Pria bersurai hitam itu duduk termenung di kursi Rumah Sakit. Beberapa menit yang lalu, ia baru saja bertemu dengan Suster Im, wanita paruh baya berucap jika Jimin masih menangani salah seorang pasiennya.
Well, jadi dia memilih untuk menunggu disini daripada harus ke ruang kerja Jimin. Yeah, pun mereka adalah sepasang kekasih, namun Jimin masih sedikit memberi sekat antar keduanya untuk tak melangkah lebih jauh.
Hampir seperempat jam dia termenung, pikirannya berkelana entah kemana. Pun, jantungnya berdebar amat cepat kala memikirkan reaksi yang akan Jimin berikan atas permintaannya kali ini.
Agak sedikit kurang ajar sih, hanya saja dia tak ingin Jiminnya salah paham hingga membuat suasana kian runyam.
Kala hatinya berkecamuk dengan pemikirannya sendiri, sosok itu datang dengan langkah kelewat ringan, pun dia kelelahan sehabis operasi dan melakukan pemeriksaan, Jimin tetap mengumbar senyuman manis yang kelewat memikat hati.
"Oh, hai!" Katanya diakhiri kekehan.
Jaehyun balas tersenyum. Seminggu telah berlalu sejak pemakaman Ayah pemuda Park itu, dan kini dia telah kembali dalam kehidupan normalnya. Yeah, dengan kata lain tak lagi meratapi kepergian sang Ayah yang terkesan begitu mendadak.
"Aku tidak tahu jika kau akan berkunjung." Katanya dengan agak basa-basi, lalu mengambil tempat disisi Jaehyun.
Dia tak punya banyak waktu, dan Jaehyun cukup sadar diri akan gelagat yang diberikan oleh Jimin.
"Begini, aku tahu ini terkesan kurang ajar. Hanya saja," pria itu menjeda kalimatnya, sekedar memperhatikan raut wajah si manis.
Jaehyun menarik nafas sesaat, sebelum kembali melanjutkan. "Aku butuh kepastian darimu." Lanjutnya, yang sama sekali tak membuat Jimin terkaget atau semacamnya.
Alisnya terangkat, guna menunggu Jaehyun memberikan kalimat penjelas atas pernyataan yang baru saja dilontarkan olehnya.
"Aku cukup sadar diri, jika kau tidak begitu suka terikat olehku, Jim. Aku sudah membicarakan hal ini bersama Ayahku, dan keputusan sepenuhnya berada dalam genggamanmu."
Jimin tak bergeming di tempatnya. Tangan mungil itu beralih meremat kemeja yang dikenakannya dengan begitu erat. Agaknya, ia merasa kecewa terhadap dirinya sendiri yang bisa mengabaikan pria sebaik Jaehyun.
Melihat reaksi yang diberikan oleh lelaki manis itu, Jaehyun tersenyum sembari mengelus surainya dengan begitu lembut. "Tidak usah terlalu dipikirkan. Aku akan menunggu keputusanmu," katanya yang justru membuat Jimin merasa kian buruk.
Well, Jaehyun pun tak lagi bisa menampik jika hatinya sudah mulai menerima Jimin dalam hidupnya. Meskipun pertunangan keduanya hanyalah balas jasa semata, sebab Ayah Jimin pernah menyelamatkan perusahaan Ayahnya ketika di sidang.
●●●
Jungkook sibuk termenung dalam lamunannya. Pun, kala Haru──putri Junghyun──sibuk berceloteh diatas pangkuannya, Jungkook sama sekali tak menggubris. Ia membiarkan bocah itu menautkan jari kecilnya pada milik Jungkook.
Makan malam keluarga Jeon kali ini terasa begitu kosong menurutnya. Ia berniat untuk tidak pergi, dan bersembunyi di apartemen Yoongi sebelum hyung tercintanya mengancam Jungkook dengan berlandaskan akan membakar koleksi mainan iron man pemuda itu yang mengganggur di rumah.
Gosh, Jungkook benar-benar ingin pulang. Terlebih, kala Ayah dan Ibunya memilih untuk saling bercanda kala melihat Junghyun dan kakak iparnya tengah berdansa tak jauh dari mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Maze [KM]
Fanfiction●|Trapped in a maze of decisions. Exhausted by all the different chaos. We've wandered around, looking for the answer. Lost in the maze, in the darkness|●