06. Disappear

5.2K 697 51
                                    

Taehyung termenung di halaman rumah Jimin. Ia sibuk menelepon Jimin sedari tadi, namun tak ada balasan apapun dari pemuda manis itu. Pun ketika ia mencoba untuk mengetuk pintu rumah, Taehyung tak mendapat suatu sahutan atau semacamnya.

Hatinya mendadak gelisah. Sudah dua bulan lamanya ia tak lagi mendengar kabar perihal Jimin maupun keluarganya. Bahkan, saat Taehyung menghampiri Ayah Jimin di kantornya, pria paruh baya itu bersikap seolah-olah tidak mengenalinya sama sekali.

Taehyung yakin ada yang salah disini. Hanya saja, dia tidak punya petunjuk atau semacamnya untuk menemukan sahabat dekatnya itu.

Kala sibuk menatapi layar ponselnya, Taehyung mendengar derap langkah seseorang yang tertuju padanya. Pemuda itu menoleh, tatapannya berganti tajam tatkala mata keduanya saling bersiborok.

"Kau mau apa?" tanyanya ketus. Teramat jijik dengan sikap Jungkook yang baginya sangat kekanak-kanakan.

Tak ada sahutan dari Jungkook. Pemuda Jeon itu terus saja melirik kesekitaran rumah. Agaknya mencari sosok Jimin tanpa mau bertanya kepada Taehyung.

"Jangan buang waktumu yang berharga. Kau tidak pantas mengkhawatirkannya." Taehyung berucap datar. Tangannya terkepal kuat, ingin melayangkan tinju pada sosok yang menyakiti perasaan Jimin.

Jungkook mengalihkan atensinya. Sama sekali tak terusik atas pernyataan Taehyung barusan, pun begitu dia kembali ke opsi terakhir. Bertanya pada Taehyung seputar pemuda mungil yang akhir-akhir ini menghantui pikirannya.

"Dimana Jimin?" Taehyung tertawa. Suaranya begitu meremehkan, dan Jungkook cukup tahu diri untuk itu.

Hanya saja, dia tak lagi bisa menahannya. Jimin yang hilang tanpa kabar, dan tak lagi memenuhi harinya. Well, Jungkook dulu mengatakan jika itu adalah kebiasaan yang memuakan. Faktanya, dia teramat senang bisa diperhatikan begitu oleh Jimin,

"Dasar idiot," komentar Taehyung tanpa mau memberi jawaban atas pertanyaan Jungkook barusan. Yah, dia pun sama tidak tahunya.

Jimin mendadak lenyap bagaikan ditelan bumi.

Dia mendadak rindu.

●●●

"Kau barusan bilang apa?"

Suara Jungkook seketika mengejutkan seisi kelas. Mulanya, hiruk pikuk itu diisi oleh tawa tiap anggotanya. Namun, suasana mendadak jadi mencekam kala Mingyu masuk kedalam kelas dan memberikan suatu pengumuman yang teramat mengejutkan.

Park Jimin pindah sekolah. Terlebih, Ibunya baru saja meninggal dua bulan yang lalu.

Mingyu menatap tak suka pada Jungkook. "Telingamu mendadak tuli?" ledeknya tak acuh seraya duduk dibangkunya.

Seisi kelas tak berani berkomentar. Agaknya itu jadi berita duka yang kelewat menyayat hati. Siapa yang menyangka jika pemuda manis seperti Jimin punya problematika kehidupan yang kelewat pelik. Belum lagi atas perlakuan Jungkook kepadanya.

"Kutanya sekali lagi!" Jungkook mendadak marah. Kakinya secara reflek menendang kaki meja, pun begitu wajahnya kelewat memerah dengan pembuluh darah yang muncul ke permukaan.

Mingyu sama sekali tak terganggu. Dia sibuk bermain game melalui ponselnya, agaknya memberikan pelajaran untuk seorang Jeon Jungkook adalah hal yang kelewat menyenangkan.

Diabaikan sekali lagi, membuat Jungkook muak. Pemuda itu beralih mencengkeram kerah kemeja Mingyu, menatapnya dengan tatapan nyalang.

Mingyu berdecih. "Jimin lebih baik darimu asal kau tahu." Jungkook dongkol, namun tetap membiarkan Mingyu melanjutkan kalimatnya. "Kau tidak pikir, bagaimana perasaannya ketika diabaikan olehmu?"

Dan, lagi.

Jungkook merasa satu tinjuan kembali mengenai ulu hatinya.

●●●

Kok, aku ngerasa hampa banget ya sama ff ini T_T. Pengen ada banyak komen ataupun masukan dari para reader.

Cloudie🐳

Love Maze [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang