01. Stupid

7.6K 691 11
                                    

Sepulang sekolah, Jimin duduk di bangku penonton. Sibuk memandangi Jungkook dan teman-temannya yang tengah berlarian mengejar bola. Pemuda manis itu mengukir senyum, kala melihat Jungkook tertawa begitu lebar saat kemenangan memihak padanya.

Ia hanya tidak menyangka jika waktu bergulir teramat cepat. Ini sudah tahun kedua dia menjalin hubungan dengan Jungkook, namun semuanya tak beranjak dari zona nyaman. Oh, atau hanya Jimin yang berpikir begitu.

Karena kenyataan yang ada begitu menampar Jimin, memaksanya untuk menghadapi situasi nyata jikalau Jungkook tak pernah melihat kearahnya. Barang sedetik pun Jimin ragu jika agaknya pria itu pernah memikirkan betapa besarnya rasa sayang Jimin terhadapnya.

Yah, dia hanya terlalu bodoh.

Terlalu takut untuk menerima kenyataan.

"Kau belum mau pulang?" seseorang menyikut lengannya, Jimin meringis, kemudian melempar tatapan sebal pada sosok Taehyung disisinya.

Jimin menggeleng. Ini adalah salah satu aktifitas sia-sianya selama menjadi kekasih seorang Jeon Jungkook, menunggu sosok itu berpaling kearahnya tanpa peduli jika itu adalah suatu kemustahilan.

"Jungkook baru akan pulang sepuluh menit lagi," jawab Jimin yang menimbulkan helaan nafas oleh Taehyung.

Dia ini bodoh atau apa, pikirnya namun enggan untuk mengutarakan kala hal itu kelewat menyakitkan bagi pemuda manis nan rapuh itu.

Taehyung mengikuti pandangan mata Jimin yang kelewat berbinar, agaknya Jungkook tidak pernah sebahagia itu saat berada disisi Jimin. Yah, Taehyung cukup tahu perkembangan hubungan mereka.

"Omong-omong, kau harus pergi bimbingan malam ini. Iya, kan?"

Jimin mengangguk patah-patah. Enggan untuk bersitatap dengan manik kelam milik seorang Kim Taehyung.

"Lalu? Jangan terus melakukan hal yang bodoh, jika itu menyakitimu." Taehyung menasehati sembari menyentil dahi Jimin agak keras.

Jimin meringis, menyentuh dahinya yang terasa nyeri. Yah, setidaknya rasa sakit di hatinya lebih menorehkan luka ketimbang sentilan pemuda itu.

"Ayahmu akan mengamuk lagi kalau tahu peringkatmu kembali turun," kata Taehyung.

●●●

Punggung kokoh itu berjalan sarat akan rasa percaya diri dihadapannya. Agaknya, sinar rembulan memuja sosok pria sesempurna itu. Dia kelewat rupawan, cerdas, dan bisa mengatasi segala hal. Jungkook begitu dipuja.

Jimin merasa teramat bersyukur bisa menjadi kekasihnya, meskipun itu hanyalah status belaka. Ia tak pernah diperlakukan lebih spesial oleh pemuda itu, atau malah sebaliknya. Jimin hanya dianggap parasit yang mengganggu, namun anehnya, Jungkook tak pernah meminta putus darinya.

Sesekali langkah Jimin akan tertatih, kala kakinya tak sengaja tersandung batu atau semacamnya. Yah, tipikal Jimin sekali memang.

Ia terus saja mengikuti langkah kaki kelewat lebar itu. Well, anggap Jimin tengah mengantarkan Jungkook menuju ke apartemennya. Yah, kelewat menyedihkan memang. Namun, Jimin enggan untuk menyerah ataupun sekedar meminta putus dari pemuda yang begitu dipuja-pujanya itu.

Jimin terus mengingatnya. Segala bentuk usahanya untuk berani mengutarakan cinta pada Jeon Jungkook yang terkenal dingin seantero sekolah.

Ia terus tersenyum mengenangnya, hingga tak menyadari Jungkook telah masuk kedalam apartemen pemuda itu. Jimin tersenyum miris akan nasibnya. Entahlah, dia hanya menunggu hingga Jungkook lelah terhadapnya.

"Bodohnya aku, karena berharap banyak padamu." Gumamnya, dan sebisa mungkin menahan laju air matanya. Tidak, dia enggan untuk menangis.

Yah, karena sedari awal, itu adalah kesalahannya. Jatuh pada pria seperti Jeon Jungkook.

"Seharusnya, aku bisa membencimu."

●●●

See you soon💕

Cloudie🐳

Love Maze [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang