21. Rosie...

1K 169 28
                                    

~~~~~~~~~

"Aku membencimu!" Desisan tajam dari Lily membuat Osh mengepalkan tangannya, matanya terpejam seakan menahan emosi yang bergejolak dari dalam tubuhnya yang siap meledak kapanpun.

🎭🎭🎭

Rosie terduduk di ujung ruangan dengan kedua lutut yang tertekuk. Sarapan yang diberikan untuknya tak tersentuh, bahkan ruangan itu tak memiliki jendela, pintunya terkunci. Kamar mandi? Tak ada jendela juga.

Kriet... Pintu itu terbuka, menampilkan sosok bertubuh tinggi masuk kedalam ruangan, Rosie merapatkan tubuhnya ke ujung ruangan. Punggungnya terasa dingin, ia tak memakai apapun untuk menutupi tubuhnya, seolah Rosie sudah kehilangan harga dirinya meski ia memakai pakaian tertutup sekalipun.

Pria itu menatap makanan yang ia berikan pada Rosie pagi tadi, masih belum tersentuh.

Matanya menangkap objek itu, Rosie dengan rambut berantakan yang menutupi sebagian punggungnya, kedua lutut yang ditekuk dan wajah yang ditenggelamkan dalam lekukan lengannya.

Rosie dan Jane terpelanting, Sooya tetap di kursi kemudi, jika Jane terombang-ambing di atas aliran sungai lalu diselamatkan dokter, maka beda dengan Rosie, gadis itu sebenarnya tidak jauh dari tempat kejadian perkara, dan jurang yang dipilih Osh agak sulit bagi orang-orang menjamahnya, tapi tidak bagi orang-orang sejenis mereka, ia pikir, sesekali bermain dengan dara tidak masalah.

"Kenapa tidak kau makan, sarapanmu, nona?" Tanyanya. Pria itu mendekati Rosie, tangannya mengikat rambut Rosie asal, setelah itu ia mengangkat paksa wajah Rosie.

"Kenapa tidak makan?" Tanyanya mengulang, pria itu mengelus pelan bekas luka Rosie yang belum mengering sepenuhnya.

"Aku tadi bertemu Lily kesayanganmu itu..." Lanjutnya. Mendengar kata 'Lily' membuat Rosie menatap pria itu.

"Kurasa kau harus bertemu dengannya supaya mau makan, iya kan?"

🏥🏥🏥

"Sooya, aku harus pergi menemui Irene kekasihku, kau tak apa kan kutinggal? Tekan saja tombol darurat jika membutuhkan apapun!" Tanyanya dengan terburu-buru. Sooya agak terkejut.

"K-kau p-punya kekasih, Suho-ssi?" Tanyanya tergagap. Suho mengangguk.

"Maaf." Cicitnya merasa bersalah, Suho menggeleng.

"Maaf untuk apa?" Tanyanya heran. Pasalnya, Sooya tak melakukan kesalahan apapun menurutnya.

"Pergilah, kekasihmu pasti akan salah paham, mungkin berita itu sampai di telinga kekasihmu..." Jawab Sooya, matanya melirik ke arah koran di atas nakas.

Shit.

Jika diterjemahkan artinya begini, "Pebisnis Kim Suho mengaku sebagai suami dari satu-satunya korban kecelakaan yang berhasil ditemukan. Sayangnya, para wartawan dilarang keras untuk mewawancarai tuan Suho maupun istrinya. Mengapa pernikahannya disembunyikan? Lalu bagaimana dengan model 'Irene' yang digosipkan memiliki hubungan dengannya? Apakah sudah kandas?"

Tangan Suho mengepal, rahangnya mengeras, siapa yang membuat berita kebohongan seperti ini?

"Suho-ssi, pergilah.. Aku tidak apa, aku hanya perlu beristirahat beberapa hari, kemudian aku akan mencari ketiga adikku dan mengganti semua biaya rumah sakit ini, sampaikan maafku pada kekasihmu, ia pasti sangat kecewa, marah saja padaku, kau tak bersalah.." Cicitnya lirih, Sooya sudah kehilangan harapan, matanya teduh tak berminat apapun.

Suho tampak menimbang-nimbang, jika dipikir-pikir... Sooya pasti mengetahui perasaan Irene yang terluka, karena mereka sama-sama perempuan, dan Suho percaya bahwa naluri perempuan sangat kuat.

"Kau tak perlu mengganti apapun, Sooya, kau tidak bersalah sedikitpun, ini adalah keputusanku saat itu, jadi.. Ini bukan salahmu, penyebabnya mungkin adalah takdir, tak apa, aku akan menjelaskan semuanya pada Irene, aku harus pergi..." Pamitnya. Sooya mengangguk ragu, matanya menatap manik Suho, Suho mengecup kening Sooya sangat lama setelah itu meninggalkannya sendiri.

Sooya menangis, rasanya sakit sekali.

🏪🏪🏪

"Pasien barumu itu belum ada perkembangan?" Pertanyaan itu sukses membuat Kai menoleh padanya.

"Belum, bahkan seminggu ini sudah 4 kali jantungnya berhenti selama beberapa detik, itu sangat menakutkan, rasanya, jantungku yang berhenti saat itu.." Tuturnya, Kyungsoo mengangguk paham. Pria itu juga dokter, tapi bukan dokter seperti Kai, dia hanya dokter spesialis penyakit dalam.

"Lalu kenapa kau meninggalkannya saat ini, Kai? Bukankah ia harus dijaga 24 jam?" Tanya Kyungsoo ketika ia menyadari Kai berada di ruangannya beberapa jam terakhir ini.

"Aku pusing sekali, tenang saja, ada dokter pengganti disana, setelah ini aku kembali!" Kyungsoo mengangguk setelah mendengar penjelasan dari Kai.

🌹🌹🌹

"Rosie-ya..." Suara lirih tertahan itu memaksa Rosie melihatnya.

"Li-ly? Kau? Baik-baik saja?" Isaknya tertahan.

Lily menggeleng, itu pertanyaan klise. Matanya menatap dalam mata Rosie, seolah ada luka menyayat dibalik itu semua.

"PCY menakutkan..." Lirih Rosie ketakutan. Sedangkan Lily menelisik tubuh Rose yang tak terbalut apapun, Lily menangis tertahan. Gadis itu melepas cardigan yang melekat pada tubuhnya kemudian menyerahkannya pada Rosie.

"Gomawo Lily-ya..." Setelah mengucapkan itu, Lily memejamkan mata, air matanya semakin deras.

Rosie sudah memakai cardigan itu. Cardigan itu sepanjang lututnya, mungkin Lily sengaja memakai itu untuk antisipasi.

Lily mengambil sisir dan menyisir rambut Rosie dengan telaten, kemudian mengikatnya.

Lily beranjak menuju kamar mandi, ia mengambil air dalam gayung kemudian menyekakan air itu ke wajah Rosie. Setelah selesai, Lily membuang airnya.

"Rosie, aku punya rencana, kau... Mau, kan?" Tawar Lily. Mata Rosie bersinar, rencana apa?

*********

12 June 2019

✅Lily X Osh [HUNLIS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang