#4 : Paju St. 105 Ittaewon

30 6 1
                                    

Di ruangan yang bermusik Pop itu, berjejerkan meja café bundar dengan 4 kursi pada bagiannya. Beberapa meja kotak kecil memiliki 2 kursi terletak di dekat jendela kaca besar. Di sana kalian dapat melihati jalanan.

Café ini bernama café Sewol, terletak di pelataran Ittaewon. Bentuknya sangat eropa. Setiap orang yang berpergian akan istirahat sejenak untuk menikmati kopi. Americano adalah jenis kopi yang terkenal. Uniknya, di sisi kiri café ini menyatu dengan sebuah tempat laundry.

Jika kau berhenti dari arah Selatan perempatan, maka kau akan melihat tempat laundry di sebalah kirimu. Namun jika moncong mobilmu menghadap selatan lalu kau banting kemudi ke kanan, maka kau akan menemukan café itu tepat setelah tikungan. Benar, mereka ada di pojokan jalan menuju kota Paju. Maka alamat tepatnya adalah Paju St. 105 Ittaewon.

Di kursi khusus dua orang itu Jimin duduk manis melihati jalanan. Waktu itu menunjukkan pukul 21.56 KST. Tepat empat menit lagi dua tempat itu tutup. Tiba-tiba lonceng berbunyi.

Tingting...

Seorang wanita muda memasuki pintu toko Laundry dengan nafas yang tak teratur. Wanita yang dilihati Jimin sekarang sibuk merapikan tumpukan Laundry, baik yang kotor maupun yang sudah di paket. Tubuhnya yang ramping membuat wanita itu sangat gesit dan cepat.

Biasanya mesin Laundry akan berhenti bekerja pada pukul 11.00 malam. Itu artinya pekerja wanita itu selalu menyelesaikan pekerjaannya setiap pukul 11 malam. Setelah memasukkan semua baju kotor ke mesin cuci, wanita itu membanting dirinya di sebuah kursi santai sambil memejamkan mata. Ia tampak melepas semua nafas capainya sambil menyeka keringat dan melepas mantelnya.

Jimin yang tadi kaki kanannya menumpuk kaki kiri, kini mulai melepas tumpukkan itu dan mulai berjalan menuju mesin kasir café. Matanya masih menatap pekerja wanita tadi yang duduk membelakanginya. Ia mulai berjalan hingga transformasi itu terjadi.

Ting...

Mata yang tadi sangat lelah seakan sudah biasa untuk tidak menolak suara bel dari pembeli. Dengan cepat wanita itu melepas mantelnya lalu memakai celemek café dan segera beranjak ke belakang kasir.

"Selamat datang di café Sewol. Mau pe-san... Apa?" Ucap Wanita itu yang tadinya bersemangat lambat laun seperti seorang yang ketakutan.

"Nuna... Americano satu."

🌹🌹🌹

Trotoar, Seoul Education St. | 23.17 KST

.

Kini wanita itu sedang berdiri tegak di sebuah gerbang sekolah taman kanak-kanak bersama seorang tampan berpakaian mantel hitam dengan payung yang menguncup.

"Nuna, sudah saatnya kau menemui puterimu."

Nuna itu masih terdiam sambil menelan ludah.

"Han Suran. Datanglah pada hari Ibu, dia akan menampilkan bakatnya."

Piano? Pekik hati wanita itu.

"Ani!" Sahut Jimin sambil menatap nuna-nya. Wanita itu menoleh cepat menuju tatapan pria dengan tinggi 175cm itu. "Puterimu tidak memiliki bakat apapun. Bahkan Ayahnya tidak pernah mengenalkan pioano padanya."

"Menjauhlah dari mereka!" Bentak wanita itu tiba-tiba. Semuanya sunyi termasuk jalanan itu sepi. Air mata wanita itu sudah di pelupuk. Lampu-lampu jalanan berkedip tak stabil. Beberapa detik kemudian kembali normal.

"Jangan ikut campur pada urusanku!"

Kini wanita tadi itu benar-benar pergi. Jimin masih berdiri tegak di sana sambil menelan ludah kesedihan.

4 O'CLOCK [COMPLETE✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang