Keduanya sibuk berkelana dalam pikiran masing-masing. Pun, mobil Jungkook telah berhenti tetap di depan gedung apartemen Jimin. Keduanya mendadak bungkam, hanya dengkuran halus milik Haru yang hiasi keheningan.
Sehabis acara makan malam, Jungkook berniat pulang bersama Haru──Junghyun beralasan untuk mempermudah Jungkook dalam mendekatkan diri dengan haru, tapi kenyataannya──karena waktu yang sudah lewat dari tengah malam, terlebih keponakannya tidak berada dalam posisi yang nyaman untuk istirahat.
"Kau tega sekali dengan Jimin," tukas Junghyun sesaat setelah kedua orang tua mereka pulang.
Jungkook merotasikan kedua matanya, namun manik itu menangkap sosok Jimin yang tengah berdiri di pinggir jalan untuk menanti sebuah taksi yang lewat. Yeah, agaknya Jungkook cukup ragu jika Jimin bisa pulang dengan selamat.
Sehabis menempatkan Haru di kursi penumpang, Jungkook membungkuk hormat pada kakak iparnya. Berniat ingin pulang, namun ia mendadak ragu begitu melihat raut kelelahan dari wajah Jimin.
"Antarkan saja dia pulang," saran kakak iparnya yang menyadari raut gelisah dari seorang Jeon Jungkook.
Well, mungkin dia harus menunda rencananya untuk move on kali ini. Biarlah, malam ini Jungkook kembali merasakan gejolak cinta bersama sang terkasih sebelum merelakan pria mungil itu bersama tunangannya.
Yeah, egois sedikit tak masalah.
"Hm, terima kasih atas tumpangannya." Jimin akhirnya bersuara setelah memantapkan diri untuk berucap.
Jungkook balas mengangguk. Dia agak berat hati untuk membiarkan Jimin keluar. Well, moveon itu bukan perkara mudah. Terhitung sudah hampir sepuluh tahun ia belum juga bisa melupakan Jimin. Ibunya bahkan sudah bersikeras untuk membawa Jungkook pada kencan buta. Hanya saja, hatinya terlampau sulit untuk menghilangkan eksistensi Jimin dari pikirannya.
Lelaki mungil itu bersiap untuk keluar dari dalam mobil Jungkook, sebelum pemuda Jeon itu bersuara untuk menginterupsi kegiatannya. "Yeah, aku butuh nomor ponselmu," katanya sedikit agak sangsi jika Jimin akan menolak permintaannya yang terdengar begitu konyol.
Jimin menatap penuh tanda tanya padanya, hingga dia mendadak dibuat kikuk sendiri. Gosh, hatinya benar-benar tak bisa menampik pesona milik Park Jimin.
"Mengenai Haru, omong-omong. Ibu dan Ayahku akan ke Jepang dalam waktu dekat. Well, aku tak punya pengalaman dalam mengurus anak. Kau paham, kan?" Jungkook merutuki dirinya sendiri yang begitu banyak bicara saat ini.
Namun, Jimin balas mengangguk dan menerima uluran tangan Jungkook yang memberikannya ponsel. Ia mengetik sesaat, sebelum kembali beralih pada Jungkook. "Aku akan membantu Dokter Jang sebisaku," ucap Jimin hingga Jungkook merasakan sakit dibagian ulu hatinya.
Membantu Kakak iparnya.Hanya itu.
●●●
Buruk.
Kata itu menggambarkan pagi Jungkook kali ini.
Sehabis mengantar kakak iparnya dan Junghyun hyung ke bandara, seharusnya Jungkook bersiap untuk mengantarkan Haru ke tempat penitipan anak. Hanya saja, keponakan manisnya itu telah rewel sedari pagi.
Haru tak henti-hentinya menangis sebab ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya. Terlebih, Jungkook memiliki jadwal patroli siang ini. Yeah, dan tentunya dia tak memiliki banyak waktu untuk menenangkan bocah kecil itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Maze [KM]
Fanfiction●|Trapped in a maze of decisions. Exhausted by all the different chaos. We've wandered around, looking for the answer. Lost in the maze, in the darkness|●