●|Trapped in a maze of decisions. Exhausted by all the different chaos. We've wandered around, looking for the answer. Lost in the maze, in the darkness|●
Derap langkahnya terdengar memnuhi lorong siang itu. Dalam balutan seragam kepolisiannya, pemuda itu melangkah sarat akan rasa percaya diri. Rahangnya mengeras, tanpa ada gurat senyum diwajah.
Pun pembawaannya yang sedikit dingin, hingga petugas kepolisian yang lain seolah enggan untuk menyapa. Dia sedikit sulit untuk didekati, dan seluruh petugas kepolisian Seoul tahu akan fakta itu.
Kala kakinya berhenti melangkah, maniknya menelisik jauh pada aula di bangunan itu. Hiruk pikuk disana terdengar serentak dan membuat dadanya berdebar kuat. Sudah sepuluh tahun berlalu sejak dia memutuskan untuk mengikuti pelatihan di angkatan militer.
Kini, dia turut serta menyaksikan rasa antusias peserta sekarang. Well, cukup diakuinya jika tingkat semangat mereka jauh lebih bagus ketimbang angkatan sebelumnya.
Pemuda itu mengulas senyum sekilas, kemudian berdiri didepan pintu masuk tanpa niatan ingin melangkah lebih jauh.
"Letnan Jeon?" Yang dipanggil namanya seketika menoleh dengan alis bertaut, kala seorang petugas kepolisian datang menghampirinya.
Jeon Jungkook.
Pria yang punya kharisma sendiri, hingga menjerumskan Jimin pada cinta nan semu.
Jungkook tak punya niatan untuk menyahuti panggilannya, pun begitu dia hanya membiarkan petugas itu untuk melanjutkan kalimatnya.
"Kepala Kepolisian ingin bertemu denganmu. Di ruangannya," kata petugas itu kikuk kala Jungkook tak ada kesan ramahnya sama sekali.
Pemuda Jeon itu menghela nafas, tanpa mau mengatakan terima kasih dan sebagainya, dia melangkah jauh meninggalkan petugas itu dengan kepala tertunduk dalam.
Agaknya, sedikit merutuki nasibnya yang diberikan tugas untuk menyampaikan pesan dari Tuan Kang, sang Kepala Kepolisian Seoul.
Kaki panjang Jungkook melangkah cepat untuk menemui Tuan Kang. Mengetuk pintu dengan perlahan, hingga yang didalam menyahuti, memintanya masuk.
"Ada apa?" Tanyanya tanpa mau berbasa-basi.
Tuan Kang mendelik tajam, agaknya sikap Jungkook yang berstatus sebagai bawahannya dirasa tidak ada sopannya sama sekali. Pria paruh baya itu duduk dikursinya sembari memegang sebuah kertas.
"Baca," ketusnya seraya melemparkan benda itu tepat menuju dada bidang Jungkook.
Pemuda Jeon itu hanya menatap datar pada atasannya, lalu beralih untuk membuka kertas yang dimaksud, dan membacanya dengan seksama.
Ini, buruk. Sungguh. Jungkook tak tahu dimana letak kesalahnnya, hingga dia mendapatkan surat penurunan jabatan.
Well, tak hanya itu, dia harus berlapang dada kala mendapati dirinya menjadi pasukan yang akan dikirimkan ke Afrika Selatan.
"Kenapa harus aku?" Jungkook bertanya dengan nada tidak suka. Dan, Tuan Kang berusaha keras untuk tidak melayangkan tinjunya pada pria pongah satu itu.
Pria paruh baya itu menendang kaki mejanya dengan raut geram, "Dengar, Letnan Jeon yang terhormat. Kau dilengserkan dari jabatan karena kasus Club malam seminggu yang lalu," marahnya.
Dahi Jungkook mengernyit tanda tak paham. Lalu, dimana letak kesalahannya saat dia berusaha mati-matian untuk menangkap bandar narkoba yang tengah melakukan transaksi di club itu.
"Aku tidak terima. Itu jelas tugasku, dibagin mana yang salah?" Dan Jungkook bersikeras pada pendiriannya sendiri.
Tuan Kang menghela nafas, agaknya sudah paham dengan tabiat Jungkook yang kelewat keras kepala. "Itu salah, Jeon. Karena dia bukan bandarnya, dan kau malah seenak jidat menembak kakinya."
Jungkook tertawa meremehkan. "Cukup katakan saja jika dia adalah anak Perdana Menteri, sialan."
Tuan Kang berdiri dari duduknya dengan rahang mengeras dan wajah memerah sebab menahan amarah yang sedari tadi dibendungnya. "Ya! Dengar, kau pikir jadi seorang Letnan sebagus itu, huh?"
"Itu jauh lebih baik daripada menjadi seorang penjilat." Jungkook mengakhiri kalimatnya seraya membungkuk hormat.
Pemuda Jeon itu melangkah keluar dari ruangan Tuan Kang. Well, masa bodoh jika dia akan mempunyai banyak musuh karena berani menentang atasannya secara terang-terangan begitu.
●●●
Cloudie🐳
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.