Pagi ini, Nara sudah berada di bandara untuk mengantar adiknya kembali ke desa. Tampak jelas dari wajah adiknya, bahwa ia masih menyesali perbuatannya kemarin. Hani berulang kali memeluk Nara sambil terus-terusan minta maaf, karena meskipun hanya sebuah foto dan komentar, Hani mengerti itu membuat kakaknya sulit. Apalagi menyangkut Bangtan. Ia jelas tidak ingin kakaknya kehilangan pekerjaan langka sebagai manager begitu saja dan kembali menjadi pengangguran seperti sebelumnya.
"Eonni, kau tidak membenciku kan?" Tanya Hani untuk kesekian kalinya.
"Ani. Mungkin nanti aku akan mengurungmu di kandang sapi selama tiga hari untuk membalas dendam." Canda Nara.
"Aah...eonniii," Hani mengeratkan pelukannya.
Nara tertawa sejenak. Nara memang sering memarahi Hani bahkan tak jarang mengatainya bodoh jika adiknya itu sedang sangat menyebalkan dan saat emosi Nara sensitif akibat datang bulan, namun ia sungguh tidak bisa untuk marah lebih dari itu dengan adiknya. Sebesar apapun kesalahan Hani, Nara akan tetap memaafkannya. Ia sungguh menyayangi adiknya. Mendengarnya mengatakan maaf dan menyesali perbuatannya saja sudah membuat hati Nara menghangat. Ia yakin, jika ibunya tahu, ibunya juga pasti akan sangat senang melihat sikap dewasa dari anak-anaknya.
"Pergilah, kau bisa ketinggalan pesawat." Nara melepas pelukan.
"Oh. Aku akan segera pergi." Hani meraih gagang kopernya.
"Berhati-hatilah. Jangan banyak bicara dengan orang asing." Nara mengacak rambut adiknya gemas.
"Arraseo. Aku pergi dulu."
Nara melambaikan tangannya ketika Hani mulai berjalan menuju tempat pengecekan tiket. Tak lama, ponselnya berdering menampilkan sebuah nama,
(Mi Ran)
"Yeobseo?" Nara menyapa.
"Oh Nara~ya. Apa ada yang berulang tahun? Atau kau akan pergi piknik tanpa mengajakku? Waah...ini keterlaluan. Untuk apa makanan sebanyak ini?"
Nara sudah menduga, temannya yang satu itu pasti terkejut mendapati banyak makanan di atas meja makan rumah kostnya. Nara memang sengaja bangun lebih awal hari ini. Selain untuk mengantar Hani ke bandara, Nara juga memiliki rencana memasak makanan untuk seseorang.
"Ya! Jangan sentuh itu! Awas saja kalau kau berani memakannya!" Nara memberikan ancaman.
"Aish...memangnya aku tidak boleh mencicipinya sedikit? Kau seharusnya memasak juga untukku!"
"Jangan sentuh yang ada di kotak makan. Aku sudah menyiapkan jatahmu di mangkuk. Kau bisa memakannya."
"Jinjja? Yaa...mangkuk kecil ini bahkan tidak akan membuat seekor kucing kenyang Nara~ya...kau benar-benar tidak pengertian."
Nara tertawa mendengar temannya yang menjadi kesal karena mangkuk yang ia maksud adalah mangkuk kecil seperti tempat makan bayi yang berisi sup di meja makan.
"Tidak-tidak, aku hanya bercanda. Aku memasak banyak tadi pagi. Kau bisa mengambil yang di panci kalau kurang."
"Huh, aku sudah berniat mengusirmu jika kau tidak menyiapkan makanan lebih untukku. Lalu semua bekal ini untuk siapa?"
"Aku akan membawanya ke dorm."
"Kau bahkan menyiapkan sarapan mereka? Waah, mereka sungguh memperlakukanmu seperti pembantu."
"Aniya. Aku membuatkan mereka sarapan sebagai ucapan terima kasih karena tidak memecatku setelah kejadian kemarin."
"Terima kasih? Ya! Kau sudah betah bekerja dengan mereka? Apa seseorang membuatmu jatuh cinta? Siapa dia? Jeon Jungkook?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Touch Your Heart?
FanfictionJungkook adalah orang yang paling kehilangan saat manager Han memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai manager Bangtan. Ketika Seokjin berhasil menemukan manager baru yang tak lain adalah temannya di desa bernama Jung Nara, semua...