4.Janjian

103 15 0
                                    

Memang masalalu itu menyakitkan,
Bahkan sampai membuat kita trauma,
Kita harus bisa ambil pelajaran,
Dari masalalu itu.

***

Zara mulai memasuki kamar dan tidur di ranjang, lalu dia menggerakkan jari-jarinya di Hp yang dia pegang.

"Udah lama gak buka hp. Pasti ada kabar dari mama sama ayah." gumamnya.

Sembari mengecek hp nya, dia baru sadar jika ada pesan masuk baru saja.

From : +6281327xxxxxx

"Hai Zara. Gue mau ajak lo jalan-jalan besok. Jam 3 sore gue jemput di depan rumah lo, ga usah nolak. Sebagai balas budi gue udah anterin adik lo."

Zara pun langsung menebak, siapa lagi kalau bukan Doni. Dia memang selalu mengganggu Zara.

"Kok gue jadi deg-degan gini ya pas dia ajakin gue jalan." gumam Zara.

"Aduhh, udah jangan baper. Ingat! Dulu dia pernah ninggalin lo gitu aja." gerutu Zara.

Zara pun meletakkan Hp nya di meja kecil dekat ranjang nya. Kemudian dia pun berbaring di atas ranjang untuk tidur, karena merasa kecapekan hari ini.

Esok tiba

"Kakak! Mana sarapannya?" teriak Lutfi, sontak membuat kaget Zara. Zara memang lupa jika dia belum masak.

"Aduhhh. Kakak lupa dek. Kamu beli di kantin sekolah aja yaa. Nanti kakak tambahin deh uang saku kamu."

"Kakak... Kan nanti Lutfi harus antri kalo jajan di kantin. Keburu laper."

"Gapapa, sekali-kali. Kakak juga kecapekan kemarin."

"Yaudah kak. Gapapa deh, tapi bener ya di tambahin."

"Iya, kakak janji."

Seperti biasanya Zara mengantar Lutfi ke sekolah lalu dia pergi ke kampus. Memang ada jadwal pagi untuk hari ini. Dia tidak mau lagi seperti kemarin. Memang kemarin dia tidak masuk karena dia sakit mendadak.

"Zara, masuk ke kelas yuk!" ajak Indah yang tiba-tiba ada di sampingnya. Entah dari mana dia datang.

"Ayokk. Gue gak mau kaya kemarin lagi."

Setelah Zara selesai pelajaran di kampusnya. Dia pergi menjemput Lutfi, lalu dia akan pulang ke rumah untuk siap-siap karena ada janji. Yaitu, janji secara terpaksa dari Doni.

From : +6281327xxxxxx

"Jangan lupa. Gue jemput, gue gak mau nunggu lo lama."

Dia tidak berniat membalas pesan dari Doni. Wajar saja, dia tidak mau larut dalam kebaperan cintanya yang dulu.

"Kakak mau kemana? Rapi amat. Mau ketemuan sama cowok kakak kemarin ya." goda Lutfi.

"Apaan sih dek. Kamu masih kecil gak boleh tau kaya gitu. Sekolah dulu yang bener!" gerutu Zara.

"Oh iya dek, kamu di rumah sendiri dulu. Berani kan ya?" tanya Zara

"Nggak, tadi mama baru aja telepon. Katanya bi ijah mau balik ke sini dari kampungnya." jelas Lutfi.

"Yaudah, syukur deh."

Tiba-tiba di depan rumah Zara ada bunyi klakson, siapa lagi kalau bukan Doni. Padahal ini baru jam 14.30, untung saja Zara sudah bersiap-siap terlebih dahulu.

"Apaan sih lo. Katanya jam 3. Ini masih jam berapa?" protes Zara.

"Udah gak usah banyak protes. Masuk gih!"

"Lo ngapain di belakang? Emang gue sopir lo? Sini di depan." jelas Doni.

"Lo mau ajak gue kemana?" tanya Zara malu. Iya dia malu, karena dia sebenarnya masih ada perasaan dengan Doni, setelah 2 tahun berpisah. Kini dia datang lagi.

"Gak usah banyak nanya. Gue mau omong sesuatu sama lo."

Mereka sudah ada di taman yang tidak begitu ramai. Biasanya taman ini ramai kalau hari Minggu, dan ini hari Selasa. Jadi tidak begitu ramai.

"Indah ya." suara pelan dari Zara yang masih terdengar di telinga Doni.

"Indah, kayak lo." goda Doni.

Kini Zara masih mematung dengan perkataan Doni.

"Udah ga usah baper. Gue cuma bercanda." jawab Doni terkekeh.

"Gue gak baper!" teriak Zara. Dia tidak mau dibilang baper.

"Zara.. Sebenarnya gue pengen bilang sesuatu sama lo. Tapi, lo jangan kaget ya."

"Apaan?" tanya Zara penasaran.

Tangan Doni kini meraih tangan Zara yang membuat jantung Zara semakin berdegup kencang.

"Gue sebenarnya, masih suka sama lo." jelas Doni. Perkataan Doni yang tidak sadar membuat pipi Zara memerah.

"Gue dulu ninggalin lo demi Reva itu terpaksa. Gue masih cinta sama lo. Gue gak bisa lupain lo dari hidup gue ra. Dulu Reva ngancem gue, kalau gue gak ninggalin lo dia bakal bunuh diri. Makanya gue ninggalin lo." jelas Doni lagi.

Tanpa sadar, air mata Zara kini menetes. Doni yang melihat itu pun langsung mengusap air mata dari pipi Zara.

"Lo ga usah nangis, cantik lo bisa hilang kalo lo nangis." goda Doni.

"Don, gue sebenarnya masih suka sama lo. Tapi kenapa lo ninggalin gue gitu aja? Lo khawatir sama Reva kalau dia mau bunuh diri?" tanya Zara terisak-isak.

"Bukan gitu ra. Gue cuma gak mau ada korban. Setelah gue mutusin kalo gue masih suka sama lo. Dan selama gue pacaran sama Reva, cuma lo yang gue pikirin. Gue cuma nunggu waktu yang tepat aja buat ngungkapin ini semua." jelas Doni.

"Tapi lo sekarang masih ada Reva. Gak mungkin gue ngerebut lo dari dia." jelas Zara yang masih terisak-isak dalam tangisannya.

"Gue sama dia udah putus." jawab Doni sambil menunduk.

"Putus? Kenapa?"

"Karena gue gak bisa bohongin perasaan gue. Kalau gue itu sebenarnya cintanya sama lo bukan sama Reva." jelas Doni.

Kini Doni berhasil membuat hati Zara luluh kembali. Tapi tidak semudah yang di bayangkan.

"Gue ga bisa balik lagi sama lo. Kalo gue balikan sama mantan, sama aja gue itu baca buku 2x, yang udah tau endingnya." jelas Zara.

"Please, terima gue ra. Gue masih sayang sama lo." tiba-tiba memeluk Zara, tanpa peduli siapapun.

"Gue gak bisa." jawab Zara yang sembari menepis pelukan Doni.

"Maaf Don. Gue emang masih sayang sama lo. Tapi gue juga ga bisa lo mainin gitu aja." jelas Zara yang kini meninggalkan Doni sendirian di taman.

Killing Me Softly [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang