#26 Why Do You Lie?

10 1 0
                                    

Pintu apartment yang tampak seperti pintu-pintu lain. Wanita yang sedang berperan ganda itu sangat mengingat pintu yang ia rindukan. Bahkan dalam perjalanannya sendiri, ia tak bisa berpura-pura untuk tidak tahu apa-apa. Kini ia berhenti di depan sebuah pintu, setelah memindahkan kantong belanjaannya, ia mulai menekan tombol bel itu. Bunyi bel pertama tidak ada jawaban. Soonya mencoba menengok jam tangannya, waktu sudah menunjukkan bahwa seharusnya Suran sudah ada di rumah. Kemudian ia berusaha menekan bel itu untuk kedua kalinya.

Bersamaan dengan suara bel kedua itu, akhirnya sebuah suara keluar dari speaker.

"Maaf siapa anda?"

Suara mungil itu membuat Soonya tergesa-gesa untuk membalas melalui speaker itu.

"Oh, apakah ini Suran? Aku Choi Jin-Ri. Assistant pengganti, teman Minah."

Tepat kata-kata Soonya berhenti, pintu itu terbuka. Gadis itu tampak mengintip sedikit dari belakang pintu dan terdiam. Tanpa sungkan Soonya yang menyamar sebagai Choi Jin-Ri itu masuk sambil tersenyum hangat. Seperti seseorang yang hangat, Jin-Ri mencoba merangkul Suran dan mengajak masuk hingga berhenti di depan ruang tamu.

.

SOONYA'S

.

Sekarang aku berlutut di depan darah dagingku sendiri. Matanya sangat polos. Bahkan dia tak tahu orang yang dihadapinya setiap waktu.

"Suran-ssi, perkenalkan namaku Choi Jin-Ri. Kau bisa panggila aku Jin-Ri. Aku hanya sedikit-sedikit tahu tentangmu. Jadi tolong, untuk satu minggu ini jangan jauh-jauh dariku. Karena aku akan selalu menjagamu sekarang."

Apa? Tak ada respon. Suran hanya melihati mataku. Apa kau takut denganku? Apa aku terlihat seperti orang lain? Apa yang telah Minah lakukan padamu selama ini? Bahkan kau tidak merasakan kehangatanku.

"Apakah kau mau makan?"

"Jilly. Bisakah aku memanggilmu Jilly?" Tanya Suran.

Anak ini memang membuatku terus bahagia sampai sekarang. Dia belum bisa mengucapkan rieul dengan baik.

"Tak masalah. Asal kau bahagia di dekatku, aku akan senang dengan panggilan itu."

"Baiklah."

(Terdiam)

Sekarang apa? Terdiam seperti ini?

"Kau bawa apa Jilly?"

"Oh, aku baru saja lewat pasar tradisional. Sayur dan buahnya sangat cantik."

"Kalau begitu, aku ingin Jilly masak nasi goreng."

"Siap kapten!"

Hari pertamaku bersama Suran. Aku melihatnya sangat tekun dalam menggambar di saat aku asik meracik bumbu makanan. Bahkan aku akan membuatkan nasi goreng yang berbeda dari sebelumnya untuk menutupi jejakku. Maafkan Ibu, Suran. Ibu sangat mencintaimu.

Malam itu ketika aku melihat Suran makan dengan lahap, bahkan gadis kecil itu mengambil setengah porsi dari jatahku, kami tak banyak bicara. Ekspresi Suran sudah berbicara padaku. Setelah tegukan minum itu, Suran tiba-tiba merenung melihati piringnya. Tepat di atas piringnya terdapat satu sendok penuh nasi goreng terakhir.

4 O'CLOCK [COMPLETE✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang