18. Little Girl, Don't Be Sick!

1K 165 29
                                    


♡ ~♥~♡

"Unnie... Kurasa Jane unnie benar, Lily harus dibawa ke rumah sakit, gadis ini bisa benar-benar lumpuh jika tetap berdiam diri disini!" Saran Chaeyoung, Sooya tampak menimbang-nimbang.

"Eonnie..." Lirih Jane penuh harap, "aku sangat menyayangi Lily... Dia adikku, unnie jangan berpikiran negatif... Aku hanya ingin yang terbaik untuk Lily, dia berhak sembuh... Dia harus bahagia..." Air mata Jane meleleh sempurna.

"Maaf Jane, aku tak bermaksud--" Suara Sooya tercekat, Jane menggeleng dan memeluk Sooya erat. Sedangkan Chaeyoung mengeratkan genggamannya pada Lily, mengusapnya sesekali.

Jane melepas pelukan dan menghapus air matanya sendiri, begitu juga Sooya dan Chaeyoung. Chaeyoung lalu menghapus air mata Lily.

"Aku akan membeli kursi roda buat Lily, kemudian kita antar ia ke rumah sakit!" Putus Jane akhirnya, mereka memilih untuk mengangguk.

Jane segera beranjak untuk mengambil kunci mobil dan segera pergi berangkat.

"Aku akan mengambilkan Lily sarapan." Izin Chaeyoung, Sooya mengangguk.

"Unnie..." Suara gadis itu terdengar lemah menahan tangis.

"Kau butuh apa?" Tanya Sooya. Lily menggeleng, ia tak butuh apapun.

"Maaf..." Lanjutnya, Sooya mengernyit heran.

"Maaf? Untuk apa?" Gadis tertua itu bertanya.

"A-aku.... Membuat kalian bertengkar, a-ku merepotkan kalian..." Jawabnya melirih. Sooya menggeleng lemah, "bukan salahmu, sungguh!" Ujar Sooya meyakinkan.

Chaeyoung datang dengan semangkuk bubur dan segelas air di tangannya.

"Unnie, aku akan menyuapi Lily..." Pinta Chaeyoung, Sooya segera menggeser tempat duduknya dan membiarkan Chaeyoung duduk di sebelahnya untuk menyuapi Lily.

"Buka mulutmu!" Titah Chaeyoung, Lily tidak menjawab, gadis itu hanya menurut meski lidahnya terasa sangat pahit.

"Sudah, Chaeng..." Pinta Lily lembut.

"Kurang 8 suap..." Tolak Chaeyoung, Sooya terkekeh pelan, melihat keukeuhnya Chaeyoung menyuapi Lily.

"Good girl!" Puji Chaeyoung ketika bubur di mangkuk itu habis, tangannya terulur mengacak sekilas poni Lily, sedangkan Lily hanya berdecak sebal.

"Ini minumnya." Chaeyoung mendekatkan sedotan ke mulut Lily, Lily minum berkat bantuan sedotan itu, jika tidak, dia tidak bisa minum, kan?

"Gomawo, Chaeng..." Tulus Lily berterimakasih.

"Aku akan menyeka tubuhmu dengan air..." Kata Chaeyoung, Lily mengangguk saja, memangnya ia bisa apa?

Sooya ada kelas hari ini, dan presentasi, jadi ia dengan sangat terpaksa tidak bisa menemani Lily. Untungnya ada Chaeyoung dan Jane.

"Kau ambil air hangat saja dulu, Chaeng, aku akan menjaga Lily disini!" Perintah Sooya, Chaeyoung mengangguk dan mengikuti perintah Sooya dengan cepat. Kini di antara mereka tidak akan ada satupun yang meninggalkan Lily meski itu sedetik, jadi mereka akan bergantian, tidak masalah.

Sooya mengurut jari-jari tangan Lily, "Kau akan baik-baik saja, little girl, percayalah pada kami..." Kata Sooya meyakinkan dengan kata, kami. Tanpa Sooya katakan sekalipun, Lily akan tetap percaya.

"Kalau kau mau sesuatu, katakan pada Chaeyoung, kita keluarga, jangan menahannya, tidak apa-apa katakan asal itu aman untukmu!" Lanjut Sooya. Lily tersenyum haru, ia merasa begitu disayangi.

15 menit kemudian Chaeyoung datang dengan seember air, dan sikat tubuh, juga handuk di pundaknya.

"Baiklah, aku berangkat dulu, jaga Lily ya Chaeng..." Pinta Sooya, Chaeyoung mengangguk mantap menyetujui.

"Lily, apa kau bisa menggerakkan tanganmu? Maksudku, tubuhmu punya bagian privasinya sendiri, apa kau bisa menyekanya sendiri?" Tanya Chaeyoung. Lily menggeleng lemah, enggan menatap apapun. Chaeyoung mengembuskan napasnya kasar, "tak apa!" Ujarnya kemudian.

Chaeyoung menyeka wajah, leher, tangan dan kaki Lily, kebetulan gadis itu hanya memakai kaos pendek tanpa lengan dengan memperlihatkan bahunya dan hot pants. Jadi setidaknya Chaeyoung bisa membersihkannya dengan mudah.

"Airnya kuberi antibiotik, oh iya, Lily.. Bagian tubuhmu yang lain tidak bisa kubersihkan, maaf ya..." Kata Chaeyoung tulus, Lily mengangguk tidak apa.

"Chaeyoung..." Panggil Jane. Oh, gadis itu sudah datang.

"Hei Lily, apa keadaanmu sudah lebih baik?" Tanya Jane sembari mendorong sebuah kursi roda mendekat.

Lily mengangguk patah.

"Eoh, ini?" Seolah mengetahui apa yang dilihat Lily, Jane menunjuk kursi roda yang ia bawa.

"Aku yakin 100% kau akan kebosanan, jadi dengan memakai ini, kami bisa membawamu berkeliling!" Jelas Jane, Lily manggut-manggut mengerti walau rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya.

Jane dan Chaeyoung membantu Lily untuk duduk di kursi roda, setelah itu Chaeyoung merapikan tempat tidur dan mengembalikan air bekas seka-an Lily tadi.
Sedangkan Jane mengajak Lily keluar kamar menuju ruang tamu dan menyalakan tv.

"Kau sudah makan?" Tanya Jane yang dibalas anggukan oleh Lily.

"Unnie... Lily akan mendapat perawatan intensif, kan?" Tanya Chaeyoung setibanya di ruang tamu, Jane mengendikkan bahunya.

"Kita bicarakan ini dengan Sooya unnie nanti!" Jawabnya, Chaeyoung menggenggam tangan Lily seolah ada harapan yang tersisa.

Sore menjelang malam, Sooya kembali dengan wajah datarnya, meski di kampus tidak terjadi apapun, namun pikirannya tertuju pada satu nama, Lily.

Apakah Lily baik-baik saja? Apakah Chaeyoung mengurusnya dengan baik? Apakah Jane menyayangi Lily? Apakah ia berlebihan? Dan apakah-apakah yang lainnya.

"Unnie..." Suara Chaeyoung menyambut langkahnya yang baru mengunci pintu apartment.

"Lily bilang dia ingin melihat senja dari rooftop, tapi ia bilang hanya jika Sooya unnie mengizinkan..." Cicit Chaeyoung, Lily yang baru saja selesai makan dari tangan Jane pun menoleh.

"Mari kita ke rooftop!" Ajak Sooya, mereka bertiga tersenyum.

Jane mendorong pelan kursi roda Lily, di sisi kanan ada Sooya, dan di sisi kirinya, Chaeyoung. Mereka seolah benar-benar menjaga Lily dari sudut manapun.

Angin sepoi menerpa helaian rambut Lily dan ketiga unnie-nya, Lily melihat pemandangan kota Berlin yang indah, gadis itu memakai mantelnya agar tidak kedinginan.

Matahari sempurna tenggelam di cakrawala, selintas ingatannya akan hari pertama melihat dunia datang, Lily agak berpikir kilas balik.

Dan tiba-tiba... Ia merindukan... Osh. Nama yang ia hindari 5 tahun terakhir.

"Kita masuk ya, Lily? Ini hampir malam!" Ajak Jane, Lily mengangguk, kemudian mereka kembali ke dalam apartment.

Tanpa mereka sadari, dibawah apartment itu, di dekat pohon, Osh berdiri mengamati Lily dari bawah, bahkan sangat mengagumi kecantikan Lily yang semakin bertambah, gadis itu sudah dewasa.

Kulit putih, rambut blonde, tubuh proporsional untuk ukuran perempuan, cantik, hidung mancung, mata hazel yang bulat, dan bibir yang sudah sangat lama tidak Osh jamah kembali. Bibir itu warnanya indah sekali...

Seulas seringai muncul. Lagi.

"Aku tidak sabar untuk menemuimu, sayang..."

**********
9 Juni 2019

✅Lily X Osh [HUNLIS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang