#12 The Day When We Met

20 5 0
                                    

.

🌹🌹🌹

.

# Café Sewol
8 KST

.

Lagi-lagi Jimin terdiam sambil duduk di kursi seperti biasanya. Menghadap jendela sambil melihati persimpangan jalan. Di depannya sebuah gelas plastik berisi cokelat matcha. Beberapa menit kemudian, lamunannya terpecah setelah mendengar lampu saklar toko Laundry, semua lampu mati. Jimin cepat-cepat melihat jam dinding yang baru menunjukkan pukul 8.17 pm. Ia juga melihat Kakaknya keluar menggunakan mantel hitam dan meninggalkan nenek Ghina sendirian. Dengan sigap, sebagai seorang adik, Jimin mengikuti kakaknya. Tak lupa membawa cokelat matcha.

.

#Trotoar di sepanjang jalan

.

"Kenapa kau pergi terlalu cepat?"

Jimin mempercepat langkahnya guna menyamakan langkah dengan kakaknya.

"Nenek menyuruhku pulang untuk besok datang ke festival peresmian kapal pesiar. Apakah kau tidak kedinginan?"

"Jangan samakan aku denganmu. Nuna kenapa kau cepat-cepat? Minumlah ini."

Jimin pun menyodorkan minuman matcha yang telah ia hangatkan kembali dengan tangannya. Tampaknya Jimin sudah bersebelahan dengan kakaknya. Akhirnya Soonya berhenti lalu duduk di sebuah bangku. Wanita itu benar-benar merapatkan tangannya ke gelas plastik itu. Nafasnya benar-benar mengepul sekarang. Serutan terakhir membuat Soonya terkejut.

"Astaga! Sejak kapan kau berganti pakaian?" Tanya Soonya terkejut melihat Jimin dengan baju yang biasanya, kaos panjang hitam rajut, mantel hitam, dan payung hitam yang berdiri tegak di depan lututnya. Jimin memegang erat payung yang menguncup itu dengan kedua tangannya.

"Apakah cokelatnya enak?" Tanya Jimin yang disambut anggukkan biasa dari Soonya.

"Ka ja Jimin-nie." Ucap Soonya sangat kedinginan lalu membuang gelas plastik itu ke tempat sampah.

Kini Soonya mencoba jalan seperti orang biasa sambil memasukkan kepalan tangannya dalam mantel.

"Bagaimana liburanmu?" Tanya Soonya.

"Biasa saja. Menara setinggi itu belum tinggi bagiku. Tapi.. aku melihat hal aneh disana. Apakah dewa petir turun ke bumi dan mendapat hukuman seperti kita?"

"Apa maksudmu? Apakah kau pernah melihat dewa petir?"

"Tidak. Tapi aku melihat orang itu mengeluarkan api setelah mencipratkan sesuatu ke meja hitam. Api menyala besar disana."

"Sedang apa kau waktu itu?"

"Menunggu Lobster."

"Hahahaha..." Balas Soonya tertawa terbahak-bahak. Hal itu membuat Jimin sangat bingung.

"Maksudmu kau melihat dewa petir sedang memasak Lobster? Hahahaha!!" Ucap Soonya sangat tertawa hingga menghentikan langkah.

"Jimin-nie... Dia koki lah. Begitu saja kau tidak tahu." Tukas Soonya kembali berjalan.

Jimin kembali kikuk sambil mempercepat jalannya. Ia berusaha sejajar dengan Soonya.

4 O'CLOCK [COMPLETE✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang