Nara tak mengerti, mengapa ia terus berjalan bolak-balik di dalam kamar kost Mi Ran sambil menggigiti kuku jarinya sejak lima belas menit yang lalu. Ia sendiri tidak menyangka, apa yang keluar dari bibir Seokjin di dorm tadi masih membuatnya terbayang-bayang bahkan hingga dirinya tiba di rumah kost Mi Ran.
Nara tidak pernah seperti ini sebelumnya. Biasanya dia akan cepat lupa terhadap sesuatu, atau mencoba tidak peduli kalau itu bukan menyangkut dirinya. Namun, entah kali ini berbeda. Rasa penasaran dan khawatir terasa begitu kuat di dalam dirinya.
"Ya! Tidak bisakah kau duduk dan tenang? Mataku pegal melihatmu mondar-mandir seperti setrika." Mi Ran tak lagi bisa menahan kekesalannya melihat sikap tak biasa dari temannya itu.
Nara menjatuhkan tubuhnya di kasur ketika Mi Ran sengaja menarik pelan tangan Nara untuk duduk dan meninggalkan aksi mondar-mandirnya.
"Tenanglah. Tidak akan terjadi apa-apa." Mi Ran masih berusaha memberikan pengertian agar Nara tidak lagi terlihat sepanik itu.
"Mi Ran~ah, apa menurutmu dia tidak akan bunuh diri? Bukankah kematian seseorang yang berharga seringkali meninggalkan luka yang dalam sehingga memicu seseorang untuk ikut mati?"
Tanpa basa basi, Mi Ran menepuk kepala Nara dengan bantal, berharap temannya itu sadar dengan apa yang baru saja dia katakan.
"Ya! Kau itu sangat berlebihan! Jangan terlalu banyak menonton film psikopat, itu membuatmu paranoid terhadap hal-hal seperti ini!"
Nara mengelus kepalanya yang cukup pening karena dipukul agak keras oleh Mi Ran.
"Aku hanya khawatir, Mi Ran~ah. Bukankah aku sudah bilang padamu kalau dia tampak sedih dan muram selama dua hari dan bersikap dingin setelah dari pemakaman? Bukankah itu pertanda buruk?"
Mi Ran menggeleng-gelengkan kepalanya, tak mengerti mengapa Nara bisa tiba-tiba memiliki prasangka seperti itu.
"Dia tidak akan menjadi seorang idol jika memiliki pikiran sebodoh itu Nara~ya. Memangnya apa yang akan kau lakukan jika prasangkamu itu memang benar?"
Nara menenggelamkan kepalanya di atas bantal. Sejujurnya ia juga tidak tahu apa yang akan ia lakukan. Ia tidak mengerti mengapa isi kepalanya tiba-tiba dipenuhi dengan bayang-bayang hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi pada Jungkook. Semua ini karena apa yang dikatakan Seokjin sesaat sebelum dirinya pulang, masih membekas jelas di kepalanya, bahkan seolah senantiasa terputar setiap kali ia mengingat dan membuatnya merasa seperti sekarang.
"Kau pasti menyadari perubahan sikap Jungkook selama dua hari ini kan? Kami pun menyadarinya dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga menyebabkan Jungkook menjadi seperti itu. Kami memang terkadang menjadi pelupa karena jadwal yang begitu padat, bahkan kami melupakan hari ini. Hari peringatan kematian ibu Jungkook. Jungkook selalu seperti itu setiap kali hari ini tiba. Dia akan pergi ke pemakaman bersama manager Han dan menginap di apartemennya, membiarkan manager Han kembali ke dorm sendirian, seperti yang ia lakukan padamu."
"Kami tahu dia merasa kacau setiap kali datang ke pemakaman ibunya. Dia tak punya siapa pun lagi untuk disebut sebagai orang tua. Tapi kami juga tidak bisa melakukan apa pun selain memberikannya semangat dan membuatnya menganggap kita semua adalah keluarganya. Kami tahu itu tidak cukup membuatnya senang. Kami tahu itu tidak cukup membuatnya melupakan kesedihan karena kehilangan ibu dan ayahnya. Kami hanya mencoba membantu sebisa dan semampu kami. Tapi, nampaknya dia masih butuh waktu sendiri untuk saat ini."
Semua penjelasan Seokjin benar-benar menggambarkan sisi lain dari seorang Jungkook yang Nara anggap menyebalkan selama ini. Tergambar jelas keputusasaan dari setiap kata yang Seokjin ucapkan. Mi Ran mungkin boleh saja menganggap Nara hanyalah merasa paranoid akan hal seperti itu. Tapi, Nara merasakan. Ia mencermati semua sikap, gerak gerik, dan tatapan Jungkook selama dua hari ini. Kesedihan jelas terlukis di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Touch Your Heart?
FanfictionJungkook adalah orang yang paling kehilangan saat manager Han memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai manager Bangtan. Ketika Seokjin berhasil menemukan manager baru yang tak lain adalah temannya di desa bernama Jung Nara, semua...