#17 The First Snow From Jimin

19 3 0
                                    

Kala itu si gadis kecil, Suran, berdiri di depan pintu kamar Ayahnya sambil tersenyum hingga menunjukkan gigi-gigi susu yang bagus. Gadis itu berseragam sekolah sambil menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Ayahnya, Min Yoongi, mulai menyadari bayangan puterinya di balik komputer. Jari-jemarinya mulai berhenti mengetik. Mata di balik kacamata itu melompat pada bayangan tadi.

Puterinya berdiri di depan pintu sambil menyembunyikan sesuatu. Punggung Suran yang kecil tak dapat menyembunyikan apa yang ia pegang di balik punggungnya. Seperti sifat harfiah lahiriah Yoongi, ayah muda itu selalu bersikap biasa tentang apa yang dia lihat. Bahkan pria itu berlagak tidak tahu tentang apa yang ada di balik punggung Suran.

"Suran-ah, masuklah. Kau seperti orang asing saja. Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Ucap Yoongi yang langsung melanjutkan pekerjaannya, mengetik.

"Ayah?" Panggil Suran kembali tersenyum gigi seperti tadi.

Tampaknya mata Suran mulai berbicara dengan senyuman itu, melekuk seperti bulan sabit. Lesung pipit yang tak dalam terbentuk.

"Ne... Suran-sii." Jawab Yoongi yang tetap masih dalam posisinya.

"Ayah~"

Tak ada response disana. Pria berkulit putih seputih susu itu terus mengetik dengan penuh konsentrasi.

"Ayah, lihatlah aku sebentar."

Pinta lembut dari seorang gadis kecil yang polos itu menghentikan Yoongi dengan penuh kesabaran. Akhirnya kedua mata itu saling bertemu. Kali ini Suran tersenyum malu hingga menutup mulutnya. Gadis itu benar-benar malu hingga ia mengeluarkan sesuatu di balik punggungnya. Tangan kecil itu lurus ke depan sambil memegang manis secarik kertas berwarna merah jambu.

"Apa itu?" Ucap Yoongi yang memberikan ekspresi terkejut seakan menghargai sikap puterinya.

Pria itu mulai berjongkok manis di depan Suran. Lalu tangan Yoongi menerima kertas cantik itu. Ia mulai membalik kertas itu, mencoba memastikan bahwa kertas itu benar-benar kosong.

"Ayah, aku baru saja teringat jika akhir-akhir ini ayah sangat merindukan ibu. Walaupun kau masih tidak mengingatnya, jadi aku berfikir untuk kau menuliskan surat untuk Ibu. Terserah apapun itu. Suratnya yang bagus Ayah, murni dari hatimu."

Mata sipit sang eksekutif itu melompat sejenak pada kertas pink itu. Lalu mulai menggoda Suran.

4 O'CLOCK [COMPLETE✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang