Aku sangat mencintaimu,
Lebih dari segalanya,
Maafkan aku,
Telah mengecewakanmu.***
Brukkk!
Suara itu kini jadi pusat perhatian. Untung saja, ada seseorang yang menangkap tubuhnya dengan cepat. Kali ini dia adalah Doni.
Doni membopong Zara ke ruang UKS, banyak sepasang mata yang melihat kejadian tersebut. Dan tentunya itu bikin iri, karena Doni juga termasuk mahasiswa di UI yang penampilannya selalu stay cool. Pantas saja jika banyak yang menyukainya.
Doni meletakkan Zara di ranjang UKS, kini Doni menatapnya dengan cemas. Tidak ada siapa-siapa di sana. Ya, cuma berdua.
"Andai lo tau ra. Gue menyesal dulu udah ninggalin lo. Gue gak pernah ada maksud buat ninggalin lo." ucap Doni dengan membelai rambut Zara yang lurus.
"Gue dulu terpaksa harus pilih Reva daripada lo. Itu semua karena... "
Belum selesai Doni menjelaskan, tiba-tiba Indah datang ke UKS tanpa mengetuk pintu sekalipun.
"Gimana keadaan Zara? Dia baik-baik ajakan? Seharusnya gue nggak biarin Zara sendirian ke kelas tadi." ucap Indah menyesal.
"Dia baik-baik aja. Dia cuma kecapekan aja kok." jelas Doni.
"Oh iya, lo kenapa sendirian aja. Gak panggil yang jaga UKS. Cuma berdua pula disini. Untung gue dateng, kalau gak bisa bahaya tuh!" jawab Indah terkekeh.
"Tadi gue gak sempet, liat dia pingsan gue langsung bawa ke sini. Lagian, gue gak bakal macem-macem kali!" jelas Doni.
Zara kini tersadar dari pingsannya. Dia masih mengingat kejadian tadi. Dan ternyata dia pingsan. Dia juga tidak ingat siapa yang membawanya ke sini.
"Indah..." rintih Zara
"Zara. Lo udah sadar? Syukur deh. Gue gak jadi panik." jelas Indah.
"Lo ngapain disini?" tanya Zara ke Doni.
"Lo harusnya makasih sama gue, karena gue udah nolongin lo. Dasar!" jutek Doni.
Zara membelalakkan matanya, karena dia ditolong oleh Doni.
"Jadi, dia yang gendong aku ke sini?" batinnya.
Tanpa basa-basi pun Doni meninggalkan Zara dan Indah di ruang UKS.
"Jutek amat sih." gerutu Zara.
"Lo gak tau ya ra?" tanya Indah.
"Ada apa emangnya?" jawab Zara penasaran.
"Tadi Doni bawa lo kesini. Dia kayak panik gitu lihat lo pingsan. Dan dia tadi juga sempet bicara sesuatu sama lo, gue denger dari luar. Eh, ternyata lo masih pingsan." jelas Indah.
"Ngomong? Gue gak denger." jelas Zara.
"Ya iyalah lo gak denger. Orang lo aja pingsan!" jawab Indah kesel melihat kepolosan Zara.
"Ya ampun Indah!! Gue lupa. Gue harus jemput Lutfii!!!" teriak Zara, dia tidak peduli walaupun dia di UKS masih saja teriak-teriak.
"Aduh santai dong. Telinga gue rasanya mau pecah kalo deket-deket sama lo. Gue yang jemput Lutfi aja gimana?" jawab Indah.
"Gak usah... Biar gue aja." sambil berdiri dan meninggalkan ruang UKS.
"Yakin lo kuat?" tanya Indah.
"Iya gue kuat kok."
"Ya udah kalo gitu hati-hati." jelas Indah.
Zara mengendarai mobilnya dengan cepat. Tidak peduli dengan kondisinya saat ini. Yang ia khawatirkan sekarang Lutfi. Dia sudah telat menjemput Lutfi 15 menit. Dan dia tadi juga gak masuk kelas, karena harus pingsan dan ada di UKS. Mobil itu melaju hingga sampai di depan sekolah Lutfi.
"Kok sepi ya. Aduhh gimana kalo Lutfi kenapa-napa." gumam Zara sudah membayangkan hal yang tidak-tidak.
"Maaf pak apakah disini masih ada siswa kelas 5 cowok?" tanya Zara pada tukang kebun yang menjaga sekolahan tersebut.
"Maaf mbak. Dari tadi sudah tidak ada yang menunggu jemputan disini. Kalau terakhir sih ada siswa cowok. Dia dijemput sama laki-laki naik motor" jelas tukang kebun.
"Ohhh, terima kasih pak!"
Zara kini bingung harus bagaimana. Dia sudah hampir menangis. Jika benar saja dia di culik. Maka dia sudah mengecewakan kedua orangtuanya. Tanpa pikir panjang Zara pulang ke rumah untuk mengecek Lutfi. Barang kali ada ayah dari temennya yang mengantarkan Lutfi.
Zara membulatkan matanya. Dia menangkap sosok anak kecil yaitu Lutfi yang temannya satu lagi. Dan yang bikin kaget ialah, kenapa ada Doni di rumah gue.
"Ngapain lo disini?" tanya Zara to the poin sama Doni.
"Lo harusnya makasih, gue udah jemput adik lo. Makanya kalo punya adik tuh dijaga" jelas Doni.
"Lo juga gak ngabarin gue kalo Lutfi sama lo! Jadinya kan gue gak panik kayak tadi!" gerutu Zara.
"Udah kak jangan marah, tadi kak Doni yang nawarin aku bareng. Ya aku ikut, habisnya kakak lama jemput nya." jelas Lutfi.
"Tuh kan lo denger sendiri. Jadi yang salah lo!" jawab Doni sambil tersenyum bahwa dia menang debat dengan Zara.
"Yaudah kakak minta maaf ya dek."
"Dan lo ngapain masih disini?" tanya Zara.
"Ya terserah gue dong, kan gue tamu. Gue juga udah anterin adik lo pulang tadi." jelas Doni terkekeh.
Tanpa sengaja Zara berjalan dan tersandung oleh meja yang di depan Doni. Kini Doni menangkap Zara yang hampir jatuh. Dan mereka saling tatap hampir 5 menit.
"Makasih." singkat Zara tersenyum malu.
"Makanya hati-hati." jawab Doni sambil mengacak-acak rambut Zara.
"Duhh lama-lama jantung gue bisa copot, karena deg-degan terus kalo sama dia" batin Zara.
"Yaudah gue pulang dulu." jelas Doni.
"Iya hati-hati!" tanpa Zara sadari dia tersenyum pada Doni, dan Doni juga membalas senyuman Zara.
"Sabar Zara. Lo harus bisa netralin jantung kalo deket dia." gumam Zara.
Zara pun asyik memasak menu nasi goreng di dapur untuk makan malam bareng Lutfi.
"Lutfii!! Sini dong turun. Makannya udah jadi nih." teriak Zara. Ya memang hobi Zara untuk teriak-teriak.
"Iya kak." jawab Lutfi.
Mereka berdua makan dengan lahap, dan hanya ada mereka berdua di rumah yang membuat suasana di rumah terlihat sangat sepi.
"Kak. Makasih ya udah jagain Lutfi."
"Iya dek, kakak sayang sama kamu. Jadi kakak gak mau kamu kenapa-napa." jelas Zara.
"Udah sekarang kamu tidur besok sekolah."
"Siap kapten!" jelas Lutfi.
Zara membereskan piring usai makan. Dan dia akan menuju ke kamarnya untuk istirahat, setelah kejadian hari ini yang membuatnya sedikit flashback ke masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Killing Me Softly [END]✔
Novela Juvenil"Cinta memang rumit, namun jika tanpanya mungkin hidupku hanya sebuah hitam putih tanpa warna." author.