55. Awal Perpisahan?

2K 102 17
                                    

•Budidayakan klik tombol bintang dahulu•
•setelah itu baca ceritanya, semoga suka•

Apa mungkin pertemuan yang dilakukan secara mendadak akan berakhir dengan pepisahan yang tak terduga?

---

"Kok perasaan gue engga enak, apa jangan-jangan sudah waktunya?" batin dira terucap sambil memegang dadanya yang makin berdetak kencang.

Entah mengapa mobil yang bewarna hitam pekat nan mewah itu berada di tepi jalan dekat dengan Dira, tiba-tiba mobil itu berhenti di depan Dira yang sedang duduk, jantung Dira berdetak dengan cepat, ada seseorang yang turun dari mobil itu lalu menghampiri Dira.

"Kok gue mulai takut ya?"

"Dek boleh tanya alamat ini dimana ya?" tanya lelaki berbadan lumayan besar itu.

"Huh.. Ternyata orang tanya alamat toh," sambil membuang nafas dalam-dalam.

"Ohh.. Alamat ini di sana mas, mas tinggal lurus, nanti ada perempatan belok ke arah kanan, nah di situ," ucap Dira yang lega tapi masih ada perasaan yang tidak enak.

"Makasih ya dek," ucap orang tersebut yang langsung naik mobil dan melaju ke arah yang Dira ucapkan.

Dira pun menoleh kanannya, mengapa dari tadi jemputannya belum datang, apa macet di jalan ya? Yah maklumi saja, dari rumah ke sekolah harus lewat jalan besar.

Entah sejak kapan ada mobil berwarna putih mengkilat mendekat lagi ke arah Dira, mungkin rasa takut ini hanyalah perasaan jalan yang sepi, meskipun ada mobil lewat tetap aja ini kan daerah kompleks jadi kapan saja ada mobil yang lewat.

Mobil putih tersebut tiba-tiba berhenti di depan Dira, dibuka pintu nya dengan cara digeser, tanpa ada aba-aba mereka menarik pergelangan tangan Dira membuatnya tidak bisa menahan tarikan yang tiba-tiba itu.

"Eh apa-apaan ini! KALIAN MAU NYULIK GUE?! LEPASIN GAK! GAK ADA GUNANYA KALIAN NYULIK GUE! LEPASIN! GUE BAKALAN LOMPAT NIH DARI SINI! GUE PECAHIN JENDELA MOBILNYA!" ancam Dira.

"KALIAN SURUHAN SIAPA HAH?!" ucap Dira yang sebenarnya tau siapa suruhan mereka, tapi ini hanya untuk memastikan.

"Heh! Banyak bacot ya!" sambil menarik lakban hitam yang ingin ditempelkan di mulut Dira, meskipun begitu Dira tetap berontak (siapa si orang yang tidak melakukan berontak dalam keadaan genting).

"Gak bisa diem banget, cepat pegangi dia! Jangan sampai 'atasan' marah lagi!" pintahnya sambil ingin menangkap tangan Dira tetapi Dira permainkan tangannya dan terkadang memukul orang yang berada di sampingnya itu, tapi tetap saja hasilnya mereka bisa menangkap tangan Dira dan mengikatnya lalu mulutnya ditempelkan lakban. Dira bila sudah seperti ini hanya bisa pasrah saja dengan apa yang terjadi, bila mereka berbuat tidak senonoh Dira tidak akan tinggal diam.

Berharap ada bantuan yang datang.

5 menit sebelum kejadian penculikan berlangsung

"Sekarang palingan Dira lagi nungguin jemputannya, apa gue samper aja ya sekalian pulang ngambil kado buat dia?" pikir Reyhan yang berada di parkiran luar sekolah (tempat tongkrongan).

"Ya udah deh, gue mau jahilin dia, pasti seru," sambil tersenyum sendiri lalu memakai helm motor lalu pergi ke tempat biasa Dira menunggu jemputannya.

Di sisi lain

"Ayo Shel, kita pulang," ucap Gibran yang baru saja menghampiri Shela di parkiran sekolah.

"Udah diambil barang yang ketinggalan?" tanyanya.

"Udah, yuk kita pulang," sambil membukakan pintu untuk Shela masuk, mereka juga harus melewati kompleks yang Dira tunggu untuk di jemput, karena Shela ingin melihat apa Dira sudah di jemput atau tidak.

Mobil mereka pun keluar dari gerbang sekolah dan melintasi jalan yang Gibran masih asing dengan tempatnya.

"Eh Kak Gib, kok itu kaya motor Kak Reyhan yang lama ya?" tanya Shela sambil menunjuk motor yang berwarna merah pekat yang mengkilap.

"emang ya? Tapi kenapa dia lewat sini, rumahnya lewat sini ya?"

"Iya ka, rumah Kak Reyhan lewat sini, Eh kak! Lihat deh!" unjuk Shela yang melihat mobil di depan sudah berjalan dengan kecepatan lumayan kencang.

"Ada apa? Kok Reyhan juga langsung pergi dengan kecepatan yang bisa dibilang seperti lomba balap motor.

"Mobil itu bergerak dari tempat biasa Kak Dira tunggu jemputan, apa jangan-jangan Kak Dira?" ucap Shela yang semakin lama mengecil dan bergetar.

"Aish kehilangan jejak ini mah kalau di kejar," geram Gibran yang kesal mengapa temannya itu mengalami hal seperti ini lagi.

"Kak tolongin Kak Dira." dengan suara bergetar.

"Ya udah, aku antar kamu pulang dulu ya," ucap Gibran yang tidak mau melibatkan Shela, takut bila dia terkena masalahnya apa lagi berurusan dengan orang mafia.

"Engga, aku ikut cari Kak Dira, aku tenang kalau aku lihat Kak Dira selamat, dan aku juga pengin selamatin Kak Dira," ucap Shela yang keras kepala.

"Tapi-"

"Ayo pergi." dengan wajah serius.

"Dasar keras kepala." sambil mengelus kepala Shela.

****
DIRA POV

"Bos di belakang sepertinya ada yang ikutin kita deh," ucap orang yang berada di samping tempat duduk gue.

"Bukan sepertinya lagi, tapi dia memang ngikutin kita, harus cari cara supaya bisa kabur, lu telepon bos karna kita sudah menangkapnya," ucap orang yang mengendarai mobil tersebut.

Gue menoleh ke kaca belakang mobil, memang benar ada yang mengikuti mobil ini, tapi entah mengapa motor itu terasa familiar? Pernah lihat dimana ya? Oh iya... Itu kan motornya Reyhan.

"Gue mohon tolongin gue Reyhan."

Kini mobil yang gue tumpangi semakin lama semakin cepat, membuat gue takut bila Reyhan kehilangan jejak gue, gue harus cari cara supaya mobil ini mengurangi laju kendaraannya.

Mula-mula gue harus buat orang yang di samping gue pingsan dulu, tapi gimana caranya ya? Pukul aja kali ya pake tangan, yah coba aja dulu gue gertak.

Gue pun mula pukul orang yang duduk di samping gue, ya... Pukul asal-asalan aja. Tapi masalahnya gue ngelakuin hal tersebut tanpa pikir panjang, mereka mengeluarkan suntik biusnya ke lengan gue, rasanya tuh ya sakit banget apa lagi ini kan di suntik secara mendadak benar-benar kasar deh, gue berasa berada di dalam sebuah sinetron.

Lama semakin lama kesadaran gue mulai menghilang dan akhirnya gue pun tak sadarkan diri, mereka bisa aja si bunuh gue langsung dengan racun, palingan atasannya ingin dia yang membunuh gue.

Di dunia ini yang paling berbahaya yaitu RACUN.

****

"Sial, cepat banget mereka menghilangnya, gimana gue harus cari mobil itu, arghh... Sial... Sial... Sial," ucap Reyhan yang kehilangan jejak mobil tersebut, kesal karena kehilangan jejak dia menggertakan giginya.

Dia pun meminggirkan motornya di jalan besar itu.

"Gue harus cari Dira kemana?" berpikir keras.

"Hmm... GPS!" seru Reyhan dan Gibran di tempat yang berbeda.

Mereka berdua pun menyari GPS Dira, dan mereka menemukannya, titik GPS Dira sedang bergerak dengan cepat ke arah temapat yang tidak tahu ingin kemana.

Di sisi lain

Seseorang yang sedang bersembunyi di bagasi mobil yang tidak tertutup rapat.

Semoga suka ya sama ceritanya.

Bila cerita selesai, akan ada tahap dimana author harus merevisinya

Jangan lupa klik tanda bintang dibawah ya.
👇👇👇

The Secrets Of CupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang