🌟 24. [I'm (Not) Fine]

722 56 3
                                    

Suara desir angin yang menyentuh pepohonan beradu dengan suara isakan tangis seorang gadis yang terduduk di bangku taman. Tak ada kata yang terucap selain 'maaf' dan beberapa sregukan di hidungnya akibat terlalu lama menangis.

Nara mengusap air matanya untuk kesekian kali menggunakan punggung tangannya yang basah karena sudah beberapa kali ia usapkan ke pipi untuk menyeka tangis.

Sudah tiga puluh menit ia berusaha menerima kenyataan bahwa sosok anak kecil yang ada di masa lalunya adalah seorang pria yang kini bediri tepat di hadapannya, dengan mata yang terus menatap ke arahnya yang masih saja menangis tak henti-henti.

Jungkook sedikit menunduk untuk bisa menatap wajah gadis di hadapannya,

"Sampai kapan aku harus berdiri di depanmu dan memandangimu menangis?" Tanya Jungkook, merasa lelah berdiri lama dengan tanpa adanya obrolan.

Nara masih menundukkan kepalanya, enggan mendongak. Bukan karena ia tak ingin menatap orang yang sedang mengajaknya bicara, hanya saja ia merasa terlalu malu menampakkan wajah sembabnya yang mungkin sudah tampak seperti seekor babun karena terlalu lama menangis.

"Mi--mi--mianhaeyo." Entah sudah berapa kali Nara menggumamkan kata itu dengan terbata.

Jungkook menegakkan tubuhnya yang semula sedikit membungkuk, sembari menghembuskan nafas jengah. Dia sendiri bosan mendengar kata maaf yang terus menerus Nara ucapkan. Padahal dia tidak marah, tapi mengapa gadis ini tak henti meminta maaf?

Sungguh, Jungkook merasa masa lalu itu adalah sesuatu yang tidak perlu di sesali. Itu bukan salah siapapun, hanya takdir yang sudah digariskan. Dan baik Nara maupun dirinya harus belajar menerima.

"Kau itu terlalu banyak minta maaf." Lanjut Jungkook.

Mendengar Jungkook berkata seperti itu, justru membuat Nara kembali berkata, "Maaf..." dengan kepala yang semakin menunduk dalam.

Jungkook benar-benar tidak tahu lagi bagaimana cara agar Nara tidak lagi menyalahkan dirinya mengenai kematian ibunya di masa lalu. Karena itu memang bukan salah Nara.

Jungkook mengambil nafas, kemudian kembali bicara,

"Aku memaafkanmu." Ucap Jungkook, berharap akan berhasil membuat Nara berhenti mengatakan maaf.

Isakan Nara sedikit mereda mendengar jawaban Jungkook, tetapi masih tetap dengan kepala tertunduk.

Detik kemudian, tubuh pria itu bergerak, beranjak dari hadapannya dan duduk tepat di kursi yang sama dengan yang ia duduki, tepat di sampingnya.

Nara menyadari keberadaan Jungkook di sampingnya. Nara pun tahu Jungkook tidak marah padanya. Namun, entah mengapa perasaan takut menyelimuti pikirannya. Perasaan bersalahnya tentang bagaimana dirinya yang tidak bisa menyelamatkan ibu pria itu, tak henti menguasai dan cenderung membuatnya merasa tidak pantas berkata-kata.

Hening dan tegang. Begitulah kiranya suasana antara mereka berdua yang kini sama-sama terduduk di atas kursi panjang taman. Hingga kemudian, apa yang dikatakan Jungkook membuat Nara menajamkan pendengarannya,

"Manager Han meneleponku."

Dalam hati, Nara membenarkan firasatnya yang menduga bahwa Jungkook tahu segalanya dari Manager Han.

"Katanya dia berhasil menemukan orang yang selama ini kucari...." Jungkook menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya, "....Dan aku langsung mengerti. Ketika kemudian dia menyebutkan namamu, aku langsung pergi untuk memastikan bahwa benar yang dia maksud adalah kau."

Nara mendengarkan setiap kalimat yang Jungkook ucapkan dengan seksama. Awalnya, Nara sungguh berpikir saat Jungkook mendatanginya, dia akan memaki-maki atau bahkan mungkin menampar pipinya untuk melampiaskan kekesalan masa lalu. Namun, kini, duduk berdampingan dalam satu bangku yang sama, adalah jawabannya.

Can I Touch Your Heart?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang