14. Bullshit

4.4K 591 15
                                    

Kala Eddy terbaring diranjangnya, Jimin sibuk mengamati sosok itu. Maniknya bersembunyi dibalik kelopak mata, tidur dalam posisi nyamannya, hingga Eddy terlihat tak ingin terusik dari mimpinya.

Jimin mengelus surai nan kasar itu, kemudian melirik perban yang membalut tangan bocah itu. Eddy butuh perawatan lebih lanjut, karena Jimin tak cukup yakin dengan hasil kerjanya. Yah, dia bukan ahlinya  ortopedi.

"Dia sudah membaik?" Suster Han berdiri disisinya. Berniat untuk kembali mengemasi peralatan yang baru saja digunakan oleh Jimin.

Dokter Park itu mengangguk. "Mungkin itu pengaruh dari obat biusnya," jawab Jimin menatap lurus pada sosok Eddy. Entah kenapa, dia merasa hatinya mendadak remuk kala mengingat betapa kelamnya kehidupan Eddy disini.

Suster Han membungkuk hormat, berniat undur diri, dan meninggalkan Jimin seorang disana. Hanya saja, suara Jimin yang memecah keheningan menghentikan langkahnya.

"Dimana walinya?"

Alis Suster Han bertaut bingung. "Oh, pria tadi masih berdiri didepan tenda. Tapi, dia tidak punya hubungan apapun dengan pasien," dan Jimin mengangguk sebagai jawaban.

Well, dia tahu akan fakta itu. Mungkin, sedikit berbasa-basi, dan juga jawaban atas rasa penasarannya mengenai keberadaan sosok Jungkook.

Jimin balas mengangguk, kemudian membiarkan Suster Han membungkuk hormat untuk berlalu dari sana. Yah, Jimin tidak tahu jika takdir akan mengikatnya bersama Jungkook.

Keduanya berada dalam lingkaran takdir yang sama, dan Jimin tidak tahu bagaimana caranya bersikap untuk kedepannya.

●●●

"Park Jimin!"

Seruan itu tak menghentikannya sama sekali. Jimin tetap melangkah dengan kecepatan konstan menuju tenda dimana dia akan beristirahat.

Shiftnya telah usai. Mungkin Dokter Lee tengah mengurus Eddy untuk saat ini, dan Jimin berjanji pada Dokter paruh baya itu bahwa dia akan menjadi wali Eddy untuk sementara waktu.

Beberapa pasukan khusus diwilayah sayap timur tersenyum menyapa padanya, kadang kala terbesit rasa heran dikepala mereka ketika Jungkook berlari untuk mengejar Dokter nan menawan itu.

Jimin masuk kedalam tenda dengan santainya, hingga Jungkook berniat untuk menyusul.

"Park Jimin!" Teriaknya lagi, namun lajunya segera dihentikan oleh pasukan berseragam militer.

Jungkook menghela nafas panjang, lalu berganti melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Shift Jungkook akan segera dimulai, dan dia mendapatkan tugas untuk berjaga di malam hari.

"Aku ingin bicara dengan Jimin," kata Jungkook pada seorang pria nan berdiri tegap dihadapkannya.

Alis pria itu menukik tajam, sibuk menelisik Jungkook dari segala sisi. Dia jelas tahu, jika pemuda ini berasal dari Korea Selatan. Hanya saja, ia tak tahu dalam urusan apa pemuda itu kemari.

"Kau siapa?" Balasnya dingin, dengan tatapan tajam nan menghunus. Jungkook mencebik, agaknya pria itu terlalu membuang waktunya.

Ia hanya butuh bertatap muka, dan mengungkapkan segala isi hatinya pada Jimin. Well, hanya itu. Namun, perubahan sikap Jimin jelas membuatnya akan berada dalam kesulitan.

Jiminnya bukanlah orang yang mudah untuk ditangani. Jimin amat berbeda sewaktu ia berada di sekolah menengah.

"Sial," gumamnya tak sabaran. "Aku pasukan khusus dari sayap barat. Dan pria manis didalam sana adalah kekasihku. Aku butuh bicara dengannya, sekarang juga."

Pria dihadapan Jungkook tertawa. Agaknya, ia merasa apa yang dikatakan Jungkook barusan adalah suatu lelucon yang tak masuk akal. Lagipula, sejak kapan Dokter Park punya kekasih bar-bar begini.

"Dengar, aku mungkin masih percaya jika kau pasukan khusus dari Korea Selatan. Itu bisa dikonfirmasi," jawab pria itu sembari memandang remeh kearah Jungkook.

Pemuda Jeon itu menatapnya penuh harap, atas kalimat positif yang baru saja dilontarkan pria itu. "Tapi, untuk kekasih Dokter Park. Itu lelucon terlucu yang pernah kudengar, asal kau tahu."

Manik Jungkook membola. Sial, dia memang masih memiliki hubungan dengan pria mungil didalam sana. Jungkook yakin itu. Apalagi, kala pria itu mencemoohnya dalam tatapan mata begitu. Serius, Jungkook ingin sekali melayangkan tinjunya.

"Dokter Park sudah bertunangan. Dan, dia bukanlah tipikal pria yang mau menerima pria bar-bar sepertimu."

Huh?

Apa katanya barusan?

Tunangan?

"Siapa yang bertunangan? Jimin itu jelas masih kekasihku. Kami tidak pernah putus," kata Jungkook jengkel. Nadanya sarat akan rasa benci pada pria sombong didepannya.

Namun, pria itu malah memutar kedua bola matanya. Agaknya, menghadapi Jungkook bukanlah opsi yang bagus. Jadi, dia hanya mendorong pemuda itu untuk menjauh dari tenda dimana Dokter yang tidak bertugas tengah istirahat.

Tunangan?

Taehyung, kah?

Bullshit!

●●●

Cloudie🐳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cloudie🐳

Love Maze [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang