Pemuda bertelinga lebar itu berjalan lurus, namun matanya menatap lantai. Apalagi memangnya? Kesalahan fatal, kebohongan, dan kebodohan. Chanyeol sangat merasa bersalah. Sangat.
Terlebih pada Rosie...
Gadis--oh ralat, wanita itu... Bagaimana? Apa kabar?
>...<
Rosie merosot dibawah aliran shower, kepalanya menggeleng tak percaya ketika melihat sesuatu pada tangannya.
Iya.
Test pack.
Wanita itu menangis dalam diam. Tidak ada isakan apapun. Ingatannya kembali pada kejadian beberapa jam yang lalu, ketika Rosie baru ingat sudah 3 bulan belum datang bulan, wanita itu bahkan tak kepikiran sampai sana...
Biasanya ketika banyak pikiran Rosie akan telat datang bulan hingga 2 bulan, tapi ini sudah 3 bulan..
"Sudah 3 bulan ... Apa kau tak merasakan perubahannya?" Tanya Kyungsoo ketika menggerakkan alat kedokteran pada perut Rosie.
"3 bulan?" Rosie mengulang. Takut-takut pendengarannya salah. Kyungsoo mengangguk pelan kemudian kembali ke kursi dokter. Rosie duduk sebentar pada ranjang pasien, wanita itu menatap lekat komputer itu, ada penghuni baru di perutnya.
"Keadaannya sangat lemah, perhatikan dia..." Nasehat Kyungsoo.
"Kalau kau masih belum yakin, coba pakai test pack..." Saran Kyungsoo sambil menyodorkan 3 test pack berbeda merk pada Rosie, gadis---ralat, wanita itu berjalan ragu-ragu menatap pada test pack. Keringat dingin bercucuran, bahkan menelan ludah rasanya susah sekali.
Tangan gemetarnya menerima 3 test pack berbeda merk itu, kemudian ia pergi menuju kamar mandi rumah sakit.
Ketiganya postif. Seketika tubuh Rosie melemah, gadis itu pulang dengan pikiran kosong.
Sekelebat ingatannya beralih pada kejadian itu. Rosie masih diguyur air shower, ketiga test pack itu masih erat dalam genggamannya.
"Kenapa kau tak bilang pada eomma huh?! Apa aku tak pantas menjadi ibumu? Apa kau tak ingin merepotkanku dengan keberadaanmu? Bagaimana jika aku telat memeriksakan diri? Apa kau akan membiarkanku menyesal di sisa hidupku?" Rosie menangis hingga ketukan cukup keras dari luar pintu terdengar, wanita itu keluar dengan keadaan basah kuyup.
"Rosie-ya!! Apa yang kau lakukan?!" Tanya Lisa khawatir, gadis itu mengambil handuk dan melonggarkannya pada Rosie, kemudian Lily menarik lembut lengan Rosie agar duduk di sofa, sedangkan Lily beranjak untuk membuat coklat panas.
Lily kembali dan menggenggamkan secangkir coklat coklat pada Rosie, bisa Lily rasakan tangan gadis itu bergetar.
"Ada Apa Rosie?" Tanyanya lembut. Rosie menggeleng, gadis itu menggenggamkan apa yang ia genggam pada tangan kirinya.Test pack?
Lily melihat, gadis itu melongo tak percaya, matanya membuat.
Lily menggigit bagian dalam bibirnya, kemudian menatap mata Rosie yang kosong."B-berapa minggu?" Tanya Lily pada akhirnya setelah berhasil melawan cekatan tenggorokannya.
"3 bulan." Jawab Rosie tanpa menatap sekitar, matanya kosong. Lily ingin menangis sekarang, bahkan sudah terkumpul di pelupuk.
Jane membuka pintu apartment, gadis itu membawa barang belanjaannya, setelah meletakkan topi dan jaket pada gantungan, Jane melangkah ke dapur untuk meletakkan barang belanjaannya. Gadis itu melihat Rosie dan Lily yang sama-sama terdiam, Jane menghampiri kedua adiknya, ikut bergabung.
"Hei, ada apa? Tumben kalian tidak membuat keributan?" Tanya Jane yang ikut duduk di samping Lily.
Rosie tiba-tiba bersujud di kaki Jane, tentu saja gadis itu terkejut setengah mati.
"Ada apa?" Jane tersentak, gadis itu membantu Rosie berdiri, kemudian Lily ikut berdiri.
"Ada nyawa kecil dalam perutku..." Lirihnya pelan, hampir-hampir terdengar berbisik.
Jane mematung. Ia tidak salah dengar, kan?
"Sudah 3 bulan..." Lanjut Rosie, gadis bermata kucing di depannya itu tampak terkejut. Pegangannya pada bahu Rosie melemah dan terlepas.
"Aku akan menjadi eomma..." Tukas Rosie, Jane masih diam. Dia harus kuat demi adiknya, dan ... Calon keponakannya.
Getaran hp Jane rasakan, gadis itu tersadar dan mengambil handphone-nya.
Disana tertera nama ...
Sooya-nnie
Jane menekan tombol hijau disana dan otomatis terhubung pada Sooya.
"Jane? Apa kalian baik-baik saja? Aku masih mengurus mereka." Sooya bertanya, dan kata mereka tak usah diperjelas, Jane juga tau.
"Unnie... Bisakah Rosie bicara pada Chanyeol?" Tanya Jane pelan, Rosie mendelik seketika. Begitu juga dengan Sooya meski tidak bisa dilihat.
Sooya melirik pada Osh dan Chanyeol di hadapannya.
"Apa maksudmu, Jane? Sudah bagus mereka dihukum." Jelas Sooya enggan menuruti ucapan Jane.
"Ini--- soal ... Anak mereka." Bantah Jane dengan alasan, tiba-tiba Sooya diam. Otaknya mencerna ucapan Jane.
"A-anak?" Sooya mengulang pelan dan mendapat perhatian dari Osh dan Chanyeol.
Jane mengangguk tanpa bisa menjawab, gadis itu menyerahkan ponselnya pada Rosie dengan gerakan lambat.
Dan diterima Rosie dengan gerakan lambat pula."Unnie ... Mian .... Aku mengecewakanmu, tolong jangan minta aku menggugurkannya, aku tidak mau, kalau unnie mengusirku tak apa, asal ... Biarkan anakku tetap hidup... Dia sudah menginjak 3 bulan..." Pintanya memelas. Sooya yang mengaktifkan loud speaker sedari tadi hanya diam. Tapi Chanyeol...
Anak Rosie? 3 bulan? Berarti itu... Anaknya?
"Katakan pada ayah dari anak ini bahwa aku akan menjaganya, persetan dengan apapun yang akan terjadi, aku akan tetap merawat anakku, unnie ... Aku akan menjaganya sendiri, aku akan pergi, tapi tidak mungkin ke rumah ayahku, aku kan aib-nya sekarang..." Rosie tertawa pahit di akhir kalimatnya.
Rosie mungkin tidak tau jika Chanyeol mendengar semuanya. Semuanya.
"Sooya-ssi..." Chanyeol memohon, dan entah setan apa yang merasuki Sooya hingga gadis itu memberikan ponselnya pada Chanyeol.
"Rosie..." Suara itu... Mengingatkan Rosie akan pria yang merupakan ayah dari anaknya. Lutut Rosie melemas.
"A-aku akan bertanggung jawab ... Setelah menyelesaikan hukumanku, aku akan menjadi ayah resmi anak itu..." Mohonnya pada Rosie. Tolong, Rosie menangis sekarang, wanita itu menyerahkan ponselnya pada Jane.
"Tak ada hukuman untukmu, Chanyeol..." Kata Sooya tiba-tiba. Semuanya mengernyit, termasuk Jane.
"Anak itu harus lahir dan ada ayahnya, kau harus menjaganya dari dunia hitam-mu itu!" Perintah Sooya tegas. Oh ayolah, Chanyeol menangis sekarang. Dan Sooya yakin bahwa keputusannya tepat.
"Gomawo Sooya-ssi..." Isak Chanyeol. Pria itu berjanji bahwa ia akan menjaga Rosie dan anaknya mulai detik ini.
Dan benar, Sooya membawa Chanyeol pulang, sedangkan Osh, harus menjalani hukumannya.
Butuh waktu sebulan untuk meyakinkan Rosie, hingga mereka resmi menikah.
Sooya yakin keputusannya terbaik, terbukti dengan senyuman mengembang pada Rosie dan Chanyeol ketika janji suci itu diucapkan.
"Lily?" Panggilnya. Lily menoleh. Kim hanbin?
"Rosie sudah menikah melangkahi kakak-kakaknya, kau ... Tidak?" Goda Hanbin. Lily menggeleng dengan senyuman tipis, mungkin tak banyak yang tau jika Rosie sedang mengandung. Termasuk orang tuanya. Kenapa? Tubuh tinggi Rosie penyebabnya, bayinya mengikuti bentuk tubuh ibunya.
"Bagaimana jika menikah denganku?"
*********************
24 June 2019
Babay....
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Lily X Osh [HUNLIS]
FanficCover by @vineyardco cerita ini hanyalah karangan belaka. ditulis 4 tahun yang lalu, mohon maaf pada kerancuan karena ini cerita pertama. warning: nonsensical fiction Start : 6 Mei 2019 Finish : 20 Juli 2019 re publish: 16 November 2023