Nara menutup pintu ruang rawat ayahnya. Hatinya membatin lega, melihat keadaan ayahnya lebih baik dari sebelumnya yang dikabarkan Hani ketika hari kecelakaan sang ayah.
Semuanya terjadi ketika ayahnya sedang menggembalakan sapi-sapi milik keluarga mereka, seekor sapi tiba-tiba melarikan diri ke arah jalan raya. Ayah Nara dengan sigap berlari mengejar sapi itu dan cepat-cepat menarik tali yang mengikat di leher sapi itu. Namun naas, karena terlalu sibuk mengendalikan sapi, ayah Nara tidak menyadari bahwa ada sebuah mobil pick up yang melaju ke arahnya. Sontak saja ia terserempet pada bagian bahu kiri dan jatuh tersungkur.
Membayangkan detail semua peristiwa itu membuat Nara merinding. Ia benar-benar ketakutan ketika Hani memberi kabar. Tapi Nara tidak dapat melakukan apa pun selain menangis dengan tubuh yang lemas dan kedinginan di tengah salju pertama yang turun malam itu, sebelum kemudian Jungkook datang dan memberikan sedikit kehangatan untuknya.
Oh, iya!
Membahas Jungkook, ia jadi teringat bahwa ia belum sempat mengabari setelah sampai di desa kemarin. Ia harus memastikan bahwa keadaan di Seoul baik-baik saja selama ia tidak di sana. Setidaknya, jadwal Bangtan tidak akan berantakan karena dia sudah mengaturnya dan menyerahkannya pada Seokjin yang bersedia menggantikan tugasnya selama Nara di desa.
Nara mengambil ponsel di dalam saku mantel tebalnya. Di sini udara terasa lebih dingin daripada saat di Seoul. Entah karena akhir tahun yang semakin dekat atau karena ini adalah desa yang masih sangat asri dengan pepohonan sehingga udara dingin cenderung lebih menguasai sekitar.
Nara berpikir untuk menelepon Jungkook, hanya ingin memastikan bahwa tidak ada masalah dengannya dan mungkin sekedar mengucapkan terima kasih atas tiket pemberiannya yang membawanya sampai ke sini sekarang.
Namun, Nara mengurungkan niatnya ketika teringat, mungkin sebaiknya ia menelepon Seokjin terlebih dahulu karena selama ia di desa, Seokjinlah yang meng handle semua pekerjaannya. Setidaknya ia harus tahu diri, untuk merasa bersyukur dan berterima kasih karena ia pergi dan masih ada orang yang mau mengerti dengan bersedia mengambil alih tugasnya sementara waktu.
Nara pun menekan nama Seokjin pada fitur kontak ponselnya kemudian menempelkan benda pipih itu di telinganya. Terdengar nada sambung beberapa kali, sampai akhirnya suara seseorang menyahut di seberang.
"Oh, Nara~ya. Kau tiba dengan selamat? Bagaimana keadaan ayahmu?"
"Ne oppa. Ayah sudah membaik."
"Syukurlah."
Hening beberapa saat. Entah mengapa Nara seolah lupa apa yang ingin ia katakan setelah mendengar suara Seokjin. Mendadak, ia merasa begitu tidak tahu diri karena melimpahkan tugas seorang manager kepada seorang artis.
"Aku lega kau tiba dengan selamat. Ada apa menelepon?" Seokjin pun membuka suara.
"Umm...op--oppa, maaf aku meninggalkan pekerjaanku begitu saja."
Terdengar suara kekehan lembut Seokjin dari seberang. Nara bahkan tidak tahu apa yang lucu di sini.
"Aku kira kau akan mengatakan apa. Kenapa kau tegang sekali? Tidak masalah kau meninggalkan pekerjaanmu karena alasan yang serius mengenai keluargamu. Aku mengerti, jangan khawatir."
Mendengar jawaban itu, Nara menghembuskan nafas lega. Ternyata apa yang ada di pikirannya tentang Seokjin yang mungkin akan memarahinya karena meninggalkan pekerjaan justru berbanding terbalik. Setidaknya, Nara bisa merasa sedikit lebih tenang selama berada di desa.
Selanjutnya, telepon itu diisi oleh pembahasan jadwal kegiatan Bangtan yang saat ini masih melakukan pemotretan, masih dalam rangka iklan yang sama seperti pemotretan yang dilakukan beberapa hari yang lalu, sebelum Nara pergi ke desa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Touch Your Heart?
FanfictionJungkook adalah orang yang paling kehilangan saat manager Han memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai manager Bangtan. Ketika Seokjin berhasil menemukan manager baru yang tak lain adalah temannya di desa bernama Jung Nara, semua...