Sleepy

3.3K 167 6
                                    

Aku berjalan dengan tempo pelan, dari satu tangga ke tangga lain, guna mencapai kelas untuk ujian di lantai tiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berjalan dengan tempo pelan, dari satu tangga ke tangga lain, guna mencapai kelas untuk ujian di lantai tiga. Mataku rasanya sangat ingin terpejam. Tapi, aku harus bertahan hingga ujian ini selesai. Waktu masih menunjukkan pukul 07.08 WIB, sedangkan ujian dimulai pukul 07.30 WIB. Aku sengaja datang lebih pagi, agar mendapatkan tempat strategis untuk ujian nanti. Baris nomor dua dari belakang selalu menjadi rebutan dikala musim ujian. Karenanya, aku rela hanya tidur satu jam untuk bisa mendapatkan bangku VIP itu.

Aku menghela napas lega, ketika langkahku sampai di ubin lantai tiga. Setelah berdiam beberapa detik, aku kembali melangkah menuju kelas. Kubuka pintunya, dan kudapati Vio sudah duduk di bangku barisan favorite itu, dengan posisi kepala diletakkan di atas meja dan tangan yang dijadikan bantal. Mendengar decitan pintu yang kubuka, ia pun mendongak menatapku.

“Kamu, Van, kukira siapa,” ucapnya dengan mata yang sayu.

Aku tak menjawab dan melangkahkan kaki menuju ke bangku di sebelahnya. Disana, sudah ada binder yang menjadi tanda kalau bangku ini sudah diboking oleh seseorang.

“Ini buat aku, kan?” tanyaku sambil mengetuk meja di sebelah kirinya dengan kuku jari telunjuk tangan kananku.

“Iya. Aku udah boking dua buat kamu sama Tika. Kalo kamu disitu, nanti Tika di kananku,” jawabnya dengan mata yang terpejam dan kepala yang diletakkan di meja. Tangannya yang besar, pasti menjadi bantal yang begitu nyaman.

Aku pun duduk, dan melakukan hal yang sama dengannya. Lumayan, bisa merem paling enggak 20 menit. Namun, baru sekitar lima menit kami terpejam, seseorang menggebrak meja di depanku dengan sangat keras. Aku dan Vio pun melonjak kaget. Tika rupanya. Gadis dengan postur tinggi kurus itu tertawa lebar melihat ekspresiku dan Vio yang pasti sangat menghibur baginya. Raut wajahnya terlihat sangat bugar. Berbeda dengan aku dan Vio yang sudah mirip zombie.

“Anjir!! Kaget woy!” seru Vio kesal.

“Tahu, ni! Kampret!” timpalku.

Tawa Tika pun mulai mereda. Ia menatap aku dan Vio dengan dalam, sambil menyipitkan matanya.

“Bentar, deh. Kok, kantung mata kalian item banget, sih? Emang semalem enggak tidur?” tanyanya mengejek. Songong dia.

“Sok-sokan! Gara-gara kamu, ni. Jam 12 baru ngirim contekan. Padahal, aku sama Vio udah nungguin. Mana jawabannya panjang-panjang lagi. Sengaja banget, sih,” omelku yang dibalas kekehan dari Tika.

“Tahu, tu. Mana enggak ngingetin kalo ada tugas lagi. Rese!” lanjut Vio.

Tika pun kembali tertawa. Sesaat kemudian, ia menyudahi tawanya, dan menatap aku dan Vio sambil tersenyum sombong.

“Bukannya enggak mau ngingetin. Tapi, aku cuma enggak mau mengganggu liburan kalian aja. Aku tahu, kok, liburan kalian asik. Saking asiknya, sampek lupa sama temen yang harus menghabiskan waktu sendiri di kosan,” ucap Tika dengan senyum yang perlahan menghilang.

With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang