#18 Three Days With You

18 3 0
                                    

.

🌹🌹🌹

.

Matahari siang tetap tampak di pelataran Korea Selatan yang tertutup salju. Malahan sinarnya tetap menerangi jalanan yang licin, namun suhu dingin tetap menang untuk menjaga kebekuan dari kristal salju yang membuat gundukan. Seperti hoki musiman, café dan sejumlah tempat yang menyediakan minuman hangat tampak laris pada pertengahan bulan pertama musim itu.

Café Sewol menjadi salah satu tempat teramai pada musim itu. Ditambah dengan menu musim dingin, arak tradisional dari beras yang difermentasi dan beberapa arak import. Menu tersebut sengaja dihadirkan di musin dingin untuk menarik pengunjung, otomatis pemiliknya akan menghilangkan menu itu pada musim-musim lain.

Waktu itu Soonya juga ikut andil dalam membantu di café. Menghantarkan pesanan juga mengelap meja setelah digunakan pembeli. Tiba-tiba seseorang bertubuh kecil memeluknya ketika Soonya sedang mengelap meja.

"Suran-ah." Panggil Soonya pelan.

Pasalnya wanita itu mendengarkan rintihan kecil dari anaknya. Soonya sempat melihat keadaan sekitar lalu mengajak Suran untuk beralih ke sisi toko Laundry. Mereka duduk di sebuah sofa sederhana, toko Laundry itu sepi.

"Apa kau lapar? Apa yang ingin kau makan?" Tanya Soonya.

"Ani." Jawab Suran sambil menggelengkan kepala.

Soonya menghela nafas untuk menenangkan dirinya. Akhirnya wanita itu memutuskan untuk mengelus kepala puterinya sambil tersenyum. Alhasil belaian itu membuka mulut Suran yang bungkam.

"Eomma?"

"Hmm." Jawab Soonya sambil mengikat rambut Suran yang terurai.

"Ayah tidak pernah pulang." Celetuk Suran sambil melihat lututnya.

Pernyataan gadis itu membuat Soonya menghentikan aktifikasnya sementara. Tampaknya wanita itu sangat terkejut.

"Sebenarnya bibi Minah masih terus mengurusku, membelikan makanan, mengajak pergi ke Mall, bahkan pulang setelah aku tertidur. Tapi, itu dulu saat masih ada Ayah, sekarang pak supir yang mengurusku. Bahkan dia yang memasakkan makanan untukku." Curhat Suran yang memecahkan lamunan Soonya.

"Ibu sangat bersyukur jika pak supir sangat baik padamu. Suran-ah, ingat ya jangan sedih jika bibi Minah seperti itu padamu. Kau bahkan bisa datang ke kantor untuk menemuinya."

"Tidak mau!" Sahut Suran.

"Kenapa?" Tanya Soonya dengan lembut.

Wanita itu sempat kaget dengan sahutan marah dari Suran, lalu dengan kalem kembali mengikat rambut anaknya.

"Aku tidak pernah suka dengan bibi Minah. Andai saja Ibu mau menikah dengan Ayah pasti aku bahagia."

"Benarkah? Apa kau akan bahagia?" Tanya Soonya menggoda Suran.

"Pasti."

"Berarti Jimin-eonni akan menjadi saudaramu, apakah kau mau?"

Godaan dari Soonya kali ini membuat Suran tertegun cemberut. Gadis itu teringat scrapbook yang terdapat foto bertiga dengan wajah orang tuanya.

4 O'CLOCK [COMPLETE✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang