Goodbye

2.2K 160 104
                                    

“Van, Vanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Van, Vanya. Bangun, Van,” ucap Mama sambil menggoyang-goyangkan tubuhku, guna membangunkanku yang masih setengah sadar. Aku pun membuka mata, lalu melemparkan tatapan tak suka padanya. Bagaimana pun juga, kekesalanku terhadap apa yang ia lakukan semalam bersama Tante Nia, masih belum bisa aku maafkan.

“Hehe. Kamu masih marah sama Mama, ya, gara-gara semalem? Mama minta maaf, deh. Enggak akan Mama ulangin lagi. Janji,” ucapnya lalu menunjukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanannya padaku. Aku pun tak bergeming, dan berpaling memunggunginya.

“Van, Mama beneran, lho. Masa, kamu enggak mau maafin Mama, sih?” protesnya sambil menggoyang-goyangkan tubuhku dengan brutal. Rasa kesalku terhadap apa yang ia lakukan ini pun membuatku mulai merasa tak tahan.

“Apaan, sih, Ma?!” seruku sambil mendudukkan diri dengan kesal.

“Mama minta maaf, lho. Masa, dicuekin. Durhaka kamu,” keluh Mama.

“Habisnya Mama nyebelin. Ngapain, sih, pake kunci-kunciin segala? Vanya, kan, udah pernah bilang buat enggak terlalu banyak ikut campur. Masih aja, kayak gitu,” omelku padanya.

“Ya Mama, kan, cuma mau bantu kalian. Janji, itu yang terakhir,” senyumnya terulas guna membujukku.

“Halah. Enggak mungkin,” sanggahku.

“Enggak percaya banget, sih, sama orang tua sendiri,” gerutunya kesal.

Enggan berlanjut menanggapinya, aku pun berniat merebahkan diri kembali. Namun, Mama menarik paksa tanganku, dan membuatku tetap terduduk. Aku pun mendecik kesal karenanya.

“Jangan tidur lagi, dong. Mending sekarang kamu temenin Mama,” pintanya.

“Temenin ke mana, sih?” tanyaku kesal.

“Ke mall. Mama, kan, belum beliin kado buat Junior,” jawabnya yang membuatku menatapnya penuh curiga.

“Mama mau ngerjain Vanya lagi, kan? Pasti Mama udah bikin rencana sama Tante Nia. Apalagi sekarang, Ma?” todongku.

“Hah? Rencana? Rencana apa, Van? Oh, Mama tahu. Kamu pasti mikir, kalau Mama sama Tante Nia udah janjian di Mall, buat nemuin kamu sama Kevin, tapi dengan kesan yang enggak sengaja? Gitu?” Mama mencoba meyakinkanku.

“Ya bisa aja, kan?” aku masih tak percaya.

“Enggaklah, Van. Mama cuma mau beli kado buat Junior doang, kok. Enggak ada rencana-rencanaan,” ucap Mama begitu meyakinkan.

“Beneran?” aku mencoba memastikan.

“Iyaaa,” sahutnya mantap.

“Awas kalau bohong,” ancamku.

“Iya iyaaaaa.”

Melihat sorot mata Mama yang begitu meyakinkan, aku pun memutuskan untuk menuruti keinginannya. Bagaimana pun juga, aku tidak tega membiarkan Mama pergi ke Mall sendiri. Aku yakin, sebelumnya Mama pasti sudah meminta Papa untuk menemani. Tapi, sesuai adatnya, Papa pasti menolak. Papa paling malas bila harus menemani Mama berbelanja, karena sikapnya yang terlalu bar bar. Jadi, tugas menyebalkan itu selalu Papa serahkan padaku. Huuffttt.

With You #2 [Kevin Sanjaya Sukamuljo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang