14. Pertemanan

61 8 0
                                    

Zara meratapi dirinya di balkon rumahnya.
Sunyi... Sepi...
Hanya itu yang dapat Zara rasakan sekarang. Zara harus memulai hidupnya dengan mandiri. Dan dia harus siap menerima kenyataan bahwa doni sudah tak ingat lagi padanya. Ya, mungkin ini merupakan ujian untuk Zara menjalani hidupnya.

"Sebenarnya gue salah apa. Selama ini gue baik sama semua orang, tapi kenapa hidup gue selalu susah." gumam Zara.

"Gue harus bisa mandiri. Gue yakin gue bisa lewatin ini semua. Lebih baik gue tidur." lanjutnya.

Kringg... Kringg...

Alarm Zara berbunyi menunjukkan pukul 04.30 saatnya Zara untuk melaksanakan sholat subuh. Zara memang tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Karena itu sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang Muslim.

Setelah sholat subuh Zara bergegas untuk mandi kemudian sarapan dan menunggu Indah untuk menjemputnya.

"Selamat pagi, Bi!" sapa Zara di meja makan.

"Ehh. Non Zara udah mandi. Ini Bibi udah bikinin kamu sarapan. Dimakan ya." ucap Bibi.

"Iya Bi. Makasih ya."

"Sama-sama non."

"Assalamualaikum." sapa Indah yang sudah stay di depan rumah Zara.

"Waalaikumsalam. Eh kebetulan gue juga udah sarapan. Berangkat yukk!"

"Okee!"

Sesampainya di kampus Zara dan Indah masuk ke kelas.
Setelah selesai mereka keluar, dan tidak sengaja mereka berpapasan dengan Rendy

"Zara!" sapa Rendy.

"Hmm."

"Lo masih marah ya? Maafin gue, Ra. Gue salah, gue janji bakal bikin lo sama Doni balik lagi kok."

"Lo serius?" tanya Zara.

"Udah kali Ra. Maafin aja kenapa, ga baik dendam sama orang." bujuk Indah.

"Iya deh. Gue maafin. Tapi lo janji sama gue, jangan pernah lo ulangin lagi hal bodoh kayak gitu."

"Iya, Ra. Gue janji."

"Gimana kalau kita jenguk Doni?" tanya Indah.

"Boleh tuh. Tapi, gimana kalau Doni gak inget sama kita. Malah dia ngusir kita nanti." jawab Zara.

"Kita jelasin aja sama Doni kalau kita temennya. Pelan-pelan nanti Doni pasti bakal inget kok." jelas Rendy.

"Yaudah kalau gitu kita berangkat sekarang aja."

"Oke, Ra."

Mereka bertiga menuju ruangan Doni. Disana ada Mama dan Papa Doni.

"Assalamualaikum" sapa mereka bertiga.

"Waalaikumsalam. Temennya Doni ya, sini masuk aja." ajak Mama Doni.

"Makasih, Tante."

"Don? Gimana? Udah gapapa kan? Kita itu temen lo. Kalau lo belum inget sama kita. Kita temenan aja. Siapa tahu lo bakalan inget kita lagi. Ya nggak?" jelas Rendy.

"Iya Don. Kita itu temen lo." sahut Indah.

"Iya. Gue percaya. Makasih udah jengukin gue kesini."

"Permisi, Saya mau memberitahukan mengenai kondisi Doni yang sudah membaik, maka sudah di perbolehkan untuk pulang." jelas Dokter yang tiba-tuba masuk ke ruangan Doni.

"Alhamdulillah. Makasih, Dok." sahut Mama Doni dengan wajah sumringah.

Mereka semua mengemasi barang-barang Doni yang akan dibawa pulang ke rumah. Sementara itu Zara,Indah,dan Rendy menunggu di parkiran Rumah Sakit Medika.

"Tante, Om. Kita bertiga boleh ikut ke rumah Doni?" tanya Zara.

"Ya bolehlah. Masa temen Doni yang menjenguk Doni ga boleh dateng ke rumah."

"Iya. Makasih Tante,Om."

Di perjalanan mereka bertiga diam. Dan tidak ada pembicaraan satu kata pun. Hingga akhirnya mereka tiba di rumah Doni.

"Ayo masuk ke rumah. Dina! Bikinin mereka minum dulu dong." perintah Mama Doni pada Dina.

"Iya, Mah" sahut Dina

Sembari menunggu minuman yang di buat Dina datang. Mereka berbincang-bincang di ruang tamu bersama Doni.

"Ini udah dibikinin. Di minum ya" jelas Dina sembari meletakkan minuman di meja

"Makasih, kak" jelas Zara

"Gak usah panggil gue kak. Panggil gue Dina aja biar akrab. Ngomong-ngomong lo Zara temen Doni dulu ya. Gimana kalau kita berteman aja. Biar akrab gitu. Soalnya gue baru balik dari luar negeri dan gue ga ada temen. Bosen gue di rumah terus." jelas Zara sambil tersenyum kecut di hatinya.

"Liat aja. Permainan gue baru di mulai saat lo jadi temen gue Zara Alexa." gumam Dina.

"Ohh iya, gapapa kok. Lain kali kita bisa main bareng ke luar, biar gak bosen di rumah. Hehe... " sahut Zara.

Killing Me Softly [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang