua agar anak gadisnya selalu ingat dengan kodrat seorang wanita yaitu memasak.

Nara keluar dan menutup kembali pintu dorm seperti yang sudah dipesankan oleh para member. Namjoon juga sudah memberi tahu kode sandi dorm mereka, sehingga mulai sekarang, ia bisa leluasa keluar masuk dorm milik Bangtan karena bagaimana pun, dia sudah resmi menjadi manager Bangtan, meski hanya sementara.

Baru beberapa langkah ia beranjak dari dorm, ponsel di saku mantelnya berdering menandakan panggilan masuk.

Nara segera merogoh saku mantel cokelat susunya dan menyadari panggilan itu berasal dari Mi Ran.

"Oh, wae Mi Ran~ah?"

"Ya! Kenapa kau tidak menelefonku? Aku sudah menunggu kabarmu sejak tadi."

Nara memang sudah memiliki kesepakatan dengan Mi Ran bahwa dia akan menelefon dan mengatakan apa yang terjadi dengannya di dorm Bangtan. Bukan karena dia ingin pamer atau semacamnya, kesepakatan itu pun dibuat oleh Mi Ran dengan ancaman jika Nara tidak mau melakukannya, maka ia harus membayar sewa rumah kost Mi Ran selama Nara menumpang di rumahnya. Dengan ancaman itu, sudah cukup membuat hati Nara menciut dan memutuskan untuk menyetujui kesepakatan untuk melaporkan apa yang terjadi padanya di dorm pada Mi Ran.

"Oh, maaf aku lupa. Terlalu banyak pekerjaan tadi." Nara menjawab sambil melanjutkan langkahnya menuju halte bus.

Karena jarak super market dengan dorm Bangtan yang tidak dekat, maka ia memutuskan menaiki bus.

"Mwo? Kau sudah mulai bekerja? Jinjja? Apa yang kau kerjakan? Apakah kau menata barang-barang Bangtan? Pakaian, dan keperluan konser mereka? Haahh...astaga...." Mi Ran menggantung ocehannya.

"Kenapa?" Nara heran kenapa Mi Ran tiba-tiba mengehentikan ucapannya.

"Ya! Apa kau juga menata pakaian dalam mereka? Waahh...kau sungguh beruntung Nara~ya."

"Haish!" Nara mendengus mendengar ucapan ngawur dari temannya itu.
"Ya! Jangan asal bicara. Aku tidak mungkin melakukan itu!" Nara menampiknya cepat.

"Lalu? Apa yang kau lakukan seharian ini sampai tidak menelefonku? Ayo ceritakan!" Mi Ran mulai memaksa.

Nara menghembuskan nafasnya. Memang temannya yang satu itu kalau sudah penasaran, tidak bisa dibendung dengan cara apapun.

"Yah, aku membuang sampah, mencuci piring, menyapu lantai, begitulah."

"MWO?"

Nara mengernyit mendengar teriakan Mi Ran, ia lantas menjauhkan ponsel dari telinganya.

Can I Touch Your Heart?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang